Penyaluran Kredit Rumah FLPP Himbara Capai Rp 9,6 Triliun, Ini Rinciannya

Realisasi bantuan kredit rumah FLPP oleh bank lain selain Himbara tercatat sebanyak 18.240 unit

oleh Arief Rahman H diperbarui 03 Sep 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 11:30 WIB
Perumahan yang mendapat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). (Dok Kementerian PUPR)
Perumahan yang mendapat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta Empat bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) telah menyalurkan kredit rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan atau FLPP kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) senilai Rp 9.621 miliar. 

Himbara yang terdiri dari BTN, Mandiri, BRI, dan BNI hingga Juli 2021 telah menyalurkan bantuan kredit rumah FLPP kepada sebanyak 88.596 unit rumah. Rinciannya, BTN telah merealisasikan 70.118 unit atau senilai Rp 7.618 miliar, dan BNI 11.007 unit atau setara Rp 1.207 miliar.

Kemudian, BRI sebanyak 6.169 unit setara Rp 658 miliar, serta Mandiri sebanyak 1.302 unit atau setara Rp 138 miliar hingga Juli 2021.

Dengan total penyaluran tersebut, Himbara telah mencatatkan sekitar 65 persen kontribusi kuota dari total kuota penyaluran FLPP oleh Himbara sebanyak 135.505 unit dari kuota total nasional sebanyak 157.500 unit.

Sementara itu, realisasi bantuan FLPP oleh bank lain selain yang tergabung dalam Himbara tercatat sebanyak 18.240 unit atau setara dengan Rp 2.023 miliar. Jika dibagungkan, total keseluruhannya adalah 106.836 unit atau setara dengan Rp 11.644 miliar.

“Sebanyak 88.596 unit atau 82,93 persen realisasi FLPP Nasional disumbangkan ole Himbara,” tulis laporan Penyaluran FLPP Himbara 2021, dikutip Jumat (3/9/2021).

 

Didominasi Usia 21-30 Tahun

Rumah FLPP di Balikpapan Bertahan
Rumah Subsidi di Balikpapan masih bertahan untuk tahun ini

Sementara itu, sebaran realisasi FLPP bagi MBR tersebut dikelompokkan menjadi tiga sektor, yakni berdasarkan umur, jenis pekerjaan, dan berdasarkan pulau di Indonesia.

Pada sektor umur, penyaluran FLPP bagi MBR tersebut didominasi rentang usia 21 sampai 30 tahun sebesar 60,6 persen dari total penyaluran.

Diikuti kategori umur 31-35 tahun sebesar 17,9 persen, kemudian umur 36-40 tahun sebesar 11,5 persen dan terakhir umur 41-50 tahun dengan 9,3 persen.

Pada sektor jenis pekerjaan, didominasi oleh pekerja swasta dengan 78 persen dari total penyaluran, dan wiraswasta sebanyak 12 persen dari total penyaluran. Angka tersebut diikui 7 persen dari kelompok pekerja PNS dan 3 persen sisanya oleh kelompok TNI/Polri.

“Himbara menyalurkan dan mendominasi penyaluran FLPP di setiap wilayah Indonesia, sementara penyaluran didominasi oleh MBR pekerja sektor swasta dan usia antara 21-30 tahun,” tulis laporan tersebut.

Kemudian, pada sebaran berdasarkan pulau, paling banyak penyaluran bantuan FLPP berada di pulau Jawa dengan total yang telah disalurkan oleh Himbara sebanyak 53.268 unit atau 89,53 persen dari total penyaluran di Jawa.

Diikuti dengan Sumatera sebanyak 24.480 unit atau setara 76,65 persen dari total penyaluran di Sumatera. Lalu, Sulawesi dengan 12.426 unit atau 66,82 persen, diikuti Kalimantan sebanyak 5.713 unit atau 69,78 persen.

Kemudian Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2.539 unit atau 66,82 persen, serta Papua dan Maluku sebanyak 1.177 unit atau 94,46 persen. Sementara sisanya di salurkan oleh bank-bank lain diluar Himbara.

 

 

Kontribusi Sektor Perumahan Subsidi

Perumahan yang mendapat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). (Dok Kementerian PUPR)
Perumahan yang mendapat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). (Dok Kementerian PUPR)

Laporan itu juga menuliskan bahwa sektor perumahan subsidi memiliki kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai PDB. Itu juga dikatakan memiliki peluang besar untuk mempercepat pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.

Informasi, setiap pembangunan 100 ribu unit rumah, akan menyerap sekitar 500 ribu pekerja dengan asumsi dibutuhkan sekitar lima orang dalam pengerjaan satu bangunan atau rumah. Kemudian, mencatatkan sebesar 90 persen produk lokal digunakan dalam konstruksi rumah yang dibangun.

Lalu, dari tiap rumah yang terjual, pemerintah mendapatkan penerimaan dalam bentuk pajak PPH, PPN, BBN, PBB, dan BPHTB. Serta terdapat lebih dari 10 ribu pengembang yang berperan dalam penyediaan suplai perumahan.

Dengan begitu, sektor perumahan berkontribusi terhadap PDB secara langsung diikuti dengan multiplier effect kepada lebih dari 174 sektor lainnya. Misalnya, rumah sakit, pusat perbelanjaan, sekolah, transportasi, industri ritel, dan perkantoran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya