China Mau Pangkas Pemakaian Bahan Bakar Fosil

Untuk tahun 2060, China berencana untuk kurangi konsumsi bahan bakar fosil hingga di bawah 20 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Okt 2021, 14:55 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2021, 13:00 WIB
Taksi bertenaga listrik
Armada taksi bertenaga listrik terlihat di kota Shenzhen, sebelah selatan China pada 7 Januari 2019. Taksi listrik dilengkapi dengan terminal on-board yang memberi tahu pengemudi di mana taksi kurang, seperti bandara, atau lokasi lainnya. (AP/Vincent Yu)

Liputan6.com, Jakarta - China berencana untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil hingga di bawah 20 persen pada tahun 2060.

Hal itu diungkapkan dalam sebuah dokumen kabinet Pemerintah China yang diterbitkan di media punya negara China, Xinhua, pada 24 oktober 2021.

Dikutip dari CNN, Selasa (26/10/2021) dokumen tersebut merinci langkah-langkah baru tentang dekarbonisasi. Namun, China tidak memperbarui janjinya untuk mengurangi emisi.

Pedoman tersebut datang kurang dari sepekan sebelum para pemimpin dunia bertemu di Glasgow, Skotlandia, untuk pembicaraan iklim internasional COP26 yang penting.

Di Glasgow nantinya, mereka bakal menyusun rencana mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca dalam tahun-tahun mendatang.

Presiden Xi Jinping dikabarkan tidak akan menghadiri COP26 secara langsung, dan pemerintah China belum mengumumkan rincian delegasinya dalam pertemuan tersebut.

Dokumen resmi menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana Presiden China Xi Jinping bermaksud untuk memenuhi janji sebelumnya untuk mengurangi emisi pada tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060.

Sementara itu, pertanyaan tentang bisakah China dapat mencapai janji iklimnya, telah diamati dalam beberapa bulan terakhir.

China memperkuat pemulihan ekonomi COVID-19 dengan membangun lusinan pembangkit listrik batu bara baru dan mempercepat proyek konstruksi yang bergantung pada bahan bakar fosil.

Negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu juga baru-baru ini meningkatkan produksi batu bara untuk meredakan krisis energi yang sedang berlangsung.

Secara Bertahap Setop Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Potret Suasana Jam Sibuk di Beijing
Orang-orang mencoba melewati lalu lintas saat mereka bepergian dengan sepeda selama jam sibuk di Beijing, China pada 14 Oktober 2020. (Photo by NICOLAS ASFOURI / AFP)

Dokumen yang diterbitkan Xinhua, mengatakan China akan secara bertahap menghentikan konsumsi bahan bakar fosilnya.

Pada tahun 2030, China mengatakan proporsi energi yang digunakannya yang berasal dari sumber bahan bakar non-fosil akan mencapai 25 persen.

Untuk 30 tahun mendatang, China menargetkan 80 persen dari total penggunaan energinya berasal dari bahan bakar non-fosil, menurut dokumen itu.

China juga mengatakan bahwa pada 2030 mendatang, emisi CO2 per unit PDB akan turun 65 persen dibandingkan dengan tingkat yang tercatat pada tahun 2005 silam.

Di tahun ang sama juga nantinya,  China bertujuan untuk memiliki energi tenaga angin dan surya mencapai lebih dari 1.200 gigawatt, kata Xinhua.

Dilaporkan oleh Xinhua bahwa dalam upaya mencapai target iklimnya, China akan melakukan "restrukturisasi industri yang mendalam, mempercepat pengembangan sistem energi yang bersih, rendah karbon, aman dan efisien, serta meningkatkan pembangunan sistem transportasi rendah karbon".

Namun, China mengatakan harus memastikan ketahanan pangan dan energi karena dekarbonisasi.

Beijing telah mendorong tambang batu bara untuk mengurangi produksi awal tahun ini karena negara itu yang sedang mengejar target ambisiusnya untuk mengurangi emisi karbon.

Tetapi permintaan melonjak untuk proyek-proyek yang membutuhkan bahan bakar fosil, dan belum ada cukup daya untuk digunakan.

China harus "mengelola hubungan antara pengurangan polusi dan pengurangan karbon dan keamanan energi, keamanan rantai pasokan rantai industri, keamanan pangan dan kehidupan normal masyarakat," demikian dalam dokumen yang diterbitkan Xinhua.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya