Pengguna Premium Pindah Pertalite Mampu Tekan 12 Juta Ton Emisi Karbon

Sejak Juni 2020 Pertamina menggulirkan program Langit Biru yang mendorong peralihan penggunaan BBM dengan oktan rendah.

oleh Arief Rahman H diperbarui 28 Des 2021, 16:50 WIB
Diterbitkan 28 Des 2021, 16:50 WIB
Dirut Pertamina Jelaskan Kasus Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/4/2021). RDP tersebut membahas kebakaran tangki minyak milik Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku Program Langit Biru yang dilakukan sejak Juni 2020 berhasil menekan emisi karbon secara signifikan. Ia menyebut angkanya mencapai 12 juta ton emisi karbon berhasil diturunkan.

Angka ini diperoleh akibat peralihan penggunaan Premium ke Pertalite dan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kadar oktan lebih tinggi oleh masyarakat.

"Alhamdulillah selama dari juni 2020 sampai dengan hari ini, karbon emisi yang berhasil kira turunkan 12 juta ton," katanya di Istana Wakil Presiden, Selasa (28/12/2021).

"Dan itu adalah sebagai kontribusi dari masyarakat yang beralih dari penggunaan premium ke pertalite dan tentu saja di penggunaan untuk mesinnya lebih baik dan lebih efisien," imbuh Nicke.

Informasi, sejak Juni 2020 Pertamina menggulirkan program Langit Biru yang mendorong peralihan penggunaan BBM dengan oktan rendah. Caranya, Pertamina memberikan diskon Pertalite seharga Premium untuk mendorong peralihan.

"Dan ini alhamdulilah kesadaran masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan ini meningkat," katanya.

Langkah ini didasarkan pada ketentuan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pengurangan emisi karbon. Dalam aturan itu dimuat rekomendasi penggunaan BBM dengan tingkst RON 91.

"Jadi ini dasarnya. Nah kita melihat bagaimana tahapan yang dilakukan karena bapak presiden sendiri mengatakan bahwa harus melihat juga aspek lain dalam impementasinya," kata dia.

Mengenai aspek ini, Nicke menyebut diantaranya adalah Affordability dan Supply. Artinya keterjangkauan harga dan pasokan dari Pertamina.

"Oleh karena itu mulai pertengahan tahun 2020, pertamina sudah melakukan atas izin pemerintah sdh melakukan program yang kita sebut program langit biru. Program langit biru ini sebetulnya mendorong masyarakat untuk membeli shifthing dari premium ke Pertalite," katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tak Hapus Pertalite

Premium dan Pertalite Bakal Dihapus Mulai 2022
Pengendara motor mengisi bahan bakar di SPBU kawasan Jakarta, Senin (27/12/2021). Pemerintah berencana untuk menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite dari peredaran secara bertahap dalam rangka peralihan penggunaan energi bersih. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah berencana menghapus bahan bakar minyak dengan oktan rendah dibawah RON 91. Itu berarti setara Premium dan Pertalite yang masing-masing memiliki kadar oktan RON 88 dan RON 90.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widiyawati menegaskan hingga saat ini belum ada kebijakan untuk meniadakan Pertalite. Ia menyebut langkah saat ini adalah mendorong masyarakat menggunakan BBM dengan oktan tinggi.

"Nah tahapan berikutnya itu seperti apa? kami pun akan mendorong masyarakat untuk menggunakan yang lebih baik lagi. supaya tadi ada kesesuaian dengan ketentuan minimum RON 91 kemudian lari ke Pertamax," katanya di Istana Wakil Presiden, Selasa (28/12/2021).

"Tetapi tidak ada kebijakan hari ini yang untuk menghapuskan pertalite. itu tidak ada," imbuhnya.

Ia menegaskan, pihaknya dalam hal ini mendorong upaya edukasi kepada masyarakat. Tujuannya untuk sama-sama merasakan manfaat dari program langit biru yang dicanangkan sejak 2020.

Ia pun menyebut Pertalite masih akan ada di pasaran. Namun ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik.

"Jadi pertalite ini masih ada di pasar, jadi silahkan, tapi kami mendorong agar menggunakan yg lebih baik yaitu pertamax supaya kita bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan karbon emisi di indonesia," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya