Rusia Mengumumkan Perang dengan Ukraina, Harga Minyak Melonjak di Atas USD 100 per Barel

Rusia mengumumkan perang dengan Ukraina mendorong pemberian sanksi negara-negara dunia meski tidak di sektor energi.

oleh Arief Rahman H diperbarui 25 Feb 2022, 07:34 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2022, 07:30 WIB
Radar rusak, kendaraan dan peralatan terlihat di fasilitas militer Ukraina di luar Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022 akibat serangan Rusia. (Foto AP/Sergei Grits)
Radar rusak, kendaraan dan peralatan terlihat di fasilitas militer Ukraina di luar Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022 akibat serangan Rusia. (Foto AP/Sergei Grits)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia melonjak setelah Rusia mengumumkan perang dengan Ukraina. Harga minyak patokan internasional Brent melampaui USD 100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014.

Meski harga minyak sempat turun selama perdagangan sore di Wall Street setelah Presiden Joe Biden mengatakan saat ini tidak ada rencana untuk menargetkan sektor energi Rusia dengan sanksi usai menyerang Ukraina.

Perang Rusia Ukraina itu diperkirakan memiliki implikasi luas terhadap pasar energi mengingat peran Rusia sebagai produsen gas alam terbesar kedua di dunia dan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia.

Melansir laman CNBC, Jumat (25/2/2022), harga minyak telah melonjak lebih dari USD 20 per barel sejak awal tahun di tengah meningkatnya ketegangan Rusia Ukraina. Sekarang, dikhawatirkan gelombang sanksi internasional terhadap sektor energi Rusia dapat mengganggu pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent naik lebih dari 8 persen pada satu titik untuk mencapai sesi tertinggi USD 105,79 per barel, level tertinggi sejak Agustus 2014.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS, naik lebih dari 9 persen untuk diperdagangkan setinggi USD 100,54, harga terakhir terlihat pada Juli 2014.

Kedua kontrak harga minyak kemudian turun selama perdagangan sore di Wall Street. WTI menyelesaikan hari 71 sen, atau 0,77 persen lebih tinggi menjadi USD 92,81 per barel.

Pada satu titik kontrak merosot ke wilayah negatif. Minyak mentah Brent naik 2,3 persen menjadi USD 99,08 per barel.

Harga gas alam naik 6,5 persen. Harga emas naik 2,6 persen dengan perdagangan terakhir pada posisi USD 1.957,46 per troy ounce.

Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina Kamis pagi waktu setempat (24/2/2022), setelah berbulan-bulan membangun militer di sepanjang perbatasan yang terbagi dua.

Arahan itu muncul beberapa hari setelah pemimpin Kremlin secara resmi mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis pro-Moskow di Ukraina timur.

Ledakan terdengar di ibukota Ukraina, Kiev, menurut laporan NBC News. Krisis di Ukraina berubah dengan cepat dan laporan spesifik dari negara tersebut sulit untuk dikonfirmasi.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan melalui Twitter pada hari Kamis bahwa Putin telah "meluncurkan invasi skala penuh," ke negara itu, yang ia gambarkan sebagai "perang agresi."

Kuleba meminta para pemimpin dunia untuk menghentikan presiden Rusia. "Saatnya untuk bertindak sekarang," katanya.

 

Sanksi Buat Rusia

Asap mengepul dari pangkalan pertahanan udara setelah serangan Rusia di Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022  akibat serangan Rusia. (AP/Evgeniy Maloletka)
Asap mengepul dari pangkalan pertahanan udara setelah serangan Rusia di Mariupol, Ukraina, Kamis, 24 Februari 2022 akibat serangan Rusia. (AP/Evgeniy Maloletka)

Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Uni Eropa, Australia, dan Jepang termasuk di antara negara-negara yang mengumumkan gelombang pertama sanksi terhadap Rusia awal pekan ini, yang menargetkan bank dan individu kaya.

Rentetan tindakan kedua secara luas diharapkan segera, meskipun beberapa analis percaya pemerintah Barat kemungkinan akan membebaskan transaksi energi dari sanksi.

Badan Energi Internasional mengatakan awal pekan ini bahwa sementara dampak spesifik pada pasar minyak dunia "belum ditentukan," negara-negara anggota bersiaga "untuk bertindak secara kolektif untuk memastikan bahwa pasar minyak global dipasok secara memadai."

Ketidakpastian atas tanggapan sanksi"Pada tahap ini tidak jelas apa yang bisa membuat presiden Rusia sadar, oleh karena itu situasi, ekuitas dan pasar minyak akan tetap bergejolak," Tamas Varga, analis senior di PVM Oil Associates, mengatakan dalam sebuah catatan penelitian pada hari Kamis. .

"Bahkan jika harga turun kembali di bawah $100/bbl karena meredanya ketegangan di Eropa Timur, retracement mungkin terbukti berumur pendek dan pengetatan produk dapat menjaga harga minyak pada level tinggi di bulan-bulan mendatang," tambahnya.

Matthew Smith, analis minyak utama untuk Amerika di Kpler, mengatakan mungkin tidak ada gangguan langsung pada pasokan meskipun ada serangan Rusia.

Eropa dan Rusia sangat saling berhubungan dalam hal energi, dan masing-masing pihak bergantung satu sama lain, katanya kepada “Capital Connection” CNBC pada hari Kamis. AS dan Barat mungkin tidak akan menjatuhkan sanksi khusus pada aliran energi, tambahnya.

"Kami tidak akan melihat sisi pasokan hal-hal terganggu, meskipun segala sesuatu yang lain meningkat," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya