Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah setelah rilis risalah pertemuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve.
Kurs rupiah bergerak melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi 14.362 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.359 per dolar AS.
Baca Juga
Analis Bank Mandiri Rully Arya mengatakan, belum akan terlalu banyak sentimen yang akan menggerakkan pasar setelah publikasi inflasi pekan lalu dan rilis data ketenagakerjaan di AS.
Advertisement
"Pelaku pasar masih akan memantau perkembangan sentimen global, terutama dampak dari perang Rusia dan Ukraina, serta perkembangan imbal hasil US treasury," ujar Rully dikutip dari Antara, Kamis (7/4/2022).
Risalah pertemuan The Federal Reserve terakhir memperkuat ekspektasi beberapa kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin untuk mengendalikan inflasi yang melonjak dan ikut berdampak ke nilai tukar rupiah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prediksi Rupiah
Pejabat The Fed memandang perlu ada kenaikan suku bunga besar dan kuat yang sesuai pada pertemuan mendatang, terutama jika tekanan inflasi meningkat.
Pejabat bank sentral juga setuju untuk mengurangi neraca sebesar 95 miliar dolar AS per bulan, 60 miliar dolar AS kepemilikan obligasi pemerintah dan 35 miliar dolar AS sekuritas yang didukung hipotek, selama tiga bulan.
Rully memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.338 per dolar AS hingga Rp14.392 per dolar AS.
Pada Rabu (6/4) lalu, rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.359 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.348 per dolar AS.
Advertisement
Rupiah Berpotensi Melemah Kamis 7 April 2022
Sebelumnya, rupiah ditutup melemah 11 poin pada perdagangan Rabu sore, 6 April 2022 meski sebelumnya sempat melemah 20 poin di Rp 14.359. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.348
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan Kamis, 7 April 2022.
“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 14.340 hingga Rp 14.380,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (6/4/2022).
Hal tersebut disebabkan pasar masih terus memantau perkembangan utang pemerintah pada Februari yang terus mengalami peningkatan.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat per akhir Februari posisi utang Pemerintah berada di angka Rp 7.014,58 triliun dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 40,17 persen.
Sementara berdasarkan mata uang, utang Pemerintah didominasi oleh mata uang domestik Rupiah yaitu 70,07 persen. Selain itu, kepemilikan SBN oleh investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57 persen hingga akhir 2021 yang menyentuh 19,05 persen.
Adapun per 15 Maret 2022 mencapai 18,15 persen. Penurunan kepemilikan SBN oleh asing terjadi diantaranya akibat ketegangan global serta volatilitas pasar.
Meski masih diliputi ketidakpastian, pemulihan ekonomi pada 2022 diperkirakan akan terus berlanjut. Defisit APBN 2022 yang terus menurun dibandingkan target defisit 2020 dan 2021 menunjukkan upaya pemerintah untuk kembali bertahap menuju defisit di bawah 3 persen terhadap PDB.
Pemerintah Jaga Rasio Utang
Seiring dengan hal tersebut, pemerintah juga akan terus menjaga rasio utang, utamanya dengan mengedepankan pemanfaatan pembiayaan non utang, seperti optimalisasi pemanfaatan SAL sebagai buffer fiskal, serta implementasi SKB III dengan BI.
Upaya lain yang dilakukan Pemerintah adalah melalui pembiayaan kreatif dan inovatif untuk pembiayaan infrastruktur dengan mengedepankan kerjasama (partnership) berdasarkan konsep pembagian risiko yang fair.
Sementara rupiah melemah, dolar AS justru menguat terhadap mata uang lainnya pada Rabu, di tengah meningkatnya ekspektasi pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh Federal Reserve. AS dan Eropa juga akan memberikan sanksi tambahan terhadap Rusia.
Gubernur Federal Reserve Lael Brainard, sedang menunggu konfirmasi sebagai Wakil Ketua bank sentral AS, yang menyerukan kenaikan suku bunga dan pengurangan cepat ke neraca Fed untuk membawa kebijakan moneter AS ke posisi yang lebih netral akhir- tahun ini.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan lalu, kenaikan pertama sejak 2018 dan ekspektasi telah membangun bank sentral akan bergerak lebih agresif pada pertemuannya pada Mei.
Advertisement