Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali menguat setelah sebelumnya menyentuh rekor terendah dalam satu tahun dengan naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis. penguatan harga emas hari ini terjadi karena tingginya minat investor akan instrumen safe haven di tengah kekhawatiran pelemahan ekonomi.
Mengutip CNBC, Jumat (22/7/2022), harga emas di pasar spot 1,03 persen ke level USD 1.713,69 per ounce setelah sebelumnya menyentuh USD 1.680,25 per ounce yang merupakan level terendah sejak akhir Maret 2021. Sedangkan untuk harga emas berjangka AS naik 0,73 persen menjadi USD 1.712,30 per ounce.
Baca Juga
Membantu kenaikan harga emas, euro melonjak terhadap dolar AS, setelah Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga lebih dari yang diharapkan karena kekhawatiran tentang inflasi yang tidak terkendali mengalahkan pertimbangan pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Kenaikan suku bunga ini dilakukan ketika ekonomi zona euro terhuyung-huyung dari dampak perang Rusia di Ukraina.
"Mereka berada dalam situasi yang buruk secara keseluruhan, mulai dari aspek geopolitik dengan Ukraina, harga energi yang lebih tinggi, utang dalam jumlah besar, semuanya mendorong minat beli pada emas, kata analis pasar senior RJO Futures Daniel Pavilonis.
Dolar AS melemah, membuat emas lebih menarik bagi pembeli luar negeri. Bullion bersaing dengan dolar sebagai tempat yang aman.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fokus Keputusan the Fed
Namun secara keseluruhan, harga emas telah turun lebih dari USD 380 sejak awal Maret karena reli dolar AS baru-baru ini menambah hambatan dari kenaikan suku bunga yang agresif. Kenaikan dolar AS tersebut mengurangi biaya peluang untuk menahan aset yang tidak memberikan imbal hasil dan meredupkan daya tarik safe-haven.
"Emas tetap terperangkap di antara inflasi yang meningkat, kekhawatiran yang berkembang atas resesi dan pelarian ke kualitas di satu sisi, tetapi kenaikan suku bunga yang tajam, dolar AS yang kuat dan permintaan musiman yang lemah di sisi lain," kata analis Standard Chartered Suki Cooper.
Fokus sekarang adalah pada Federal Reserve AS, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin minggu depan.
“Mengingat seberapa cepat pasar telah memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin, emas bisa mendapatkan keuntungan dari reli bantuan jangka pendek jika Fed menaikkan 75 basis poin. Tetapi tren jangka panjang masih terlihat ke sisi bawah,” Cooper menambahkan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Sentimen Bearish, Harga Emas Diprediksi Bisa Jatuh di Bawah USD 1.700
Sebelumnya, Analis Wall Street dan investor logam mulia pada pekan ini melihat bahwa sentimen bearish pada harga emas masih tinggi. Tekanan ini bisa mendorong harga emas hingga jatuh ke bawah USD 1.700 per ounce.
Sentimen di pasar emas memang telah memburuk dalam beberapa pekan ini. Hal ini karena investor melihat bahwa Bank Sentral As atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi.
Dengan sentimen ini ada dua tantangan yang harus dihadapi oleh harga emas. Pertama adalah kenaikan imbahl imbal hasil surat utang AS dan kedua kenaikan nilai tukar dolar AS.
Harga emas telah turun ke level terendah hampir satu tahun pada pekan lalu karena dolar AS menyentuh tonggak penting yaitu mencapai keseimbangan dengan euro untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Analis mengatakan bahwa meskipun emas telah jatuh ke USD 1.700 per ounce, belum ada pergerakan kapitulasi besar di pasar.
Dealer logam mulia Alliance Financial Frank McGee mengatakan, dia memperkirakan harga emas turun lebih rendah karena lebih banyak pedagang dipaksa untuk melikuidasi posisi emas mereka yang hilang.
Analis teknikal senior Kitco.com Jim Wyckoff mencatat, prospek teknis menunjukkan bahwa sentimen bearish harga emas akan mengendalikan pasar dalam waktu dekat.
"Grafik sepenuhnya bearish dan jalur resistensi paling rendah untuk harga tetap sideways ke bawah," katanya.
Survei Kitco
Pada pekan ini, sebanyak 16 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Dari jumlah jumlah tersebut hanya ada tiga analis atau 19 persen yang optimis harga emas bakal naik dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama enam analis atau 50 persen menyatakan bearish pada harga emas atau emas mengalami tekana. Selain itu ada lima analis atau 31 persen menyatakan netral terhadap logam mulia minggu ini.
Sementara itu, 1.107 suara diberikan dalam jajak pendapat Main Street online. Dari jumlah tersebut 441 responden atau 40 persen melihat harga emas akan naik minggu ini.
Sedangkan 458 lainnya atau 41 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah dan 208 pemilih atau 19 persen menyatakan netral dalam waktu dekat.
Tidak hanya sentimen bearish di investor ritel yang meningkat minggu ini, tetapi partisipasi dalam survei mencapai level tertinggi dalam satu bulan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak investor memperhatikan pasar.
Advertisement