UMKM Perempuan Bisa jadi Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Usaha milik perempuan adalah kunci pertumbuhan ekonomi, karena bisnisnya mampu menyediakan 4 dari 5 lapangan kerja baru di pasar negara berkembang.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Agu 2022, 21:22 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2022, 21:21 WIB
Seorang delegasi G20 tampak menyempatkan diri melihat berbagai produk UMKM asli NTT saat mengikuti sidang pertama pertemuan kedua Sherpa atau 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo,.
Seorang delegasi G20 tampak menyempatkan diri melihat berbagai produk UMKM asli NTT saat mengikuti sidang pertama pertemuan kedua Sherpa atau 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Barat (NTT) pada Minggu (10/7/2022). (Sumber: InfoPublik.id)

Liputan6.com, Jakarta The International Trade Centre (ITC) dan Unilever mengumumkan kemitraan untuk meningkatkan pasokan barang dari usaha milik perempuan. Kemitraan ini akan menjadi katalisator bagi terwujudnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam sektor perekonomian Indonesia.

Kolaborasi antara ITC dan Unilever ini akan menyatukan keahlian ITC dalam hal pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) milik perempuan, serta pengalaman Unilever dalam memupuk supply chain atau rantai pasokan yang inklusif dan berkelanjutan.

Kolaborasi ini akan akan membangun jaringan pemasok milik perempuan yang memenuhi syarat untuk memajukan perwujudan komitmen Unilever, yaitu mengalokasikan €2 miliar setiap tahunnya untuk membangun bisnis yang mewakilkan keberagaman di seluruh dunia pada tahun 2025.

"Saat kita memulai perjalanan menuju pemulihan ekonomi global, para pemasok memiliki kesempatan besar untuk mengubah cara kita melakukan bisnis, menjadi lebih baik. Memberikan akses yang setara bagi perempuan di seluruh rantai pasok tidak hanya merupakan hal yang tepat dan baik, tetapi juga bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan kuat," kata Direktur Divisi Sustainable and Inclusive Trade, International Trade Centre, Anders Aeroe dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (23/8/2022).

"Kami bertekad untuk terus mendukung perempuan tidak hanya melalui pengembangan kapasitas, tetapi juga dengan memperluas peluang kerjasama dengan sektor swasta dan perusahaan internasional seperti Unilever sehingga menyediakan kesempatan yang besar untuk menciptakan jaringan para pemasok yang lebih inklusif," lanjut dia. 

Selain itu, dalam kerja sama ini ITC dan Unilever juga membangun kapasitas dan kapabilitas teknis dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki perempuan di Indonesia agar mampu menjadi pemasok untuk perusahaan besar seperti Unilever.

Head of Sustainability and Corporate Affairs, Unilever Indonesia, Nurdiana Darus mengatakan, setiap tahunnya, perusahaan-perusahaan telah menghabiskan triliunan dolar AS untuk memperoleh barang dan jasa, tetapi hanya kurang dari 1 persen dari alokasi pengeluaran tersebut ditujukan ke usaha milik perempuan.

Padahal, ketika perusahaan melewatkan peluang untuk melibatkan usaha milik perempuan, sebetulnya perusahaan tersebut kehilangan kesempatan untuk memperluas pasar, mendiversifikasi rantai pasok, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sembari ikut meningkatkan taraf hidup perempuan secara global.

Usaha milik perempuan adalah kunci pertumbuhan ekonomi, karena bisnisnya mampu menyediakan 4 dari 5 lapangan kerja baru di pasar negara berkembang, dan berkontribusi terhadap sepertiga dari seluruh bisnis secara global

“Data menunjukkan adanya peluang ekspansi GDP dunia sebesar 28 Triliun US Dollar melalui tersedianya partisipasi yang setara untuk perempuan dalam perekonomian global pada tahun 2025 . Untuk itu, sangatlah penting bagi semua pemangku kepentingan turut mengambil peran dalam menciptakan kesetaraan gender," tutur dia.

 

Investasi

[Fimela] Investasi
Ilustrasi investasi | unsplash.com/@precondo

Investasi pada usaha milik perempuan bukan hanya sebuah kewajiban sosial, tetapi merupakan langkah ekonomi yang jitu.Di Indonesia sendiri, proporsi UMKM yang dimiliki perempuan tercatat lebih dari 60 persen dan memiliki kontribusi besar pada perekonomian Indonesia.

Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan dalam mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan, masih banyak UMKM perempuan yang bergerak di sektor informal, yang kerap menghalangi akses mereka dalam mendapatkan sumber daya dan dukungan yang terprogram.

"Sejalan dengan upaya strategi ‘The Unilever Compass’ untuk membantu menciptakan masyarakat yang adil dan inklusif, kami berupaya menciptakan lingkungan dimana perempuan bisa memiliki peran yang lebih besar dalam perekonomian global, salah satunya adalah di bagian rantai pasok kami," jelasnya.

"Hal ini bertujuan untuk secara aktif membangun rantai pasok yang lebih beragam dengan bekerja bersama usaha-usaha milik perempuan dan orang-orang dari kelompok belum terwakilkan secara maksimal. Kami percaya dengan menciptakan rantai nilai yang lebih inklusif, kami akan mampu mendorong lebih banyak inovasi, ketangkasan, serta lebih banyak peluang bagi bisnis mitra pemasok kami maupun bagi bisnis Unilever," lanjut dia.

Kolaborasi ini merupakan bagian penting dari komitmen International Trade Center dan Unilever untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), terutama untuk tujuan nomor 5 dan 8 yang berfokus pada kesetaraan gender dan pekerjaan yang layak.

International Trade Centre menyadari bahwa kemitraan akan mampu berkontribusi pada proyek yang memiliki dampak yang baik dengan hasil yang berkelanjutan. Menandai kerja sama dalam program Parterships4Purpose, ITC dengan bangga menyoroti berbagai terobosan baru yang hanya akan dapat dicapai melalui kolaborasi yang kuat dan bermakna.

Pelaku UMKM Perempuan Ternyata Lebih Ramah Lingkungan Ketimbang Laki-Laki

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam acara Fasilitasi Pengembangan Alkes Produksi UMKM di Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/8/2022).
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam acara Fasilitasi Pengembangan Alkes Produksi UMKM di Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/8/2022).

Pengusaha UMKM dari kaum perempuan ternyata lebih peduli terhadap segala unsur yang bersifat ramah lingkungan daripada laki-laki. Ini merupakan hasil penelitian yang dikeluarkan Kementerian Koperasi dan UKM.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan, pihaknya bekerjasama dengan Program Pembangunan PBB (UNDP) pada Oktober 2021 melakukan riset, mengungkapkan dari 3.000 lebih pelaku UMKM, hampir 95 persen menunjukan minat dan dukungan terhadap praktik usaha ramah lingkungan.

Bentuk dukungan itu meliputi sikap pelaku usaha dalam menggunakan energi secara efisien, mengurangi sampah dalam proses produksi, serta menerapkan pentingnya praktik ramah lingkungan dalam menguntungkan usahanya untuk jangka panjang.

"Yang menarik dari hasil riset ini, menunjukan UMKM yang dimiliki perempuan cenderung lebih mendukung praktik ramah lingkungan dan inklusif dibanding dengan UMKM yang dimiliki laki-laki," ujar Teten Masduki dalam sesi webinar, Kamis (12/5/2022).

Saat ini, ia melanjutkan, praktik usaha ramah lingkungan atau ekonomi hijau menjadi salah satu agenda pemulihan transformatif utama Kementerian Koperasi dan UKM.

"Ke depan, 70 persen dari prioritas program Kementerian Koperasi dan UKM akan menyasar langsung pelaku UMKM dan koperasi, anak muda, perempuan, serta fokus untuk mendukung pengembangan ramah lingkungan," ungkapnya.

Adapun pengembangan UMKM terus jadi salah satu perhatian utama pemerintah. Sebab tak bisa dipungkiri, Teten berkata, pelaku usaha kecil dan menengah kini jadi pionir utama penggerak roda ekonomi nasional.

"Saat ini jumlah UMKM tercatat sekitar 65 juta, atas setara 99,9 persen populasi pelaku usaha di Tanah Air. Menyerap 97 persen tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,7 persen," tuturnya.

Gubernur BI: Digitalisasi Bisa Bangkitkan UMKM

Ilustrasi Bazar UMKM Banyuwangi (Istimewa)
Ilustrasi Bazar UMKM Banyuwangi (Istimewa)

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan digitalisasi memiliki peran penting dalam pengembangan UMKM. Ini menyangkut cara UMKM untuk bangkit dari kondisi pandemi covid-19.

UMKM di Indonesia dan negara lainnya mampu bertahan dari dampak negatif pandemi akibat adanya transformasi digital. Meski dibarengi juga dengan berbagai tantangan yang menghampirinya.

“Digital platform memiliki peran penting untuk mengangkat bangkit UMKM, digitalisasi membantu untuk mendorong target penjualan sekaligus mengakselerasi inklusi keuangan,” kata Perry dalam International Seminar on Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, dan MSMEs to Promote Inclusive Growth, Rabu (11/5/2022).

BI konsisten dalam mengembangkan UMKM. Dalam hal ini, BI berpegang pada tiga pilar, yakni korporatisasi, pengembangan kapasitas, dan fasilitas pembiayaan.

“Di luar itu BI juga mendorong UMKM menuju akses transformasi digital yang inklusif, dan mendukung masuk terlibat dalam value chain untuk ekosistem digital,” katanya.

“Sehingga bisa memperluas pasarnya, tak hanya dalam negeri tapi juga ke pasar global,” imbuhnya.

Ia menyebut, dalam dukungannya itu ditekankan pada dua hal. Yakni demand atau permintaan dan suplai.

Di sisi demand, pihaknya mendorong peningkatan UMKM untuk bisa lebih kompetitif serta mendrong digitalisasi dalam proses bisnisnya.

“Sementara dari sisi suplai kita bantu dalam memfasilitasi infrastruktur dan mendorong transformasi digital, salah satunya dicontohkan dengan adanya QR Indonesia Standard (QRIS). Ini sangat membantu proses bisnis UMKM,” terangnya.

Ia menyebut, penggunaan QRIS menjadi salah satu pintu masuk bagi pelaku UMKM untuk melirik ekosistem digital. UMKM bisa mengakselerasi inklusi keuangan.

Hingga saat ini diakuinya, sudah ada 16,1 juta merchant yang menggunakan QRIS, dimana 89 persen diantaranya adalah UMKM.

“Tentu ini cara untuk mempromosikan UMKM dalam transformasi digital tak selalu mudah, kita punya banyak tantangan,” katanya. 

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya