Liputan6.com, Jakarta Hampir semua negara memiliki gedung-gedung pencakar langit. kita ketahui gedung tertinggi di dunia saat ini masih dipegang oleh Dubai, Uni Emirat Arab yakni gedung Burj Khalifa yang tingginya mencapai 828 meter.
Lantas, meskipun Dubai memiliki gedung tertinggi di dunia, namun Dubai, Uni Emirat Arab, bukan merupakan negara yang memiliki gedung-gedung pencakar langit terbanyak. Saat ini, negara yang memiliki gedung pencakar langit terbanyak dimiliki oleh China.
Baca Juga
Dikutip dari laman skyscrapercenter.com, Minggu (11/9/2022), Negeri Tirai Bambu memiliki 2.971 gedung pencakar langit pada 2022. Jumlah itu terpaut jauh dengan yang dimiliki Amerika Serikat yang hanya 858 gedung.
Advertisement
Gedung tertinggi di China terletak di Hongkong, terdapat 10 gedung pencakar langit yang tingginya mulai dari 269,9 meter hingga 484 meter. Sedangkan, gedung tertinggi di Amerika Serikat terletak di New York City.
Selanjutnya, posisi ketiga di isi oleh Uni Emirat Arab dengan 314 gedung pencakar langit. Setelahnya ada Korea Selatan sebanyak 276 gedung. Posisi kelima, ada Jepang yang memiliki 271 gedung pencakar langit.
Keenam, ada Malaysia dengan 266 gedung. Ketujuh, ada Australia dengan 140 gedung. Kemudian disusul oleh Indonesia yang memiliki 129 gedung. Gedung tertinggi di Indonesia terletak di kota Jakarta.
Daftar Gedung Tertinggi di Indonesia
Gedung tertinggi di Jakarta ada 10 gedung, diantaranya Autograph Tower tingginya 382.9 meter, Luminary Tower 301.2 meter, Gama Tower 285.5 meter, Treasury Tower 279.5 meter.
Kemudian Mori Building 266 meter, Trinity Building 263 meter, Wisma 46 261.9 meter, Menara Astra 261.5 meter, Revenue Tower 260 meter, dan Sahid Sudirman Center 258 meter.
Posisi kesembilan ada Kanada, jumlah gedungnya 125 saja, terakhir ada Thailand dengan 124 gedung pencakar langit.
Advertisement
Saking Tingginya, Burj Khalifa Dubai Punya 3 Waktu Buka Puasa
Burj Khalifa yang berada di Dubai, Uni Emirat Arab, masih tercatat menjadi gedung tertinggi di dunia. Tentunya karena tinggi gedung ini pula, ada penyesuaian waktu berpuasa untuk para penghuninya. Lalu, bagaimana cara mereka berbuka? Inilah keunikan waktu puasanya, seperti yang dirilis dari bbc.com, Jumat (9/6/2017).
Gedung yang dibuka pada 2010 ini memiliki ketinggian mencapai 828 meter dan memiliki 160 lantai. Tingginya Burj Khalifa akhirnya berdampak pada pancaran cahaya matahari yang mereka lihat ketika menentukan waktu sahur dan berbuka puasa. Karena perbedaan ini pula, akhirnya para ulama terkemuka yang ada di Dubai akhirnya memutuskan perbedaan waktu puasa.
“Burj Khalifa memiliki tinggi hampir satu kilometer, yang artinya penghuni di lantai atas masih bisa melihat matahari bersinar ketika waktu senja tiba,” ungkap Ahmad Abdul Aziz al-Hadad, ulama di Dubai.
Akhirnya para ulama sepakat memberikan tiga waktu berbeda, sehingga para penghuni dapat menjalankan puasa sesuai dengan syariat yang ada. Waktu berbuka untuk lantai 80 hingga lantai 150, akan lebih lama dua menit dari pada lantai dasar. Sedangkan lantai 151 hingga 160 akan menambah waktu puasa 3 menit dibanding lantai dasar, sebelum akhirnya dapat berbuka puasa.
Namun waktu sebaliknya terjadi untuk sahur, karena lantai paling atas melihat mentari pertama kalinya. Sehingga waktu imsak di puncak Burj Khalifa akan lebih cepat 3 menit dari lantai bawah, mengikuti patokan waktu sebelumnya. Tentunya, peraturan ini menjadi satu-satunya di dunia, bukan?