Kata Bos IMF: Orang Miskin Bakal Tambah Jika Tak Ada Langkah Diambil Demi Tekan Inflasi

Menurut bos IMF itu, kenaikan inflasi ini akan lebih merugikan masyarakat khususnya orang menengah ke bawah.

oleh Aprilia Wahyu Melati diperbarui 22 Sep 2022, 13:01 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2022, 12:59 WIB
Potret Malang Kehidupan Tunawisma India
Seorang wanita tunawisma merokok sambil duduk dekat api unggun untuk menghangatkan diri di bawah jembatan layang di Jammu, India, Sabtu (28/12/2019). Sekitar 800 juta orang di India hidup dalam kemiskinan. (AP Photo/Channi Anand)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa mungkin akan banyak masyarakat yang jatuh miskin secara global kecuali bisa segera ambil langkah guna mengatasi inflasi.

"Penting untuk berpikir bahwa dampak gabungan dari berbagai krisis ini sudah menguji kesabaran dan ketahanan orang. Dan jika Anda tidak mengambil tindakan untuk mendukung yang paling rentan, akan ada konsekuensinya," tuturnya dilansir dari CNN, Kamis (22/9/2022).

Menurut bos IMF itu, kenaikan inflasi ini akan lebih merugikan masyarakat khususnya orang menengah ke bawah.

“Jika kita tidak menurunkan inflasi, ini akan merugikan mereka yang paling rentan, karena ledakan harga pangan dan energi bagi mereka yang lebih mampu adalah ketidaknyamanan -- bagi orang miskin, tragedi. Jadi kita memikirkan orang miskin terlebih dahulu ketika kami menganjurkan untuk menyerang inflasi dengan paksa," sambungnya.

Namun, bank sentral di seluruh dunia "tidak punya pilihan" lagi selain menaikkan suku bunga. Hal ini dilakukan dalam upaya memerangi inflasi, tambahnya.

Dia mengatakan, keadaan sekarang ini entah harus memulihkan pertumbuhan ekonomi lebih dulu atau tetap menjaga kestabilan harga.

"Kebijakan fiskal, jika berjalan dengan murah hati untuk membantu semua orang, sebenarnya akan menghalangi kebijakan moneter, itu akan menjadi musuh kebijakan moneter, karena Anda meningkatkan permintaan dan itu mendorong harga naik lagi, dan kemudian harus ada pengetatan lebih lanjut," ungkap Kepala IMF.

"Pertanyaan kritis di depan kita adalah memulihkan kondisi untuk pertumbuhan, dan stabilitas harga adalah kondisi kritis," tambahnya.

Terlepas dari peristiwa lalu akibat varian Omicron dan pandemi Covid-19 hingga invasi Rusia ke Ukraina, menurutnya, inflasi kali ini memang menjadi keadaan yang terberat. Bahkan kemungkinannya akan lebih berat lagi di tahun-tahun mendatang.

“Tahun ini berat, tahun depan lebih berat. Mengapa? Karena goncangan demi goncangan. Hanya dalam waktu tiga tahun: pandemi (belum berakhir), perang, invasi Rusia mendorong harga energi dan pangan naik, dan kemudian hasilnya adalah krisis biaya hidup," katanya.

Ketika ditanya tentang meningkatkan dukungan, Georgieva mengatakan bahwa dia sudah tidak terkejut lagi melihat masyarakat yang kini menentang atau marah.

Mengingat mereka mungkin telah melewati masa sulit, seperti dikurung di rumah selama berbulan-bulan dan melihat harga yang melonjak secara dramatis. Karenanya, Georgieva memperingatkan untuk berhati-hati kepada siapa pun.

"Jika kita tidak mampu melindungi rasa bertahan hidup dan rasa solidaritas, inilah yang akan terjadi,” katanya. Secara global, akan banyak masyarakat yang tambah miskin kecuali ada langkah-langkah yang diambil untuk melindungi mereka paling rentan dari inflasi.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya