Harga Beras Naik, BBM Ikut Jadi Biang Kerok

Kepala Badan Pangan Nasional, Arif Prasetyo Adi mengungkapkan kenaikan harga beras tidak bisa dihindari. Hal ini salah satunya karena memang fertiliser atau pupuk naik.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Okt 2022, 12:02 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2022, 12:02 WIB
Bulog Pastikan Stok Beras Aman
Aktivitas di sentra pasar beras Cipinang, Jakarta, Selasa (19/5/2020). Kepala Badan Pangan Nasional, Arif Prasetyo Adi mengungkapkan kenaikan harga beras tidak bisa dihindari. Hal ini salah satunya karena memang fertiliser atau pupuk naik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pangan Nasional, Arif Prasetyo Adi mengungkapkan kenaikan harga beras tidak bisa dihindari. Hal ini salah satunya karena memang fertiliser atau pupuk naik.

Kedua adanya biaya tanam, kemudian adanya biaya distribusi yang naik diakibatkan dengan kenaikan harga BBM atau bahan bakar minyak.

"Hari ini badan pangan nasional memang mengundang seluruh stakeholder terutama kementerian dan lembaga BUMN juga ada. Jadi memang tidak bisa dihindari kenaikan harga," ujar Arif, dalam Konferensi pers, di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (3/10).

Kendati demikian, Arif menjelaskan, walaupun terjadi kenaikan harga beras, kebutuhan daya beli masyarakat akan beras tinggi. "Ketersedian Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) hanya 30 hingga 40 ribu ton, bulan lalu sudah terdistribusi sebanyak ribu ton," terang Arif.

Bulog membeli beras langsung ke para petani yang seharusnya menyerap Rp 8.300 per kg, per hari ini dinaikkan menjadi Rp 8.800 per kg, sementara untuk stok Bulog hari ini sekitar 800 ribu ton. "Tetapi Bulog menyerap sesuai sama harga yang kita tentukan bersama-sama," kata dia.

"Memang kita semua mungkin dalam minggu ini saya dan juga teman-teman dari Bulog dan juga teman teman dari kementerian pertanian Akan ke Sulawesi Selatan untuk menyerap," ungkapnya.

Lebih lanjut pihaknya tidak akan tinggal diam untuk memenuhi stok beras dan target bulog sampai akhir tahun sebesar 1,2 juta ton.

"Jadi nanti berapapun yang diminta kita harus penuhi. jadi tadi ada permintaan 3000 ton dari teman teman pedagang. Per minggu ini kita harus siapkan karena Jakarta ini berkontribusi 27 persen nasional," tambahnya.

Jakarta Suntik Subsidi Rp 1,1 Triliun untuk Beras Premium hingga Telur Ayam

Imbas Kenaikan BBM, Harga Beras Ikut Merangkak Naik
Pekerja memasukkan beras ke dalam karung di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (8/9/2022). Kenaikan harga BBM bersubsidi berdampak pada melonjaknya harga beras di Pasar Induk Cipinang hingga Rp 2.000 - Rp 3.000 per kilogram akibat bertambahnya biaya transportasi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Elly, mengungkapkan pemerintah provinsi DKI Jakarta memberikan subsidi pangan untuk masyarakat yang memiliki kartu subsidi seperti pemilik Kartu Jakarta Pintar, Kartu Penghuni Rumah Susun, dan program kartu lainnya yang bersubsidi.

Dia menjelaskan, tahun 2022 Pemprov DKI menganggarkan sebesar Rp 1,1 triliun untuk 6 komoditas pangan yakni beras premium, susu UHT, ikan kembung, telur ayam, daging sapi, daging ayam.

Untuk rincian harga yakni beras premium Rp 30.000 per 5 kg, susu UHT Rp 30.000 1 KTN isi 24 pak, ikan kembung Rp 13.000 per kg isi 6-9 ekor, telur ayam Rp 10.000 per kg isi 15 butir, daging sapi Rp 35.000 per kg, daging ayam Rp 8.000 per ekor.

"Ini komoditas per bulan. Untung tinggal di Jakarta, transportasi, bahan pokok di subsidi," ujar Elly, di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (3/10).

Elly menerangkan ada ada 378 gerai seluruh DKI Jakarta, misalnya di rumah susun, kemudian gerai-gerai kelurahan. "Itu untuk mendekatkan ke para sasaran misalnya di rumah susun ada, di gerai-gerai kelurahan ada, kemudian pusatnya disini (Pasar Induk Cipinang)," terang dia.

Sementara pada waktu yang sama, Kementerian Perdagangan, Zulkifli Hasan mengungkapkan apresiasi kepada Pemprov DKI karena memberikan harga yang terjangkau kepada masyarakat di daerahnya.

"Nah ini DKI ternyata lebih maju ya, mungkin APBD-nya banyak jadi ini di jual Rp 30.000 (beras)," ujar Zulhas, Senin (3/10).

Zulhas menyebut apabila pemerintah daerah perhatian dan care, serta turun langsung melihat langsung harga di pasar juga mampu memberikan subsidi kepada masyarakat.

"Kita harapkan Pemda yang lain juga sama (bisa memberikan subsidi)," tambahnya.

Jokowi: Perang Belum Akan Selesai, 19.600 Orang Mati Kelaparan Karena Krisis Pangan

Presiden Jokowi soal COVID-19 mereda.
Presiden Jokowi soal COVID-19 mereda.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberi bocoran, konflik perang yang terjadi di beberapa negara belum akan segera berakhir. Imbasnya, dunia terancam bakal dilanda krisis pangan, krisis energi hingga krisis finansial yang memanjang.

Kesimpulan itu didapat Jokowi pasca dirinya beberapa waktu lalu melawat ke Ukraina dan Rusia, untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Dunia saat ini pada posisi yang semua negara sulit. Lembaga-lembaga internasional menyampaikan, tahun 2022 sangat sulit. Tahun depan mereka sampaikan akan lebih gelap," kata Jokowi dalam acara pembukaan BUMN Startup Day di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/9/2022).

"Saat saya bertemu dengan presiden Putin selama 2,5 jam, berdiskusi, ditambah dengan Zelensky 1,5 jam berdiskusi, saya menyimpulkan, perang tidak akan segera selesai," tegasnya.

RI 1 memprediksi, segala kesulitan yang kini tengah terjadi masih akan terus berlanjut. Bukan sekadar krisis pangan dan energi saja, namun negara dunia berpotensi terbebani kesulitan finansial.

"Itu berarti akan ada kesulitan-kesulitan yang lain. Krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, covid yang belum pulih. Dan akibatnya kita tahu, sekarang ini saya baru saja dapat angka 19.600 orang mati kelaparan karena krisis pangan," bebernya.

Namun, Jokowi tak mau berputus asa. Menurutnya, Indonesia masih menyimpan potensi ekonomi digital yang luar biasa besar, dan itu bisa jadi asa untuk bisa menyelamatkan negara.

"Tapi saya melihat ini ada opportunity yang bisa dilakukan. Karena ekonomi digital kita tumbuh pesat, tertinggi di Asia Tenggara, melompat 8 kali lipat dari Rp 632 triliun di 2020 menjadi Rp 4.531 triliun nanti di 2030," tuturnya. 

Indonesia Dihantui Krisis Pangan, Jokowi Ingatkan Sumber Makanan Bukan Hanya Beras

FOTO: Panen Padi Rutin di Kawasan Ujung Menteng
Petani memanen padi dari Sawah Abadi di kawasan Ujung Menteng, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Padi hasil panen tersebut tidak dijadikan beras, tapi dijadikan benih untuk dibagikan kepada kelompok tani yang ada di wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat agar tidak hanya bergantung pada sumber pangan utama berbasis komoditas beras, di tengah ancaman krisis pangan akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Terlebih, perang Rusia dan Ukraina diproyeksikan akan berlangsung dalam kurun waktu lama. "Yang namanya urusan pangan ini kan tidak hanya urusan beras saja. Komoditas yang lainnya banyak sekali. Pangan tidak hanya beras. Hati-hati," kata Jokowi dalam acara pembukaan BUMN Startup Day 2022 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/92)

Dikatakan masih banyak sumber pangan pengganti beras yang tersedia di berbagai wilayah namun belum dimanfaatkan secara baik.

Sebagai contoh porang yang justru digandtungi di luar negeri sebagai sumber karbohidrat pengganti beras."Ada sorgum, ada kasava (singkong), ada sagu, dan lain-lain," imbuh Jokowi.

Jokowi meminta sejumlah pihak terkait untuk kembali menggalakkan program diversifikasi pangan berbasis ketersediaan lokal.

Hal ini sekaligus untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengonsumsi sumber karbohidrat pengganti beras yang lebih sehat.

"Sehingga ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, dari nelayan di lautan, sampai masuk melompat ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga," tandasnya.

  

INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia
INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya