Pariwisata Indonesia Masuk Radar Tambah Lapangan Kerja Baru hingga 5,3 Juta

Laporan Travel & Tourism Economic Impact mengungkapkan, Asia-Pasifik akan menjadi kawasan pertama di dunia yang melihat pemulihan industri perjalanan pada 2023.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Okt 2022, 14:56 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 14:56 WIB
Hari Pertama Pembukaan Travel Bubble Australia dan Selandia Baru Setelah 400 Hari Ditutup
Suasana hari pertama pemberlakuan travel bubble antara Australia dan Selandia Baru di Bandara Internasional Sydney, Senin, 19 April 2021. (dok.SAEED KHAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Asia-Pasifik diperkirakan akan menjadi kawasan pertama di dunia yang melihat pemulihan industri perjalanan pada tahun 2023. Hal itu terungkap  dalam laporan Travel & Tourism Economic Impact tahun ini, sebuah publikasi tahunan oleh World Travel & Tourism Council (WTTC) yang berbasis di London, Inggris. 

Dilansir dari CNBC International, Selasa (18/10/2022) laporan itu menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan tingkat pra-pandemi, pendapatan pariwisata pada tahun 2020 turun lebih banyak di Asia-Pasifik (59 persen ) daripada di kawasan lain.

Upaya pemulihan di kawasan itu sempat tertunda pada tahun 2021, dengan sebagian besar negara di sana mempertahankan pembatasan perbatasan yang ketat. Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap produk domestik bruto regional naik sekitar 16%, lebih rendah dari 28% di Eropa dan 23% di Amerika Utara.

Namun, laporan tersebut menunjukkan Asia-Pasifik diperkirakan akan mengakhiri kesenjangan tahun ini, dengan jumlah pendapatan perjalanan yang berkontribusi terhadap perkiraan ekonomi secara keseluruhan tumbuh sebesar 71 persen.

Perjalanan di Asia-Pasifik pun telah melonjak tahun ini, salah satunya ketika pembatasan pertama kali dilonggarkan di India dan Australia, kemudian Malaysia dan Thailand serta negara-negara Asia Tenggara lainnya, diikuti oleh Jepang, Korea Selatan dan Taiwan di utara.

Laporan WTTC uga memperkirakan akan adanya keuntungan berkelanjutan pada industri perjalanan Asia-Pasifik pada 2023 mendatang, diikuti oleh tahun pertumbuhan positif lainnya pada tahun 2024.

Kemudian untuk tahun 2025, diperkirakan, pendapatan perjalanan akan berkontribusi pada penambahan 32 persen PDB kawasan itu daripada sebelum pandemi — jumlah yang jauh melebihi setiap wilayah lain, kecuali Timur Tengah (30 persen).


Tambah Lapangan Kerja, Termasuk di Indonesia

Pesawat Malaysia Airlines
Pesawat yang diyakini sebagai Malaysia Airlines MH128 di Bandara Malbourne, Australia (1/6). Polisi berhasil mengamankan MH128 yang kembali setelah seorang penumpang asal Sri Lanka mengklaim memiliki bom dan memaksa masuk kokpit. (Andrew Leconcelli/AFP)

Laporan WTTC memperkirakan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata ekonomi global akan menjadi 2,7 persen dari tahun 2022 hingga 2032. Namun, selama periode yang sama, kontribusi pariwisata terhadap ekonomi global diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata 5,8 persen.

Di Asia-Pasifik, jumlahnya akan naik lebih tinggi, dengan kontribusi pariwisata terhadap PDB diperkirakan akan tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata 8,5 persen, menurut WTTC.

Selain itu, WTTC juga memprediksi industri perjalanan global akan menambah 126 juta pekerjaan baru dalam dekade berikutnya. Dari jumlah tersebut, dikatakan, sekitar 65 persen akan berada di Asia-Pasifik.

Indonesia, Thailand, dan Filipina juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pekerjaan sektor pariwisata yang nyata dalam dekade berikutnya, masing-masing menambahkan 5,3 juta, 3,5 juta, dan 3,15 juta pekerjaan baru.

Tetapi WTTC juga mencatat bahwa kemampuan Asia untuk pulih sepenuhnya pada tahun 2023 dapat terancam jika China terus membatasi perjalanan internasional.

Selama Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis, Presiden China Xi Jinping mengatakan kebijakan nol-Covid -19 negara itu telah mencapai hasil positif. Namun dia belum mengindikasikan apakah kebijakan tersebut akan dilonggarkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya