Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah hari ini di tengah penantian pelaku pasar akan hasil pertemuan Bank Sentral (AS) atau Federal Reserve (Fed).
Pada Senin (31/10/2022) pagi, nilai tukar rupiah melemah 19 poin atau 0,12 persen ke posisi 15.573 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.554 per dolar AS.
Baca Juga
"Memang menjelang pengumuman FOMC pekan ini, rupiah terus melemah," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto dikutip dari Antara.
Advertisement
Rully menyampaikan sebagian besar mata uang global pagi ini juga melemah, baik di negara maju maupun negara berkembang.
"Pasar wait and see, terutama untuk sinyal seberapa besar kenaikan di bulan Desember, sedangkan untuk November sudah hampir dipastikan naik 75 bps," ujar Rully.
Menurut Rully, rupiah juga banyak terpengaruh oleh pergerakan global, terutama dari mata uang Yen yang mengalami tren pelemahan signifikan karena Bank of Japan (BoJ) masih mempertahankan kebijakan yang akomodatif dengan suku bunga minus 0,1 persen.
Â
Sentimen Domestik
Sementara dari domestik, fokus pelaku pasar tertuju kepada data inflasi Oktober 2022 yang akan dirilis pada Selasa 1 November besok.
"Kemungkinan inflasi akan lebih rendah pada bulan Oktober dibandingkan September. Kami perkirakan sedikit lebih rendah menjadi 5,9 persen (yoy) pada bulan Oktober dari 5,95 persen (yoy) pada bulan September," kata Rully.
Rully memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak ke arah 15.535 per dolar AS dengan potensi resisten 15.595 per dolar AS.
Sedangkan pada perdagangan Jumat 28 Oktober lalu, rupiah ditutup menguat 13 poin atau 0,08 persen ke posisi 15.554 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.567 per dolar AS.
Advertisement
Pefindo: Pelemahan Rupiah Masih Minim terhadap Korporasi
Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menjelaskan saat ini pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih minim terhadap korporasi.
Ekonom Pefindo Suhindarto menilai, Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengintervensi pasar serta untuk menjaga agar nilai tukar Rupiah tidak sampai terDepresiasi cukup dalam.
"Sejauh ini kami melihat bahwa memang ada risiko cukup besar kertika nilai tukar terdepresiasi, memang kita melihat Bank Indonesia sendiri sudah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengintervensi pasar dan juga untuk menjaga agar nilai tukar kita tidak sampai terdepresiasi cukup dalam lagi," kata Ekonom Pefindo Suhindarto dalam konferensi pers, ditulis Rabu (26/10/2022).
Menurut ia, sejauh ini risiko yang dihadapi dari sisi translasi nilai tukar diperkirakan masih lebih rendah.
"Sehingga saya pikir sejauh ini risiko yang dihadapi dari sisi tranlasi nilai tukar kami perkirakan masih lebih rendah, Rupiah kita sifatnya masih lebih involatil dibanding negara lainnya sehingga akami berpandangan stabilitas nilai tukar dijaga ini meniminalisir korporasi berhutang valas," kata dia.
Â
Hutang Valas
Sementara itu, Kepala Divisi Pemeringkatan Nonjasa Keuangan I Pefindo Niken mengatakan, terdapat sejumlah emiten yang berusaha menurunkan hutang valas untuk meminimalkan risiko yang terjadi.
"Mungkin enggak semua emiten, ada beberapa emiten yang kami cover berusaha menurunkan hutang valas yang punya pendapatan rupiah, mereka berusaha menurunkan utang valas bisa meminimalkan risiko, ada beberapa yang masih tetap memiliki risiko utang valas," ujar Niken.
Advertisement