Lewat FEP, Wilmar Padi Indonesia Bidik Peningkatan Kemitraan Petani 10 Ribu Ha

PT Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan dengan petani melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10 ribu hektare (ha).

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Apr 2023, 20:57 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2023, 20:57 WIB
PT Wilmar Padi Indonesia
PT Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan dengan petani melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10 ribu hektare (ha). Peningkatan itu bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pejuang pangan tersebut. (Dok Wilmar Padi Indonesia)

 

Liputan6.com, Jakarta PT Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan dengan petani melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10 ribu hektare (ha). Peningkatan itu bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pejuang pangan tersebut. 

Menurut Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) Saronto, upaya membangun bisnis padi diawali dengan keinginan meningkatkan kesejahteraan petani yang menjadi mitra Wilmar. Model kemitraan tersebut dilakukan melalui Farmer Engagement Program (FEP) untuk meningkatkan produktivitas petani. Program tersebut dimulai sejak musim tanam II 2021 dengan luas lahan kemitraan 141 ha. 

FEP disambut positif oleh petani sehingga peserta dan luasannya terus meningkat. Pada musim tanam I (November 2022-Februari 2023), jumlah petani peserta FEP mencapai 2.302 orang dengan luas lahan 2.815 ha.

Angka tersebut melonjak dibanding periode sama tahun lalu yang hanya 1.626 orang dengan luas lahan 1.113 ha. Sejak musim tanam II (Maret-Juni 2021) hingga saat ini, total petani yang telah bergabung dalam FEP sebanyak 7.561 orang dengan luas lahan 6.798 ha yang tersebar di Jawa dan Sumatera.

Tahun ini perusahaan menargetkan kemitraan melalui FEP meningkat menjadi 10 ribu ha. Luasan itu naik signifikan dari realisasi kemitraan tahun lalu yang baru 3.366 ha.

Saronto mengatakan, pihaknya telah menentukan tiga lokasi baru untuk FEP tahun ini, yaitu di Pandeglang, Lampung, dan Kuala Tanjung. Peningkatan kemitraan terjadi karena program tersebut mendapat respon positif dari petani, terutama karena adanya pendampingan dari tim agronomis perusahaan yang membantu meningkatkan produktivitas mitra.

 

 

Peningkatan Produktivitas

Wilmar Padi Indonesia
PT Wilmar Padi Indonesia menargetkan kemitraan dengan petani melalui Farmer Engagement Program (FEP) tahun ini meningkat menjadi 10 ribu hektare (ha). Peningkatan itu bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pejuang pangan tersebut. (Dok Wilmar Padi Indonesia)

Dari data di lapangan, peningkatan produktivitas dalam pendampingan tersebut minimal 15 persen. Melalui pendampingan petani dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga dengan sendirinya pendapatan mereka meningkat.

Misi dalam mensejahterakan petani itu juga dilakukan melalui pembelian gabah dengan harga yang baik dan wajar melalui efisiensi produksi. WPI juga memanfaatkan produk samping (by product) menjadi produk hilir yang memberikan nilai tambah. Seperti, bekatul,  kulit, menir dan sekam. Sedangkan dasar pembelian gabah ditentukan oleh kualitas yang ditentukan oleh kadar air, kadar kotoran, dan butir hijau.

“Kami mencari peluang keuntungan dari produk turunan beras,, seperti bekatul, menir, sekam yang bisa dibuat untuk bahan bakar pengganti batu bara karena nilai kalorinya sangat tinggi, termasuk membuat tepung beras. Itu yang kami kembalikan ke petani,” tutur Saronto.

WPI memiliki tiga tujuan utama. Pertama, membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan membeli gabah dengan harga yang baik dan wajar. Kedua, membantu pemerintah dalam ketahanan pangan. Ketiga, membantu pemerintah mengendalikan inflasi akibat dampak kenaikan harga beras.

“Kami berupaya mengikuti arahan pemerintah untuk ikut meningkatkan ketahanan pangan di dalam negeri,” kata dia.  

Pihaknya juga menghadapi sejumlah tantangan dalam program tersebut. Diantaranya, edukasi pengetahuan dan teknologi baru yang diperkenalkan tim FEP karena adanya knowledge gap. Selain itu, tim juga harus membangun hubungan emosional yang kuat dengan petani, karena tidak jarang saat panen tiba mereka didekati oleh tengkulak dengan iming-iming harga yang lebih tinggi. 

 

Terapkan GAP dan Bibit Unggul, Plasma Wilmar Panen Lebih Cepat

Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Koperasi Unit Desa (KUD) Perkebunan Kelapa Sawit Maju Jaya, plasma PT Buluh Cawang Plantation, Wilmar Group berhasil melakukan panen perdana hasil replanting (peremajaan) kelapa sawit hanya dalam 30-33 bulan setelah penanaman. 

Panen tersebut lebih cepat dari prediksi awal selama 36 bulan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari kerjasama antara petani plasma dan perusahaan. 

Menurut Ketua KUD Maju Jaya I Ketut Sana,  proses replanting dimulai sejak 2019 dan penanaman perdana dilakukan pada April 2020.

Pemanenan yang lebih cepat tersebut karena ada kerja sama yang baik antara KUD plasma dan perusahaan yang dibarengi penerapan good agriculture practices (GAP), berupa penggunaan bibit unggul varietas TS1, waktu dan dosis pemupukan yang tepat, penyuluh perkebunan, serta pengendalian hama. Bibit unggul varietas TS1 yang diproduksi PT Tania Selatan dan pupuk dari Pupuk Mahkota, Wilmar Group. 

"Meski panen dibawah tiga tahun, perusahaan membeli sawit KUD seperti harga sawit umur tiga tahun," kata Ketut di sela Syukuran Panen Perdana di kebun plasma KUD Maju Jaya, Desa Suka Jaya, Ogan Komiring Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dikutip Kamis (12/1/2023).

Dia menjelaskan, panen tidak dilakukan serentak karena replanting dilakukan secara bertahap dalam beberapa gelombang dan diperkirakan bulan depan petani sudah seluruhnya panen. Total luas lahan kelapa sawit anggota KUD saat ini 600 hektare (ha) yang dikelola sekitar 300 petani plasma.

Produktivitas Kelapa Sawit

minta-pajak-cpo-turun130110b.jpg
Sawit

produktivitas kelapa sawit anggota KUD hanya 14 ton per ha per tahun. Setelah menggunakan bibit unggul dari Tania Selatan, produktivitasnya diperkirakan memiliki potensi untuk mencapai hasil  hingga 30 ton per ha per tahun.

“Kemitraan kami sudah sejak 1997. Kami berharap kedepan akan semakin baik,” kata Ketut. 

Selain itu, sejak 2018 Wilmar juga mendampingi KUD Maju Jaya mendapatkan dana replanting dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebesar Rp 25 juta per ha. Saat ini, anggota KUD juga sedang dalam proses pembuatan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kabupaten OKI Herliansyah Hilaludin mengapresiasi kerjasama antara Wilmar, Bank Sumsel Babel, dan dinas kehutanan dan lingkungan hidup. Pihaknya berharap, kerjasama yang baik tersebut dapat membantu petani menemukan solusi permasalahan yang mereka hadapi.

“Memang ada masalah plasma yang sampai ke kami, tetapi kami berharap dengan kerja sama yang baik, itu dapat diselesaikan,” tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya