Anak Muda Pengangguran di China Cetak Rekor

Tingkat pengangguran pada penduduk China berusia 16 hingga 24 tahun di daerah perkotaan naik menjadi 21,3 persen bulan lalu.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Jul 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2023, 16:00 WIB
Kota Terlarang di Beijing Kembali Dikunjungi Wisatawan
Seorang perempuan menarik gerobak portabel dengan seorang anak mendorong ke belakang ketika bersiap untuk mengunjungi Kota Terlarang di Beijing, China. Angka pengangguran pada penduduk usia muda di China telah mencapai rekor tertinggi, pasca-pandemi.(WANG Zhao / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Angka pengangguran pada penduduk usia muda di China telah mencapai rekor tertinggi, menyusul pemulihan pasca-pandemi di negara itu yang berjalan secara perlahan.

Melansir BBC, Selasa (18/7/2023) angka resmi menunjukkan tingkat pengangguran pada penduduk China berusia 16 hingga 24 tahun di daerah perkotaan naik menjadi 21,3 persen bulan lalu.

Kenaikan tersebut terjadi ketika negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu hanya tumbuh 0,8 persen pada kuartal kedua 2023.

Analis mengatakan laju pertumbuhan yang lemah telah meningkatkan harapan bahwa pihak berwenang China akan segera mengumumkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan perekonomian.

Di sisi lain, Biro Statistik Nasional China mengatakan data "menunjukkan momentum pemulihan yang baik".

Menurut angka resmi yang dirilis pada Senin, 17 Juli 2023, ekonomi China tumbuh sebesar 6,3 persen pada kuartal kedua secara tahunan. Ini melampaui pertumbuhan pada kuartal pertama tetapi meleset dari ekspektasi analis.

"Kekecewaan ini terlihat jelas dalam penjualan ritel dan investasi perumahan," kata Qian Wang, kepala ekonom Asia Pasifik di perusahaan investasi Vanguard.

"Ini, ditambah dengan laporan perdagangan, inflasi dan kredit sebelumnya, menegaskan kembali pandangan kami bahwa momentum pertumbuhan yang mendasarinya masih sangat lemah," paparnya.

Selain itu, permintaan global untuk barang-barang dari China juga turun secara signifikan. Ada juga kekhawatiran atas membengkaknya utang pemerintah daerah dan pasar perumahan.

Ketenagakerjaan muda diawasi dengan ketat oleh para ekonom karena rekor 11,58 juta lulusan universitas diharapkan memasuki pasar pekerjaan di China tahun ini.

Dilaporkan, tingkat pengangguran China pada warga usia muda di perkotaan di China telah meningkat selama beberapa bulan. Masalah ini disebabkan faktor-faktor termasuk ketidaksesuaian antara apa yang lulusan dilatih dan pekerjaan yang tersedia saat ini.

 

China Akui Pengangguran Penduduk Usia Muda Akan Meningkat

Antusias Siswa di Wuhan Memulai Semester Baru
Para siswa memasuki gedung SMA Wuhan di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China, 1 September 2020. Total 2.842 taman kanak-kanak, sekolah dasar dan sekolah menengah di Wuhan, kota besar yang pernah dilanda parah covid-19, telah dibuka kembali untuk menyambut sekitar 1,4 juta siswa. (Xinhua/Xiao Yijiu)

 

Pihak berwenang di China mengakui, bahwa pengangguran penduduk muda mungkin akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang, sebelum mencapai puncaknya sekitar bulan Agustus.

Penduduk usia muda di China yang menganggur membentuk kontribusi hanya 1,4 persen dari tenaga kerja potensial di daerah perkotaan China, menurut perkiraan Dan Wang, kepala ekonom di Hang Seng Bank China.

Dia mengatakan bahwa masalah pengangguran pada penduduk muda "memerlukan tanggapan kebijakan yang lebih langsung, karena kelompok populasi ini cukup vokal di dunia maya."

"Ekspresi ketidakpuasan mereka terhadap situasi saat ini dapat memicu hilangnya kepercayaan yang lebih luas terhadap perekonomian," jelasnya.

Jokowi Cerita Pengangguran di Afrika Melonjak 33% Dampak Bonus Demografi, Ada Lulusan S2 Jadi Tukang Sapu

Jokowi
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat pembukaan Jakarta Fair Kemayoran 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (14/6/2023). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi. Dalam hitungannya, puncak bonus demotrafi tersebut akan terjadi pada 2030. Untuk itu, pemerintah sudah harus bersiap sejak dini.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, di 2030 saat Indonesia mencapai puncak bonus demografi sebanyak 68,3 persen dari total penduduk Indonesia berada di usia produktif.

Momentum ini hanya akan dialami sebuah negara satu kali saja.

"68,3 persen total penduduk Indonesia berusia produktif dan ini hanya sekali dalam peradaban sebuah negara. Hanya sekali dalam peradaban sebuah negara," kata dia Jokowi dalam acara Indonesia Emas 2045 di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).

Jokowi mengatakan puncak bonus demografi bisa menjadi peluang sekaligus bencana jika tidak bisa dikelola negara dengan baik. Dia mencontohkan negara-negara di Afrika yang 2015 mengalami puncak demografi namun gagal mengelolanya.

"Di sebuah negara Afrika 2015 mendapatkan bonus demokrasi, lalu dalam 7 tahun pengangguran melonjak 33,6 persen," kata Jokowi.

Saking sulitnya lapangan kerja, ada lulusan S2 di negara Afrika yang bekerja sebagai tukang sapu. Padahal dengan tingkat pendidikan yang tersebut seharusnya bisa menjadi guru atau pengajar.

"Saya baca berita di negara lain saking sulitnya cari kerja, lulusan S2 harusnya bisa jadi guru saat ini menjadi tukang sapu," kata Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya