Ekspor Indonesia Juli 2023 Makin Loyo, Turun 18 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih melanjutkan tren pelemahan ekspor sejak awal 2023.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Agu 2023, 11:47 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2023, 11:45 WIB
Neraca Perdagangan RI
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih melanjutkan tren pelemahan ekspor sejak awal 2023. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih melanjutkan tren pelemahan ekspor sejak awal 2023. Angka ekspor Indonesia Juli 2023 mengalami penurunan cukup dalam dibandingkan periode sama tahun lalu.

Secara bulanan, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan, nilai ekspor Juli 2023 mencapai USD 20,88 miliar. Itu naik tipis 1,36 persen dibandingkan Juni 2023. Tapi dibandingkan Juli 2022, nilai ekspor tersebut lebih rendah 18,03 persen.

"Secara tahunan, penurunan terjadi baik pada ekspor migas maupun non migas. Penurunan ekspor ini melanjutkan tren yang terjadi sejak awal tahun 2023 seiring dengan menurunnya harga komoditas di pasar global dibandingkan tahun lalu," ujar Amalia, Selasa (15/8/2023).

Bila dilihat lebih rinci, ekspor migas Juli 2023 tercatat senilai USD 1,23 miliar. Angka tersebut terpangkas 2,61 persen secara month to month dibanding bulan sebelumnya.

"Penurunan ekspor migas dikarenakan menurunnya nilai ekspor komoditas minyak mentah dah hasil minyak dibandingkan bulan sebelumnya," imbuh Amalia.

Ekspor Nonmigas

Sementara ekspor nonmigas per Juli 2023 mencapai USD 19,65 miliar, atau naik 1,62 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Amalia mengatakan, kinerja ekspor Juli ini lebih didorong oleh kenaikan ekspor non migas, terutama daripada barang besi dan baja sebesar 47,33 persen.

"Kemudian kenaikan ekspor nikel dan barang daripadanya sebesar 43,29 persen, serta berbagai barang kimia yang naik 11,15 persen," terang dia.


Pemerintah Optimis Raup Devisa USD 60 Miliar Meski Ekspor Melemah

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah optimistis nilai devisa hasil ekspor (DHE) tahun ini masih bisa tembus USD 60 miliar untuk memperkuat cadangan devisa (cadev) negara, meskipun harga komoditas ekspor menunjukan grafik pelemahan.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, devisa hasil ekspor yang terkumpul pada 2022 sebesar USD 203 miliar dari total USD 292 miliar total ekspor tahun lalu.

Angka itu didapat dari nilai ekspor empat komoditas sumber daya alam (SDA) yang termasuk wajib setor DHE dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023, yakni pertambangan, perkebunan, perhutanan, dan perikanan.

"Kalau kita pakai angka USD 203 miliar di 2022, sekarang kan sejak pandemi ekspor kenaikannya cukup tinggi, angkanya rata-rata USD 290 miliar. Terakhir sebelum pandemi sebelum booming komoditas USD 170-180 miliar, sekarang rata-rata lebih dari USD 270-280 miliar," paparnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (14/8/2023).

 


Prediksi Ekspor

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati pertumbuhan tahun ini melambat, Susiwijono coba memperkirakan kinerja ekspor tahun ini bisa mencapai USD 290 miliar. Sehingga 30 persen dari DHE yang wajib ditaruh di sistem keuangan Indonesia (SKI) sekitar USD 60 miliar.

"Kita masih hitung tahun ini dengan pola yang sama, walau growth ekspor melambat, maka yang ditetensi sektiar USD 60 miliar," imbuh Susiwijono.

Menurut dia angka tersebut cukup besar. Apalagi cadangan devisa Indonesia per Juli 2023 tercatat sebesar USD 137,7 miliar, naik sedikit dari Juni 2023 senilai USD 137,5 miliar.

"Trennya sempat naik turun sedikit, tapi beberapa bulan di atas USD 130 miliar atau setara 6 bulan lebih ekspor impor kita cukup kuat. Sehingga cadev dengan DHE ini mudah-mudahan ada penguatan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya