Liputan6.com, Jakarta - Rusia menerapkan larangan tanpa batas atas ekspor solar dan bensin ke sebagian besar negara. Langkah ini dinilai berisiko ganggu pasokan bahan bakar menjelang musim dingin dan mengancam memperburuk kekurangan bahan bakar global.
Dikutip dari CNBC, ditulis Minggu (24/9/2023), keputusan pemerintah yang ditandatangani Perdana Menteri Mikhail Mishustin pada Kamis, 21 September 2023 menyebutkan pihaknya akan memberlakukan pembatasan “sementara” terhadap ekspor solar untuk menstabilkan harga bahan di pasar domestik.
Baca Juga
Larangan itu segera berlaku dan diterapkan untuk semua negara selain empat negara belas Soviet, tidak memiliki tanggal berakhir. Negara-negara yang dikecualikan dari larangan tersebut termasuk Belarus, Kazakhstan, Armenia dan Kyrgyzstan yang merupakan anggota Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia.
Advertisement
Adapun Rusia adalah salah satu pemasok solar terbesar di dunia dan pengekspor utama minyak mentah. Pelaku pasar khawatir mengenai potensi dampak larangan Rusia terutama pada saat persediaan solar global sudah berada pada tingkat rendah. Harga minyak naik USD 1 per barel di tengah berita pada Kamis, 21 September 2023 sebelum berada di posisi terendah pada sesi tersebut.
Harga minyak acuan Brent berjangka naik 0,9 persen ke posisi USD 94,13 per barel pada Jumat sore, 22 September 2023 di London, Inggris. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik 1,1 persen ke posisi USD 90,62.
Analis energi mengatakan, pernyataan yang tidak jelas dalam pengumuman Rusia membuat sulit untuk menilai dengan tepat berapa lama larangan itu akan berlaku dan memperingatkan Moskow sekali lagi akan berusaha untuk mempersenjatai pasokan bahan bakar menjelang musim panas di musim dingin.
Analis Sebut Larangan Ekspor Kemungkinan Tidak Dalam Waktu Dekat
Reuters melaporkan, seorang juru bicara Kremlin mengatakan pada Jumat, 22 September 2023, larangan ekspor bahan bakar akan berlaku selama diperlukan untuk menjamin stabilitas pasar.
Dalam minggu menjelang intervensi pada Kamis, 21 September 2023, analis menuturkan, ekspor solar Rusia berada di bawah tekanan melemahnya rubel, pemeliharaan kilang dalam negeri dan upaya pemerintah meningkatkan pasokan dalam negeri.
“Semua kesepakatan yang disepakati sebelum peraturan ini berlaku masih berlaku, yang berarti kemungkinan penghentian segera ekspor solar dan bensin tidak mungkin terjadi, kemungkinan besar akan habiskan waktu 1-2 minggu lagi agar dampaknya benar-benar terjadi,” ujar Analis Kpler, Viktor Katona, seperti dikutip dari CNBC.
“Namun, pada saat itu, pemerintah mungkin sudah membatalkan undang-undang khusus ini, secepat peraturan itu diterbitkan,” ia menambahkan.
Apa Dampak Larangan Itu?
Sebelum invasi besar-besaran Kremlin ke Ukraina pada Februari 2022, kilang Rusia ekspor sekitar 2,8 juta barel produk minyak per hari. Ekspor itu telah turun menjadi sekitar 1 juta barel per hari, menurut ING, tetapi Rusia masih tetap menjadi pemain utama di pasar energi global.
Head of Commodities Strategy ING, Warren Patterson menuturkan, dalam sebuah catatan penelitian yang diterbitkan pada Jumat, 22 September 2023, larangan ekspor terhadap bahan bakar merupakan perkembangan besar menjelang musim dingin di belahan bumi utara, periode yang biasanya ditandai dengan peningkatan permintaan secara musiman.
Advertisement
Diduga untuk Atasi Tingginya Harga Energi di Rusia
“Pasar penyuling kelas menengah sudah melihat kekuatan yang signifikan menjelang larangan ini dengan persediaan yang ketat di Amerika Serikat, Eropa dan Asia menjelang musim dingin di belahan bumi utara,” ujar Patterson.
Ia menambahkan, hilangnya sekitar 1 juta barel per hari solar Rusia di pasar global akan terasa. “Dan hanya memperkuat pandangan mendukung yang kami miliki mengenai celah distilasi menengah dan sebagai akibat margin kilang. Seberapa besar keuntungannya bergantung pada durasi larangan itu,”
Pemimpin OPEC, Arab Saudi mengatakan pada 5 September 2023 kalau akan memperpanjang pengurangan produksi sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir tahun dengan pemimpin non-OPEC Rusia berjanji mengurangi ekspor minyak 300 ribu barel per hari hingga akhir tahun. Kedua negara mengatakan akan meninjau pemotongan sukarela mereka tiap bulan.
“Tujuan dari larangan tersebut tampaknya untuk mengatasi ketatnya dan tingginya harga di pasar domestik Rusia, di mana harga minyak yang tinggi dikombinasikan dengan melemahnya rubel pasti merugikan konsumen Rusia,” ujar Head of Commodities Investec Callum Macpherson.
Ia menambahkan, ada juga gangguan terhadap pasokan gas Rusia ke Eropa yang dimulai pada 2021. Gangguan ini juga awalnya dianggap sebagai gangguan sementara ketika gas ditahan untuk mengisi penyimpanan dosmetik. “Kita semua tahu apa yang terjadi di sana,” ia menambahkan.
“Mungkin kebetulan larangan ini diumumkan sehari setelah Rusia mengalami masa sulit di PBB, atau mungkin ini merupakan perluasan kebijakan penggunaan energi sebagai senjata sebagai reaksi terhadap hal tersebut,”