Jokowi Beri Bocoran Terbaru Proyek MRT Jalur Timur ke Barat

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan rencana pembangunan MRT dari timur ke barat masih dalam proses dan akan segera diputuskan setelah melakukan perhitungan dan studi.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Des 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2023, 14:00 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan rencana pembangunan MRT dari timur ke barat masih dalam proses dan akan segera diputuskan setelah melakukan perhitungan dan studi. (Foto: Lizsa Egeham/Liputan6.com).

 

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan rencana pembangunan MRT dari timur ke barat masih dalam proses dan akan segera diputuskan setelah melakukan perhitungan dan studi.

Hal ini disampaikan Jokowi saat meninjau proyek pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) di Stasiun MRT Monas.

"Kalau kalkulasi studinya sudah rampung semua, langsung kita putuskan. Karena memang Jakarta membutuhkan transportasi massal yang terintegrasi, bukan sendiri-sendiri," kata dia dikutip Sabtu (16/12/2023).

Sementara ituJokowi mengatakan, pembangunan MRT Fase 2A (Bundaran HI - Monas) berjalan dengan baik dan melampaui target yang direncanakan.

“Dari target perencanaan 27 persen, sekarang sudah mencapai 28,4 persen. Lebih dari target, saya kira bagus,” ujar Jokowi.

Dalam tinjauannya, Presiden Jokowi juga melihat terowongan dari Monas menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI). Menurut Presiden, proyek MRT bukan merupakan pekerjaan mudah karena pekerjaannya harus dikerjakan di tengah keramaian Kota Jakarta. “Waktu membuat terowongan juga bukan sesuatu yang gampang, tapi progresnya sudah di atas target," ucapnya.

Presiden menargetkan MRT fase 2A dapat berfungsi pada tahun 2027. Setelah fase 2A rampung, berikutnya proyek akan dilanjutkan dengan fase 2B (Kota - Ancol).

Pada kesempatan yang sama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan, akan terus mengawal pelaksanaan proyek ini bersama dengan Pemprov DKI Jakarta, agar bisa diselesaikan sesuai dengan target waktu yang ditetapkan.

Transportasi Massal Perkotaan

Menhub mengungkapkan, akan terus mendorong pembangunan transportasi massal perkotaan di Jabodetabek, untuk mengatasi sejumlah permasalahan seperti kemacetan, polusi udara, tingginya angka kecelakaan, dan permasalahan lainnya.

“Dengan semakin banyaknya pilihan moda transportasi massal yang tersedia, diharapkan lebih banyak lagi masyarakat yang beralih menggunakan transportasi massal,” katanya.

Pembangunan MRT Fase 2 merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang merupakan kelanjutan dari pembangunan koridor utara—selatan fase 1, yang telah beroperasi sejak 2019 lalu. Pembangunan MRT Fase 2 terbagi menjadi dua tahap yaitu: Fase 2A dan 2B.

MRT Fase 2A menghubungkan Bundaran HI – Kota sepanjang 5,8 Km, yang melewati tujuh stasiun bawah tanah yaitu: Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.

Sedangkan Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah yaitu: Mangga Dua dan Ancol, serta satu depo di Ancol Barat, dengan total panjang jalur sekitar 6 (enam) kilometer.

 

Jokowi Sebut MRT dan LRT Proyek Rugi, Kok Tetap Dibangun?

Jokowi mencoba kereta mrt menuju stasiun lebak bulus
Presiden Joko Widodo bersama Menhub Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Ketua DPRD Jakarta Prasetyo Edi Marsudi turun dari kereta MRT di Stasiun Bundaran HI, Jakarta, Selasa (6/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta merupakan hasil keputusan politik yang ia ambil, bukan keputusan ekonomi yang melihat untung-rugi seperti di perusahaan.

Menurut Jokowi, rencana pembangunan MRT sudah ada sejak 1985 atau jauh selama 26 tahun lalu saat ia menjabat Gubernur DKI Jakarta.

"Saya kasih contoh MRT, sepanjang 26 tahun rencana itu ada waktu saya masih menjadi Gubernur. Rencana itu ada, tetapi tidak dieksekusi. Memang ada problemnya. Dikalkulasi, dihitung, selalu rugi. Kesimpulan rugi, hitung lagi, kesimpulan rugi," kata Jokowi dikutip dari Antara, Selasa (24/10/2023).Presiden Jokowi menjelaskan bahwa pembangunan MRT dinilai tidak menguntungkan setelah dikalkulasikan.

Namun, Kepala Negara menilai bahwa kesimpulan merugi tersebut justru akan membuat Jakarta tidak akan memiliki transportasi massal MRT.

"Bapak/Ibu sekalian, memutuskan seperti itu adalah keputusan politik, bukan keputusan ekonomi di perusahaan. Karena dihitung untung-ruginya boleh, tetapi kalau dihitung dan selalu rugi, apakah kita tidak akan bangun namanya MRT?" kata Presiden Jokowi.

 

Proyek LRT

LRT Jabodebek Resmi Beroperasi
Stasiun-stasiun tersebut adalah Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jati Mulya. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Begitu juga dengan moda Lintas Raya terpadu (LRT) Jakarta yang dikalkulasikan menimbulkan kerugian bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Jokowi menilai bahwa sistem jalan berbayar elektronik atau "electronic road pricing" (ERP) dapat menjadi sumber penerimaan daerah yang dapat menutup kerugian tersebut.

"Akhirnya ketemu ditutup dari ERP atau electronic road pricing. Ketemu, ya sudah, diputuskan dan saya putuskan. Dan itu keputusan politik, bahwa APBN atau APBD sekarang masih suntik Rp800 miliar itu adalah memang adalah kewajiban. Karena itu pelayanan, bukan perusahaan untung dan rugi," kata Jokowi.

Adapun rencana pembangunan MRT di Jakarta memang tercatat sudah dirintis sejak 1985, berdasarkan keterangan dari situs resmi MRT Jakarta.

Namun, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Barulah MRT Jakarta masuk sebagai proyek nasional pada 2005.

Kemudian peletakan batu pertama proyek MRT baru terealisasi pada 2013 saat Jokowi masih menjadi Gubernur DKI Jakarta saat itu.

 

Infografis LRT Jabodebek
Infografis LRT Jabodebek (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya