Harga Minyak Dunia Sentuh USD 75 per Barel karena AS Lancarkan Serangan Balasan ke Houthi

Harga Minyak naik setelah Inggris dan Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan militer terhadap sejumlah sasaran di wilayah Yaman yang dikuasai oleh milisi Houthi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 13 Jan 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS dan and Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia melonjak lebih dari 4% pada Jumat pagi dan mencapai level tertinggi sejak 27 Desember. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Minyak naik setelah Inggris dan Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan militer terhadap sejumlah sasaran di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi. Serangkan ini dilakukan sebagai balasan serangan Houthi terhadap kapal-kapal kargo milik Eropa dan AS di Laut Merah.

Mengutip CNBC, Sabtu (13/1/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS dan and Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia melonjak lebih dari 4% pada Jumat pagi dan mencapai level tertinggi sejak 27 Desember.

Harga minyak mentah WTI AS melonjak menjadi USD 75,25 per barel sementara harga minyak Brent menyentuh USD 80,75 per barel.

Kedua patokan harga minyak dunia ini kemudian mnudur di sesi berikutnya dengan minyak mentah AS menetap di USD 72,68 per barel dan Brent menetap di USD 78,29 per barel.

Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan pada Kamis sore mengatakan bahwa serangan yang ditargetkan ini adalah pesan yang jelas bahwa Amerika Serikat dan mitra tidak akan mentolerir serangan terhadap personel mereka.

 

"AS tidak akan membiarkan pihak-pihak tertentu membahayakan kebebasan navigasi di salah satu rute komersial paling penting di dunia," kata Joe Biden.

Meskipun AS telah melakukan serangan terhadap proksi Iran di Suriah dan Irak sejak pecahnya perang Gaza, ini akan menjadi serangan pertama terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.

Kelompok Houthi telah melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, menargetkan kapal-kapal pengiriman global termasuk kapal-kapal dari AS dan Israel. Serangan Houthi ini sebagai pembalasan atas perang di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan hampir 23.000 orang di wilayah kantong Palestina.

Perusahaan pelayaran besar berhenti melintasi rute Terusan Suez dan Laut Merah pada awal Desember, dan memilih mengubah rute melalui Afrika bagian selatan.

Hal ini mengakibatkan perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal sehingga menaikkan tarif angkutan laut.

 

Jawaban Pemimpin Houthi

Salah seorang anggota pasukan militan Houthi yang berperang dengan pemerintah Yaman (AFP Photo)
Salah seorang anggota pasukan militan Houthi yang berperang dengan pemerintah Yaman (AFP Photo)

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis, pemimpin Houthi Yaman, Abdul-Malik al-Houthi, bersumpah bahwa setiap serangan AS terhadap kelompok tersebut tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan.

“Kami akan menghadapi agresi Amerika. Setiap agresi Amerika tidak akan pernah berakhir tanpa tanggapan,” katanya.

Ia pun memperingatkan bahwa tanggapan yang diberikan akan lebih besar dibandingkan pada tingkat operasi baru-baru ini yang dilakukan kelompok tersebut di Laut Merah.

Saat mengumumkan serangan tersebut pada hari Kamis, Joe Biden berjanji bahwa dia tidak akan ragu untuk mengarahkan tindakan lebih lanjut guna melindungi rakyat dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya