Harga Minyak Dunia Melambung Dampak Badai Musim Dingin

Cuaca buruk di Arktik menghantam produksi minyak di AS pekan lalu, khususnya di North Dakota, negara bagian penghasil minyak mentah terbesar ketiga di AS. Otoritas pipa negara bagian menyatakan bahwa produksi minyak mentah di North Dakota turun sebanyak 700.000 barel per hari pada minggu lalu.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Jan 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak berjangka Maret naik 72 sen, atau 0,97%, menjadi USD 75,09 per barel. Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia naik 49 sen atau 0,62% menjadi USD 80,04 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik pada perdagangan hari Rabu setelah produksi kilang-kilang di Amerika Serikat (AS) turun secara signifikan akibat badan musim dingin yang sangat parah di awal tahun ini.

Mengutip CNBC, Kamis (25/1/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak berjangka Maret naik 72 sen, atau 0,97%, menjadi USD 75,09 per barel. Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia naik 49 sen atau 0,62% menjadi USD 80,04 per barel.

Badan Informasi Energi menginformasikan bahwa produksi minyak di AS turun sekitar 1 juta barel per hari menjadi total 12,3 juta barel per hari untuk pekan yang berakhir 19 Januari. Persediaan minyak mentah komersial di AS turun 9,2 juta barel pada periode yang sama.

Cuaca buruk di Arktik menghantam produksi minyak di AS pekan lalu, khususnya di North Dakota, negara bagian penghasil minyak mentah terbesar ketiga di AS. Otoritas pipa negara bagian menyatakan bahwa produksi minyak mentah di North Dakota turun sebanyak 700.000 barel per hari pada minggu lalu.

Produksi di North Dakota mulai pulih dengan produksi turun 170.000 hingga 220.000 barel per hari pada hari Rabu.

Lonjakan produksi minyak mentah AS telah membebani harga minyak dunia selama berbulan-bulan dengan perkiraan produksi kembali ke rekor 13,3 juta barel per hari sebelum badai terjadi.

Rekor produksi di AS terbentur dengan melemahnya perekonomian di China, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa pasokan melebihi permintaan minyak.

 

Stimulus China

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Bank sentral China pada hari Rabu berjanji untuk memangkas jumlah likuiditas yang harus dimiliki lembaga keuangan negara tersebut dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Minyak mendapat dukungan karena Tiongkok mengambil langkah-langkah untuk mencoba mengejutkan dan membuat perekonomian mereka terkepung agar tidak terpuruk,” jelas analis Price Futures Group Phil Flynn, dalam catatan kepada klien pada hari Rabu.

“Pembicaraan tentang paket penyelamatan besar-besaran kini beredar dan langkah-langkah yang diambil pemerintah Tiongkok saat ini menunjukkan bahwa hal itu mungkin akan terjadi lebih cepat,” tulis Flynn.

Pasokan Libya

Di sisi pasokan, Libya memulai kembali produksi pada hari Minggu di ladang minyak Sharara, yang memiliki kapasitas produksi 300.000 barel per hari. Ladang minyak tersebut sebelumnya ditutup selama dua minggu karena protes para pekerjanya.

 

Konflik Timur Tengah

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Analis minyak dan gas Macquarie Vikas Dwivedi menjelaskan, harga minyak dunia akan tetap berada pada kisaran tertentu pada kuartal I 2024 jika tidak terjadi peningkatan signifikan dalam konflik di Timur Tengah.

WTI naik 4,8% dan Brent naik 3,9% tahun ini seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. AS dan Inggris telah melancarkan beberapa kali serangan udara di Yaman terhadap militan Houthi, yang terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah.

Israel terus melanjutkan kampanye militernya di Gaza, mengepung kota selatan Khan Younis di mana pertempuran sengit terjadi. Sejauh ini, konflik di Timur Tengah belum menimbulkan gangguan besar terhadap pasokan minyak.

Analis PVM Oil Associates Tamas Varga menulis dalam sebuah catatan pada hari Rabu bahwa Brent akan tetap berada di kisaran USD 72 hingga USD 82 kecuali pasokan di Timur Tengah terpengaruh secara signifikan.

Risiko geopolitik sebagian besar telah diperhitungkan dalam harga, menurut Dwivedi. “Tanpa ketegangan geopolitik saat ini, kami yakin minyak mentah akan terjual secara signifikan,” kata analis tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya