Melihat Kinerja Ekonomi Negara ASEAN di Tengah Badai Resesi Inggris dan Jepang 

Perekonomian Inggris dan Jepang mengalami resesi teknis pada kuartal terakhir 2023. Sejumlah negara kini telah mengantisipasi dampak dari resesi dua negara ekonomi besar dunia itu.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Feb 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2024, 07:00 WIB
Bendera ASEAN
Ilustrasi ASEAN. (Gunawan Kartapranata/Creative Commons)

Liputan6.com, Jakarta Perekonomian Inggris dan Jepang mengalami resesi teknis pada kuartal terakhir 2023. Sejumlah negara kini telah mengantisipasi dampak dari resesi dua negara ekonomi besar dunia itu.

Resesi pada Jepang terjadi setelah lonjakan inflasi menghambat permintaan domestik dan konsumsi swasta di negara itu.

Produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen pada kuartal keempat 2023 dibandingkan dengan tahun lalu, menurun ke 3,3 persen pada periode Juli-September 2023.

Adapun Kantor Statistik Nasional Inggris mengungkapkan produk domestik bruto negara itu menyusut 0,3 persen pada kuartal terakhir tahun 2023.

Sebagai informasi, pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut secara luas dianggap sebagai resesi teknis.

Selain Inggris dan Jepang, sejumlah negara juga telah merilis data kinerja ekonomi mereka. 

Salah satu rilis data ekonomi yang telah dikeluarkan datang dari negara ASEAN di antaranya adalah Malaysia, Singapura dan Indonesia.

1. Singapura

Pertama, ada Singapura yang merevisi tingkat pertumbuhan ekonominya untuk akhir tahun 2023 menjadi 1,1 persen, lebih kecil dari perkiraan awal sebesar 1,2 persen setelah ekspor yang lemah pada bulan Desember.

Angka terbaru ini muncul sehari sebelum pemerintah mengumumkan anggarannya untuk tahun 2024, yang diharapkan dapat membantu masyarakat mengatasi kenaikan biaya hidup.

“Risiko-risiko negatif dalam perekonomian global tetap signifikan,” kara Beh Swan Gin, sekretaris tetap kementerian di Singapura, dikutip dari Nikkei Asia. 

2. Malaysia

Selanjutnya ada perekonomian Malaysia yang juga mengalami perlambatan pada kuartal keempat tahun 2023 ,karena ekspor masih lemah. 

Tetapi, bank sentral negara itu juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik tahun ini, didukung oleh pemulihan permintaan eksternal.

Bank Negara Malaysia (BNM) mengungkapkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto tumbuh sebesar 3 persen secara tahunan pada kuartal terakhir 2023, didorong oleh membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan berkurangnya tekanan biaya.

“Pertumbuhan pada tahun 2024 akan didorong oleh ketahanan belanja dalam negeri dan peningkatan permintaan eksternal,” kata bank sentral Malaysia dalam sebuah pernyataan.

3. Indonesia

Adapun ekonomi Indonesia yang melanjutkan pertumbuhan positif, menyentuh 5,05 persen di akhir 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inggris dan Jepang Masuk Jurang Resesi, Bagaimana Nasib Indonesia?

FOTO: Bank Dunia Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Perekonomian Inggris dan Jepang tergelincir ke dalam resesi teknis pada kuartal terakhir 2023. Produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen, dan produk domestik bruto negara Inggris menyusut 0,3 persen.

Lantas apakah Indonesia terdampak resesi ekonomi kedua negara tersebut? dan bagaimana antisipasi Pemerintah?

Ketua Tim Penasihat Ekonomi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Raden Pardede, tak menampik bahwa Jepang dan Inggris mengalami resesi yang disebabkan dampak dari kenaikan suku bunga yg cukup ekstrim dalam 1,5 tahun terakhir.

Menurutnya, dampak resesi kedua negara tersebut ke Indonesia sangat kecil. Lantaran, utamanya volume dagang Indonesia dengan Inggris tidak terlalu besar.

"Dampak ke indonesia pasti ada. Namun menurut saya akan sangat kecil sekali. Toh selama ini memang Jepang sudah sering kali mengalami resesi. Sementara volume dagang kita dengan Inggris tidak terlalu besar," kata Raden kepada Liputan6.com, Jumat (16/2/2024).Justru jika resesi terjadi ke negara China dan Amerika Serikat, maka akan berdampak besar ke Indonesia. Karena volume dagang Indonesia dengan China dan Amerika Serikat sangat besar.

"Jika terjadi resesi tiongkok maupun US dampaknya ke kita akan jauh lebih besar," ujarnya.

Adapun untuk mengantisipasi dampak resesi dari negara-negara maju lainnya, Raden mengusulkan agar Pemerintah tetap menjaga disiplin moneter dan fiskal, sekaligus menjaga harga komoditas unggulan tetap stabil.

"Pemerintah sebaiknya tetap menjaga disiplin moneter dan fiskal serta menjaga agar harga harga tetap stabil," jelasnya.

 


Proyeksi Lembaga Keuangan Dunia

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022
Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarskan catatatnnya dari hasil proyeksi IMF/World Bank/OECD/ maupun rating agency standard and poor, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di sekitar 5 persen.

"Jadi, menurut para multilateral agency maupun lembaga rating, Indonesia tidak akan mengalami resesi atau penurunan ekonomi kedepan. Tentu kita harus tetap berjaga jaga," tegasnya.

Oleh karena itu, kebijakan fiskal dan moneter harus selalu siap melakukan penyesuaian, atau ekspansi atau pelonggaran bila mana diperlukan. Sementara itu perbaikan lingkungan bisnis dan investasi juga harus terus diperbaiki. Pelayanan kepada pebisnis harus bisa lebih mudah, cepat dan lebih pasti.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya