Tenang, Stok Beras Dijamin Aman hingga Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 2024

Bapanas memastikan pasokan beras di gudang Bulog aman dalam menghadapi bulan puasa Ramadan dan hari raya Idulfitri 2024. Arief mencatat, saat ini, stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Feb 2024, 14:50 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2024, 14:50 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengecek stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengecek stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (15/2/2024). Bapanas memastikan pasokan beras di gudang Bulog aman dalam menghadapi bulan puasa Ramadan dan hari raya Idulfitri 2024. Arief mencatat, saat ini, stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton. (Foto: Liputan6.com/Lizsa Egeham).

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi memastikan pasokan beras di gudang Bulog aman dalam menghadapi bulan puasa Ramadan dan hari raya Idulfitri 2024. Arief mencatat, saat ini, stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton. 

 

"Kita pastikan puasa dan lebaran mendatang beras itu ada dan cukup. Stok Bulog hari ini 1.4 juta ton," ujar Arief saat mendampingi Presiden Jokowi meninjau penyaluran Bansos Beras di Kantor Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tangerang Selatan, Senin (19/2/2024).

Terkait kelangkaan pasokan beras di ritel modern dalam beberapa hari terakhir. Pemerintah, kata Arief, terus mendorong penyaluran program beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Pangan (SPHP) ke Pusat Induk Beras Cipinang (PIBC) untuk di distribusikan ke pasar tradisional maupun retail modern.

"Dan ini harus terus didorong untuk masuk ke PIBC, pasar tradisional dan modern retail," bebernya.

Arief pun memastikan pasokan beras akan kembali normal tersedia di pasar tradisional maupun ritel modern dalam beberapa hari ke depan.

"Dalam beberapa hari terakhir ini stok beras di ritel modern sudah mulai kembali normal," ungkapnya.

Bansos Beras

Adapun per 17 Februari 2024, realisasi bansos beras tahap 1 tahun 2024 yang telah disalurkan oleh Perum Bulog untuk alokasi bulan Januari telah mencapai 193.368 ton atau 87,87 persen dari  pagu sasaran per bulan sebesar 220.041 ton. 

Sementara itu untuk realisasi bulan Februari sebesar 3.084 ton atau 1,40 persen dari pagu bulanan. Sedangkan untuk Provinsi Banten sendiri realisasi penyaluran bansos beras untuk bulan Januari mencapai 3.693 ton atau 54,91 persen dari pagu bulanan sebesar 6.725 ton. 

"Sementara untuk realisasi penyaluran beras SPHP tahun 2024 sampai dengan 17 Februari 2024 mencapai 264 ribu ton, dengan alokasi penyaluran terbesar di Wilayah DKI Jakarta dan Banten, Jawa Timur, dan Jawa Barat," pungkasnya.

 

Beras Langka

Cegah Kelangkaan Beras, Satgas Pangan Polri Turun Langsung ke Lapangan Mengawasi Pendistribusian
Satgas Pangan Polri turun langsung ke lapangan untuk mengecek dan mengawasi pendistribusian beras di berbagai daerah. Hal ini merespons kelangkaan beras yang terjadi di sejumlah ritel modern di sejumlah daerah. (Foto: Istimewa)

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mandey mengaku toko-toko ritel mengalami kelangkaan stok beras ukuran 5 kilogram (kg).

Roy khawatir kondisi seperti ini akan menimbulkan gejolak pasar karena naiknya harga beras dan komoditas lainnya. 

"Siapa yang akan bertanggungjawab bila terjadi kekosongan dan kelangkaan bahan pokok dan penting tersebut pada gerai ritel modern kami, karena kami tidak mungkin membeli mahal dan menjual Rugi," ujar Roy, Jumat (9/2).

Dia mengatakan keterbatasan suplai beras saat ini karena belum masa panen. Mengingat masa panen yang diperkirakan akan terjadi pada pertengahan bulan Maret 2024.

Di waktu bersamaan, ujar Roy, beras medium SPHP yang diimpor pemerintah belum masuk.Dengan demikian, situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dengan permintaan ini berdampak terhadap kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras pada pasar ritel modern (toko swalayan) dan pasar rakyat (pasar tradisional).

 

 

Jokowi Sebut Harga Beras Naik Tak Hanya di Indonesia, Ini Gara-garanya

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pengecekan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disalurkan dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). (Dok Bulog)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pengecekan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disalurkan dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). (Dok Bulog)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi angkat suara terkait kenaikan harga beras hingga kelangkaan pasokan beras di pasar tradisional hingga retail modern.

Jokowi mengatakan, kenaikan harga beras yang dikeluhkan masyarakat ini diakibatkan oleh persolan perubahan iklim. Hal ini  berdampak pada terganggunya musim tanam padi yang menyebabkan produktivitas panen menurun.

Menurutnya, kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia. Melainkan, juga di berbagai negara belahan dunia lainnya.

"(Beras naik) Tidak hanya di Indonesia. Kenapa naik? Karena perubahan iklim sehingga produksi berkurang dan harga naik. Karena perubahan iklim sehingga produksi berkurang dan harga naik,"  kata Jokowi saat meninjau penyaluran Bansos Beras di Kantor Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Tangerang Selatan, Senin (19/2/2024).Adapun, terkait kritik penyaluran bansos berasal kemasan 10 kilogram di tahun politik. Jokowi menyebut, ini upaya pemerintah untuk melindungi daya beli masyarakat.

"Karena kita tahu harga beras di seluruh negara naik. Dan Pemerintah membantu dengan menyalurkan bantuan beras ini agar meringankan Bapak dan Ibu semuanya," ungkapnya.

Oleh karena itu, pemerintah terus memastikan penggelontoran bansos beras kepada masyarakat berpendapatan rendah. Jokowi berjanji penyaluran bansos beras ini tetap akan memperhatikan ketersediaan anggaran di APBN 2024.

"Jadi ini Januari, Februari, Maret, April, Mei, dan Juni. Nanti setelah Juni kita lihat APBN mencukupi atau tidak. Jadi udah terima semua?," ujar  Jokowi di hadapan 1.064 penerima bansos beras.

 

Kenaikan Harga Beras

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pengecekan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disalurkan dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). (Dok Bulog)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pengecekan ketersediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disalurkan dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). (Dok Bulog)

Sebelumnya, Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian, menyoroti ihwal persoalan kenaikan harga dan kelangkaan stok beras di pasaran yang banyak dikeluhkan masyarakat selaku konsumen. 

Eliza menilai, tren kenaikan harga beras dan kelangkaan stok beras ini dipengaruhi oleh program bantuan sosial (bansos) pangan yang gencar dilakukan pemerintahan Jokowi di tahun politik. 

"Karena pemerintah mengguyur bansos, akibatnya stok CBP di Bulog saat ini hanya sekitar 1,2 juta, tidak cukup kuat mengintervensi kenaikan harga di pasar," ungkap Eliza saat dihubungi Merdeka.com di Jakarta, Selasa (13/2).

 

Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya