Liputan6.com, Jakarta Dolar Amerika Serikat atau USD melanjutkan penguatan pada Selasa, 20 Februari 2024. Saat ini, para pedagang mulai memperhitungkan kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga lebih awal, setelah serangkaian data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada Januari 2024.
Namun, beberapa pejabat The Fed memperingatkan agar tidak bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal.
Baca Juga
"Risalah pertemuan terakhir The Fed, yang dijadwalkan pada hari Rabu, kemungkinan akan menjadi rilis utama bagi investor minggu ini," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam paparan tertulis dikutip Selasa (20/2/2024).
"Investor memperkirakan penurunan suku bunga The Fed sekitar 90 basis poin tahun ini, menurut perkiraan pasar uang, turun tajam dari sekitar 145 basis poin pada awal Februari," lanjutnya.
Advertisement
Sementara itu, di negara ekonomi terbesar Asi. Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) memangkas suku bunga acuan pinjaman lima tahun sebesar 25 basis poinc lebih besar dari perkiraan menjadi 3,95 persen.
Pemangkasan ini seiring dengan langkah bank tersebut untuk lebih melonggarkan kondisi moneter dan menopang pemulihan ekonomi.
"Namun para investor meragukan apakah langkah tersebut akan secara signifikan membantu perekonomian Tiongkok, mengingat suku bunga Tiongkok telah berada pada rekor terendah selama hampir dua tahun," ungkap Ibrahim.
Selain kekhawatiran terjadinya pelemahan pada ekonomi China, Inggris dan Jepang juga memasuki resesi pada akhir 2023 yang meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Rupiah Kembali Melemah pada Selasa, 20 Februari 2024
Rupiah ditutup melemah 29 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 35 point dilevel Rp. 15.660 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.631.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.650 - Rp.15.720," demikian perkiraan Ibrahim.
Volatilitas Rupiah Menurun di Awal 2024
Seperti diketahui, nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi di awal tahun, namun memasuki Februari 2024 volatilitas nilai tukar juga sudah mulai menurun.
"Di sepanjang tahun 2024, Rupiah diperkirakan bakal menunjukkan stabilitas nilai tukar yang condong menguat, didukung oleh meredanya ketidakpastian global, kecenderungan penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara maju, serta penurunan tekanan penguatan dolar AS," kata Ibrahim.
Advertisement
BI Diramal Masih Pertahanankan Suku Bunga
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap menahan suku kembali referensi atau BI Rate tetap di level 6 persen pada pertemuan 20-21 Februari 2024.
Perkiraan ini didukung oleh inflasi dalam negeri yangbsaat ini tetap dapat terjaga.
"Sedangkan untuk inflasi, info terakhir pada bulan Januari 2024 menunjukkan inflasi tahunan mencapai 2,57 persen alias lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lampau yang mencapai 5,28 persen," ungkap Ibrahim.
Meskipun, di dua bulan berikutnya ada potensi peningkatan inflasi imbas dari kenaikan nilai beras dan aspek musiman bulan Ramadhan.