Jepang dan Inggris Resesi, Bos BI Cemas Ganggu Ekonomi Dunia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Jepang dan Inggris yang memasuki resesi dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia ke depan.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Feb 2024, 15:16 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 14:44 WIB
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (21/2/2024). (Foto: Merdeka/Sulaeman)
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (21/2/2024). (Foto: Merdeka/Sulaeman)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Jepang dan Inggris yang memasuki resesi dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia ke depan.

Diketahui, Produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen, dan produk domestik bruto negara Inggris menyusut 0,3 persen keduanya mengalami resesi.

"Kontraksi pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang yang telah terjadi dalam 2 triwulan berturut-turut dapat menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia kedepan," kata Perry dalam konferensi pers RDG Februari 2024, Rabu (21/2/2024).

Padahal kata Perry, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari proyeksi semula di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi.

Ekonomi global diperkirakan tumbuh sebesar 3,1 persen pada tahun 2023 dan 3 persen pada tahun 2024, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yang 3 persen dan 2,8 persen.

Menurutnya, meningkatnya prediksi tersebut dipengaruhi oleh perbaikan yang utamanya ditopang lebih kuatnya kinerja ekonomi Amerika Serikat dan India sejalan dengan investasi dan konsumsi yang tinggi.

Ekonomi Tiongkok Lemah

Sementara itu, BI mencatat pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih lemah, apalagi ditambah dengan adanya kontraksi pertumbuhan ekonomi di Inggris dan Jepang yang masuk dalam jurang resesi dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi dunia.

Disisi lain, eskalasi ketegangan geopolitik yang masih berlanjut juga dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan harga komoditas pangan dan energi, serta menahan laju penurunan inflasi global.

"Perkembangan ini mengakibatkan ketidakpastian di pasar keuangan dunia masih tinggi," pungkasnya.

Jepang dan Inggris Resesi, Erick Thohir Bongkar Cara Ekonomi Indonesia Tetap Moncer

Menteri BUMN Erick Thohir mengumpulkan 42 direksi dari lembaga-lembaga dana pensiun (Dapen) di lingungan BUMN. (Dok Kementerian BUMN)
Menteri BUMN Erick Thohir mengumpulkan 42 direksi dari lembaga-lembaga dana pensiun (Dapen) di lingungan BUMN. (Dok Kementerian BUMN)

Menteri BUMN Erick Thohir menilai Indonesia tidak terancam oleh jurang resesi, meski Jepang dan Inggris saat ini tengah resesi. Dia menilai, ada peluang bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh lebih tinggi.

Dia mengatakan, saat ini saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dari banyak negara di dunia. Erick tak menutup kemungkinan ekonomi Tanah Air bisa tumbuh 5,5 persen tahun depan.

"Ketika banyak negara resesi tapi sebenarnya itu ada kesempatan untuk Indonesia tumbuh, tinggal bisa enggak kita, yang tadi saya sampaikan, konsolidasi," ujar Erick usai Groundbreaking Gedung BNI di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Tangerang, Banten, Selasa (20/2/2024).

Konsolidasi yang dimaksudnya adalah adanya kerja sama antara pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Utamanya, untuk memberikan kemudahan bagi masuknya investasi ke Indonesia. Dengan begitu, ekonomi nasional bisa ikut terkerek.

"Pemerintah pusat, pemerintah daerah lebih mempermudah perizinan, perizinan berinvetasi, perizinan juga untuk lahan dan lain-lain, dan di situlah tentu bagaimana juga kita mendorong yang namanya swasta untuk tumbuh, BUMN untuk tumbuh, dan investasi bisa masuk yang sebesar-besarnya," papar Erick Thohir.

Dia menegaskan, saat negara-negara besar di dunia terancam resesi, Indonesia punya peluang untuk tumbuh lebih cepat. Lagi-lagi, kuncinya adalah ramah terhadap investor.

"Jadi ketika misalnya Inggris ada resesi, Jepang ada resesi bukan berarti kita menuju resesi, ya dimana justru itulah oportunity ketika negara lain memperlambat, kita mempercepat pertumbuhannya, tinggal konteksnya bisa enggak kita memperbaiki diri kita sendiri supaya lebih friendly kepada market, friendly kepada investment," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya