Liputan6.com, Jakarta - Dubai International Chambers, salah satu dari tiga kamar dagang yang beroperasi di bawah payung Dubai Chambers, berhasil mengadakan banyak pertemuan bisnis bilateral antara perusahaan-perusahaan dari Indonesia dan Dubai.
Presiden dan CEO Dubai Chambers, International Mohammad Ali Rashed Lootah mengatakan, pelaku bisnis Indonesia yang tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin) bertemu dengan perwakilan dari 17 perusahaan dari Dubai yang beroperasi di berbagai sektor.
Baca Juga
Di antaranya sektor makanan dan minuman, konstruksi, perawatan kesehatan, teknologi informasi, solusi lingkungan, manajemen sumber daya manusia, parfum, dan kosmetik.
Advertisement
"Kami berkomitmen untuk membangun kerja sama antara komunitas bisnis di Indonesia dan Dubai yang menguntungkan dan mencapai tujuan bersama," kata Lootah dalam Forum Bisnis yang diselenggarakan Dubai International Chamber di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Disamping itu Dubai International Chambers, juga telah mengidentifikasi sejumlah sektor yang punya potensi ekspor dari Indonesia ke Dubai, di antaranya ekspor kayu panel, lembaran kayu, minyak kelapa sawit, pakaian, dan lemak kakao.
Sektor-sektor yang paling menjanjikan bagi investor dari Dubai di Indonesia, antara lain industri otomotif, sektor konstruksi, dan pertanian, khususnya dalam ekspor buah-buahan tropis.
Dalam kesempatan yang sama Kuasa Usaha Kedutaan Besar UEA di Jakarta Shaima Salem Al Habsi, menekankan komitmen UEA untuk menjajaki berbagai peluang pertumbuhan dan investasi di sektor-sektor utama untuk memajukan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan bagi masyarakat UEA dan Indonesia, khususnya mengingat kemitraan ekonomi komprehensif antara kedua negara yang bertujuan untuk meningkatkan perdagangan bilateral.
Shaima juga menekankan diskusi yang berlangsung selama forum bisnis akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan hubungan bilateral kerja sama investasi kedua negara.
Perkuat Perdagangan, Dubai International Chamber Gandeng Kementerian Investasi hingga Kadin
Sebelumnya, Dubai International Chamber Uni Emirat Arab (UEA), bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Investasi Republik Indonesia serta KADIN menyelenggarakan Forum Bisnis di Jakarta, Senin (6/5/2024).
President And CEO Of Dubai Chambers, Mohammad Ali Rashed Lootah membahas, mengenai perjanjian kemitraan ekonomi konprehensif Indonesia dan UEA pada tahun lalu. UEA menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia di antara negara-negara Timur Tengah, dengan total perdagangan USD5,06 miliar.
Selain itu, Uni Emirat Arab telah menjadi salah satu pasar utama bagi Indonesia, dengan minyak sawit menjadi komoditas ekspor terpenting.
"Adanya penandatanganan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif UEA-Indonesia menghapus hambatan perdagangan dari berbagai macam barang dan jasa. Dan diharapkan dapat meningkatkan perdagangan bilateral non-minyak tahunan antara negara kita menjadi USD 10 miliar dalam 5 tahun ke depan,” kata Lootah.
Menurut Lootah, perjanjian ini membuka peluang menarik bagi komunitas bisnis antara Indonesia dengan UEA. Melakui perjanjian tersebut maka mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pasar yang memiliki kepentingan strategis yang besar bagi UEA dan Dubai.
Advertisement
Bangun Hubungan yang Kuat
Adapun pada Juni tahun lalu Dubai International Chamber sebagai salah satu dari tiga kamar dagang yang beroperasi di bawah Dubai Chambers memperluas kemitraan global dengan meresmikan kantor perwakilan internasional baru di Jakarta.
"Di sini di Jakarta Untuk lebih memperkuat penguatan hubungan perdagangan dan investasi bilateral,” ujarnya.
Lootah mengatakan, kantor perwakilan Dubai International Chamber di Jakarta dengan senang hati bekerja sama dengan dunia usaha Indonesia untuk mendukung pertumbuhan dan perdagangan bilateral, serta investasi dengan memanfaatkan perjanjian IUAE-CEPA antara UEA dan Indonesia untuk memaksimalkan aktivitas ekspor dan impor antara kedua negara.
"Kantor kami di Jakarta berupaya membangun hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan, utamanya sektor publik dan swasta dan dukungan dari perusahaan-perusahaan berbasis yang ingin berekspansi ke Indonesia. Serta membantu dunia usaha Indonesia untuk memasuki pasar Dubai dan memanfaatkan Emirates sebagai landasan peluncuran ambisi Global mereka,” pungkasnya.
BKPM Catat Investasi Tetap Jalan meski Masuk Tahun Politik
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan meskipun ada tahun politik realisasi investasi kuartal I-2024 masih berjalan lancar.
"Kita semua tahu bahwa tahun 2024 tahun penuh dinamika karena tahun politik yang kelazimannya dalam tahun politik selalu terjadi wait and see, dan saya bersyukur meskipun ada dinamika kita mampu melewati dengan baik bahwa pesta rakyat dalam kontes pemilu sudah melewati dengan baik," kata Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers paparan kinerja investasi Kuartal I-2024, di Kantor Kementerian BKPM, Senin (29/4/2024).
BKPM mencatat, realisasi investasi pada kuartal I-2024 mencapai Rp401,5 triliun atau telah mencapai 24,3 persen dari target realisasi investasi 2024 yang sebesar Rp 1.650 triliun.
Adapun dari capaian realisasi investasi tersebut berhasil menyerap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak 547.419 orang.
Untuk rinciannya, kontribusi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal I-2024 mencapai Rp204,4 triliun atau 50,9 persen, sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) realisasinya mencapai Rp197,1 triliun atau 49,1 persen.
Advertisement
Temui Tantangan
Bahlil menambahkan, meskipun realisasi investasi berjalan baik, namun masih banyak tantangan baru yang harus dihadapi, seperti memanasnya perang Israel dan Palestina yang melebar ke Iran.
"Sekalipun kita sudah melewati masa politik dan ekonomi global yang belum menentu kita tahu perang Rusia dan Ukraina belum berakhir dan ditambah perang Israel dan Palestina dan melebar persoalan Iran. Ini sebuah tantangan baru bagi kita tidak hanya pada konteks fiskal tapi juga konteks investasi karena terkait nilai tukar rupiah terhadap dollar," ujarnya.
Pada Sabtu, 13 April 2024, menandai sejarah baru dalam permusuhan Iran dan Israel. Hari itu, terjadi serangan langsung pertama Iran terhadap Israel.
Iran menyatakan serangan tersebut merupakan balasan atas serangan militer Israel terhadap fasilitas diplomatik Iran di Damaskus Suriah pada 1 April. Dari tujuh pejabat Iran yang tewas, dua di antaranya adalah jenderal.