Mastercard Wawancarai 835 Pengusaha Kecil di Indonesia, Begini Temuannya

Small Business Barometer Report menyajikan analisis informasi yang dikumpulkan dari para usaha kecil di seluruh Indonesia, yang telah menyuarakan tentang apa yang mereka hadapi setiap hari.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Jun 2024, 15:30 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2024, 15:30 WIB
Mastercard Indonesia, 60 Decibels, dan Mercy Corps Indonesia meluncurkan laporan mengenai perkembangan sektor Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia. (Tasha/Liputan6.com)
Mastercard Indonesia, 60 Decibels, dan Mercy Corps Indonesia meluncurkan laporan mengenai perkembangan sektor Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia. (Tasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Mastercard Indonesia, 60 Decibels, dan Mercy Corps Indonesia meluncurkan laporan Small Business Barometer Report yang berfokus pada perkembangan sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia di 2024.

Studi ini dibuat dengan metode wawancara pada 835 usaha kecil, yang terbagi secara merata di daerah perkotaan dan pedesaan Indonesia, dari November 2023 hingga Januari 2024.

Dalam Small Business Barometer Report, ditemukan tiga tantangan utama yang menghambat pertumbuhan UMK di Indonesia yaitu kurangnya literasi digital, dukungan struktural yang kurang memadai, serta terbatasnya akses kredit.

“Dengan menggunakan pendekatan mendengarkan (suara para pelaku UMK) secara mendalam, Small Business Barometer Report menyajikan analisis informasi yang dikumpulkan dari para usaha kecil di seluruh Indonesia, yang telah menyuarakan tentang apa yang mereka hadapi setiap hari serta yang mereka butuhkan untuk berkembang," kata Subhashini Chandran, Vice President, Social Impact, Asia Pacific, Mastercard Center for Inclusive Growth.

"Mastercard Center for Inclusive Growth bertujuan memberikan informasi serta menginspirasi tindakan yang terfokus. Melalui laporan ini, Mastercard Strive terus berperan sebagai katalis penting bagi digitalisasi serta akses terhadap kredit dan pasar bagi usaha kecil di Indonesia," lanjutnya.

Kemudian ada Executive Director Mercy Corps Indonesia, Ade Soekadis mengungkapkan bahwa “Wawasan ini menjembatani kesenjangan di antara pemangku kepentingan dan pemilik usaha kecil, serta menjadi sarana penting untuk memastikan UMKM menerima dukungan menyeluruh yang mereka butuhkan untuk berkembang.

"Melalui Strive, Mercy Corps Indonesia berkomitmen untuk memfasilitasi kolaborasi lebih lanjut agar UMKM dapat berkembang di lanskap bisnis Indonesia yang terus berkembang," lanjutnya.

 

Tak Bisa Pakai Perangkat Digital

Kontribusi UMKM Bantu Penyerapan Tenaga Kerja
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang saat ini berjumlah sekitar 65 juta terhadap produk domestik bruto (PDB) Tanah Air mencapai 61 persen. (Liputan6/Angga Yuniar)

Adapun Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, juga mengatakan bahwa informasi yang diperoleh dari Barometer Report ini memberikan pemahaman komprehensif terkait situasi digitalisasi UMK saat ini.

"Dengan menyoroti ragam tantangan yang dihadapi oleh UMK dan mengidentifikasi area- area peluang untuk program dukungan bagi UMK, laporan ini dapat membekali para pembuat kebijakan dengan perangkat yang diperlukan untuk menjalankan program yang tepat sasaran demi pertumbuhan usaha mikro dan kecil yang berkelanjutan di Indonesia," pungkasnya.

Laporan Small Business Barometer Report menunjukkan, dari 10 usaha mikro dan kecil (UMK) yakin akan kemampuan mereka dalam memanfaatkan perangkat digital untuk meningkatkan operasional bisnis. Namun, 64% mengakui tidak mengetahui perangkat digital apa yang tepat untuk pengembangan bisnisnya.

Ditemukan juga hampir 70% UMK mengakui pentingnya peran layanan seperti pelatihan keterampilan bisnis, pemasaran digital, dan keuangan. Namun, hanya sepertiga dari mereka yang telah mengakses layanan dukungan untuk bisnis mereka.

 

Tak Butuh Kredit

Mayoritas UMK belum pernah menggunakan kredit atau pinjaman dalam 12 bulan terakhir, dengan alasan utama: tidak membutuhkan kredit (62%), diikuti dengan 28% yang mengakui memiliki ketidakmampuan membayar kredit.

Laporan ini secara khusus menargetkan usaha mikro (didefinisikan sebagai usaha yang memiliki satu hingga empat karyawan) dan usaha kecil (didefinisikan sebagai usaha yang memiliki lima hingga 19 karyawan) di sektor makanan dan minuman, mode, kerajinan non-mebel, serta sektor yang berkaitan dengan pariwisata.

Namun, karena luas dan beragamnya segmen usaha kecil di Indonesia, laporan ini tidak mencakup usaha menengah dan usaha di luar keempat sub-sektor tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya