Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun tipis pada hari Rabu (Kamis waktu Jakarta) hingga ditutup di bawah USD 71 per barel, setelah aksi jual tajam pada sesi perdagangan sebelumnya akibat laporan bahwa Israel tidak akan menyerang fasilitas minyak Iran.
Dikutip dari CNBC, Kamis (17/10/2024), harga minyak hari ini untuk West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November dipatok USD 70,39 per barel, turun 19 sen,atau 0,27%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS tersebut telah turun hampir 2%.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Desember dipatok USD 74,22 per barel, turun 3 sen atau 0,04%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak global tersebut telah turun lebih dari 3%.
Advertisement
Patokan harga minyak AS anjlok lebih dari 4% pada hari Selasa setelah Israel memberi tahu AS bahwa mereka akan membatasi serangan balasannya terhadap target militer di Iran.
Harga minyak mentah telah melepaskan sebagian besar keuntungan yang diperoleh pasca serangan rudal balistik Iran terhadap Israel pada 1 Oktober, karena kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak di Timur Tengah telah mereda.
Harga Minyak Dunia Anjlok
Kemarin, harga minyak mentah AS turun lebih dari 4% pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah Israel dilaporkan menyatakan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa mereka tidak berencana menyerang fasilitas minyak Iran. Hal ini menghilangkan kekhawatiran bahwa gangguan pasokan besar di Timur Tengah akan segera terjadi.
Dikutip dari CNBC, Rabu (16/10/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November dipatok USD 70,58 per barel, turun USD 3,25 atau 4,4%. Tahun ini, harga minyak mentah AS telah turun lebih dari 1%.
Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Desember dipatok USD 74,25 per barel, turun USD 3,21 atau 4,14%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak dunia ini telah turun lebih dari 3%.
Israel berencana untuk membatasi serangan balasannya di Iran pada target militer dan tidak berencana untuk menyerang industri minyak Republik Islam atau fasilitas nuklirnya. Harga minyak melonjak awal bulan ini setelah Iran melancarkan serangan rudal balistik terhadap Israel, meningkatkan kekhawatiran bahwa respons Israel dapat menyebabkan siklus eskalasi lebih lanjut yang mengganggu pasokan minyak mentah di kawasan tersebut.
Harga Minyak Turun Signifikan
Harga minyak telah turun secara signifikan dari level tertinggi yang dicapai saat serangan Iran pada tanggal 1 Oktober. Israel sejauh ini menahan diri untuk tidak membalas, dan para pedagang telah mengalihkan fokus ke fundamental pasar karena surplus minyak diperkirakan akan terjadi tahun depan.
Namun Croft memperingatkan adanya eskalasi yang dapat berujung pada gangguan pasokan minyak. Jika Israel melancarkan serangan besar terhadap target militer di Iran yang menimbulkan korban, respons Republik Islam tersebut dapat menyebabkan Israel meningkatkan eskalasi lebih lanjut.
“Gedung Putih cukup khawatir tentang pembalasan Iran, sehingga mereka benar-benar bekerja keras untuk membuat Israel menarik kembali daftar target potensialnya,” kata Croft.
Advertisement
Cadangan Minyak
Israel dapat menyimpan kartu sebagai cadangan sampai mereka melihat bagaimana Iran menanggapi serangan mereka. Prospek permintaan global melemah usai OPEC memangkas proyeksi produksi minyak tahun 2024 untuk bulan ketiga berturut-turut minggu ini.
Badan Energi Internasional memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh sekitar 900.000 barel per hari pada tahun 2024 dan 1 juta barel per hari pada tahun 2025. Namun hal ini manjadi penurunan yang signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan 2 juta barel per hari pada periode pascapandemi.
Permintaan minyak Tiongkok lemah, dengan konsumsi turun 500.000 barel per hari pada bulan Agustus dan menjadi penurunan bulanan keempat berturut-turut. Sementara itu, produksi minyak mentah di Amerika, yang dipimpin oleh AS, diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,5 juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, kata IEA.