Liputan6.com, Jakarta - Volume penjualan semen dalam negeri sepanjang 2024 mencapai 64,9 juta ton. Realisasi ini turun 0,9% jika dibandingkan dengan 2023 yang mencapai 65,5 juta ton. Turunnya penjualan semen ini karena permintaan yang melemah.
Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Lilik Unggul Raharjo menyatakan turunnya penjualan semen lebih banyak disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat pada sektor konstruksi.
Baca Juga
"Melambatnya permintaan semen dari proyek- proyek Pemerintah baik di Jawa maupun wilayah lainnya seperti proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur juga menjadi penyebab turunnya penjualan semen," jelas Lilik dalam keterangan tertulis, Kamis (23/1/2025).
Advertisement
Beberapa wilayah pasar utama semen seperti Jawa tahun ini mengalami sedikit penurunan sebesar 0,1% dengan volume mencapai 33,5 juta ton, hampir sama dengan pencapaian 2023.
Kalimantan di 2024 masih tumbuh sebesar 11,2%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2023 yang mencapai 22,1%. Hal ini disebabkan karena mulai melambatnya pembangunan seiring dengan kebijakan Pemerintah yang mengurangi anggaran untuk pembangunan terus proyek-proyek infrastruktur di Ibu Kota Nusantara.
Bali dan Nusa Tenggara di tahun 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 3,3% dibandingkan tahun 2023, dimana pertumbuhan penjualan semen di Bali mencapai 15,8% yang lebih banyak disebabkan karena beberapa proyek penunjang sektor pariwisata yang tetap berjalan. Kondisi di wilayah lainnya seperti Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua tidak jauh berbeda yang secara umum cenderung mengalami penurunan.
Ekspor
Dengan masih berlanjutnya pelemahan ekonomi global terutama dibeberapa negara yang menjadi pasar utama ekspor seperti Bangladesh, Australia, dan Taiwan, namun demikian hal tersebut tidak berdampak melemahnya pembelian produk semen dari Indonesia.
Hingga akhir 2024 total ekspor semen dan clinker mengalami pertumbuhan sebesar 10,4% dengan total volume sebesar 11,9 juta ton. Hal ini dipicu dari masih tingginya permintaan clinker di pasar-pasar tradisional di luar negeri.
Proyeksi 2025
Lilik melanjutkan, jika melihat tren perkembangan penjualan semen di dalam negeri, diperkirakan pada 2025 penjualan dalam negeri diperkirakan akan tumbuh sekitar 1%-2%, sedangkan ekspor diperkirakan masih akan tetap sama dengan capaian tahun-tahun sebelumnya, sehingga diperkirakan total penjualan semen baik dalam negeri maupun ekspor adalah sekitar 77 juta ton, dan tingkat utilisasi mencapai 65%.
Selain dari sisi penjualan baik dalam negeri maupun ekspor, Ketua ASI juga memberikan beberapa penjelasan bahwa industri semen juga akan menghadapi beberapa tantangan ke depan.
ConContohnya rendahnya utilisasi dan moratorium. Dengan capaian penjualan dalam negeri 2024 yang hanya sekitar 64,9 juta ton, dimana pertumbuhannya 0,9% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara total kapasitas pabrik semen di Indonesia berkisar 119,9 juta ton.
Sehingga utilisasi pabrik masih rendah berkisar 56,5%, diperlukan moratorium untuk pembangunan pabrik semen baru dengan beberapa pertimbangan diantaranya profitability menurun sehingga menghambat investasi inovasi teknologi yang diperlukan untuk menurunkan emisi CO2 industri semen, kontribusi pajak yang rendah, dan pengurangan tenaga kerja.
Dengan utilisasi yang masih rendah, maka export menjadi salah satu alternatif untuk membuat Industri semen tetap bertahan walaupun kompetisi regional sangat ketat karena excess-capacity juga terjadi di wilayah ASEAN, China, India, Pakistan. Harapan kedepan kepada Pemerintah adalah memberikan stimulus ekonomi untuk proyek-proyek insfrastruktur nasional.
Advertisement
Zero ODOL
Mempertimbangkan kesiapan dari segala aspek, dan potensi kenaikan ongkos angkut dan produksi, maka ASI mengusulkan penerapan zero ODOL agar ditunda pelaksanaanya sampai dengan 2028 dengan berbagai persiapan diantaranya terkait penyiapan angkutan sesuai spesifikasi baru, penyiapan infrastruktur, kejelasan implementasi lapangan serta roadmap transisi lainnya. UGM Bersama APINDO telah melakukan study terkait.
Dekarbonisasi
Siap mendukung green industry dalam penurunan CO2 melalui berbagai alternatif penggunaan EBT diantaranya biomas, sampah kota seperti RDF, dan sampah industri.
Di samping itu, pabrikan semen saat ini sudah memproduksi banyak produk ramah lingkungan rendah karbon dan untuk memproduksinya perlu support dibawah lingkungan Kementrian PU, KLH mengenai kemudahan perizinan pemanfaatan limbah B3 sebagai alternatif fuel/alternatif material, dan ESDM untuk penggunaan Energi Baru Terbarukan (terkait instalasi solar panel).
ASI mengharapkan keselarasan kajian lintas direktorat mengenai peta jalan dekarbonisasi industri semen.