Ancaman Serangan Siber Berpotensi Lumpuhkan Ekonomi Indonesia? Ini Kata Pengamat

Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menuturkan, gangguan layanan bank akibat serangan siber bisa menyebabkan kelumpuhan dalam transaksi nasabah.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Feb 2025, 16:45 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2025, 16:45 WIB
Ilustrasi keamanan siber sektor keuangan (Kaspersky)
Pengamat Perbankan Paul Sutaryono mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap sektor perbankan telah menjadi ancaman serius. (Kaspersky)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Perbankan Paul Sutaryono mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap sektor perbankan telah menjadi ancaman serius yang bisa berdampak besar pada perekonomian nasional.

Paul Sutaryono mengungkapkan gangguan layanan bank akibat serangan siber bisa menyebabkan kelumpuhan dalam transaksi nasabah. Hal ini pada gilirannya akan mengganggu kelancaran bisnis, yang ujung-ujungnya berpotensi merusak stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

"Layanan bank terhadap nasabah bisa lumpuh. Akibatnya, bisnis nasabah kurang lancar. Ujungnya, perekonomian juga jadi terganggu," kata Paul kepada Liputan6.com, Senin (3/2/2025).

Disisi lain, Paul menilai, serangan siber yang terus-menerus dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan suatu negara, namun dampaknya sangat tergantung pada seberapa besar bank yang terkena.

Menurutnya, semakin besar ukuran bank, semakin besar pula potensi gangguan pada sistem keuangan. Ketika bank besar terganggu operasionalnya, efek domino bisa meluas ke sektor lainnya.

"Itu tergantung pada seberapa besar bank yang terkena serangan siber. Makin besar bank, makin besar potensi sistem yang diakibatkannya," ujarnya.

Oleh karena itu, sektor perbankan yang lebih besar dan lebih terintegrasi dalam sistem ekonomi lebih rentan terhadap dampak negatif dari serangan siber.

Mitigasi Risiko dan Biaya Keamanan Siber

Adapun untuk menghadapi ancaman siber ini, Paul menilai hampir seluruh bank telah mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi risiko.

Namun, pengamanan ini tidak murah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya yang tinggi untuk menjaga keamanan siber seringkali berdampak pada harga layanan perbankan.

Biaya tambahan ini bisa mempengaruhi nasabah, terutama yang bergantung pada layanan perbankan dengan tarif tertentu. Dengan demikian, ada keseimbangan yang harus dicapai antara pengamanan yang efektif dan biaya yang harus ditanggung oleh nasabah.

"Semua bank pasti sudah mitigasi risiko serangan siber. Ketika biayanya terlalu besar bisa jadi berdampak pada biaya layanan perbankan," ujar dia.

 

Kepercayaan Masyarakat terhadap Sistem Perbankan

Awas, Penipuan Mengatasnamakan Bank
)Ilustrasi kejahatan siber) (Foto: istimewa)... Selengkapnya

Paul menjelaskan, dampak serangan siber terhadap sektor perbankan tidak hanya terbatas pada aspek teknis, tetapi juga berimbas pada kepercayaan masyarakat. Serangan siber besar dapat merusak reputasi bank, yang kemudian memengaruhi kepercayaan nasabah.

Ketika kepercayaan terhadap sistem perbankan terganggu, masyarakat cenderung menjadi lebih berhati-hati dalam menggunakan layanan perbankan, yang dapat berdampak pada konsumsi dan investasi. Jika masyarakat merasa tidak aman dalam bertransaksi melalui bank, mereka bisa mencari alternatif lain yang lebih aman, yang pada gilirannya akan menurunkan aktivitas ekonomi.

"Tentu saja, serangan siber yang amat besar dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Itu disebut risiko reputasi," ujar Paul.

Sejauh ini, kata Paul, kebijakan dan regulasi pemerintah sudah cukup efektif dalam melindungi sektor perbankan dari serangan siber. Aturan-aturan ini diharapkan dapat menjaga sistem perbankan tetap aman dan berfungsi secara optimal. "OJK sebagai regulator sektor jasa keuangan sudah menerbitkan aturan tentang itu. Hal itu bertujuan untuk melindungi bank dan nasabahnya," pungkasnya.

 

Kena Serangan Siber, Raksasa Minyak Halliburton Gandeng Penegak Hukum Cari Pelaku

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Sebelumnya, Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) raksasa di Amerika Serikat (AS), Halliburton, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menjalin kerja sama dengan penegak hukum untuk menentukan sejauh mana dampak dari gangguan sistem komputer terhadap bisnis.

Melansir Channel News Asia, Selasa (27/8/2024) perusahaan senilai USD 23 miliar tersebut menemukan adanya serangan siber pada sistem perusahaan pada hari Rabu 21 Agustus 2024.

"Investigasi dan tanggapan sedang berlangsung termasuk pemulihan sistem dan penilaian materialitas," terang Halliburton.

Perusahaan tersebut juga mengatakan telah menonaktifkan beberapa sistem untuk melindungi data-datanya.

Serangan tersebut tampaknya berdampak pada operasi bisnis di fasilitas Halliburton di Houston, serta beberapa jaringan konektivitas global, menurut keterangan seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Halliburton juga telah meminta beberapa staf untuk tidak terhubung ke jaringan internal, menurut sumber itu.

Departemen Energi AS mengatakan pada hari Kamis (22/8) bahwa insiden siber Halliburton tidak berdampak pada layanan energi apa pun.

Ini bukan kali pertama gangguan siber melanda perusahaan di AS.

Sebelumnya, serangan ransomware sempat melanda penyedia perangkat lunak CDK Global, menyebabkan masalah di ribuan dealer mobil di seluruh Amerika Serikat awal tahun ini.

CDK tampaknya telah membayar tebusan sebesar USD 25 juta kepada para peretas untuk mengatasi gangguan besar-besaran tersebut, menurut laporan sebuah sumber.

Selama musim semi tahun 2021, serangan ransomware  melumpuhkan Colonial Pipeline, menyebabkan aksi belanja panik yang memusnahkan persediaan di stasiun pengisian bahan bakar di sepanjang Pantai Timur.

 

Raksasa Minyak AS Halliburton Dilanda Serangan Siber terhadap Operasi

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Sebelumnya, raksasa minyak asal Amerika Serikat, Halliburton mengungkapkan pihaknya tengah menghadapi masalah sistem komputer yang dilaporkan terkait dengan serangan siber.

Mengutip CNN Business, Kamis (22/8/2024) seorang sumber mengatakan bahwa Halliburton terkena serangan siber yang tampaknya memengaruhi operasi bisnis di fasilitas Houston milik perusahaan dan beberapa jaringan global.

Sementara itu, pihak Halliburton tidak mengonfirmasi atau membantah adanya serangan siber, tetapi perusahaan jasa ladang minyak tersebut mengakui adanya "masalah" yang tidak disebutkan.

"Kami menyadari adanya masalah yang memengaruhi sistem perusahaan tertentu dan kami bekerja keras untuk  menemukan penyebab dan dampak potensialnya," kata juru bicara Halliburton dalam sebuah pernyataan.

"Kami telah mengaktifkan rencana respons yang telah direncanakan sebelumnya dan bekerja secara internal dan dengan para ahli terkemuka untuk memperbaiki masalah tersebut,” terangnya.

Halliburton menolak menjelaskan sifat insiden tersebut. Serangan siber semakin mengganggu operasi di berbagai bisnis.

Sebelumnya, ransomware sempat melanda penyedia perangkat lunak CDK Global, menyebabkan masalah di ribuan dealer mobil di seluruh Amerika Serikat awal tahun ini.

CDK tampaknya telah membayar tebusan sebesar USD 25 juta kepada para peretas untuk mengatasi gangguan besar-besaran tersebut, menurut laporan sebuah sumber.

Selama musim semi tahun 2021, serangan ransomware melumpuhkan Colonial Pipeline, menyebabkan aksi belanja panik yang memusnahkan persediaan di stasiun pengisian bahan bakar di sepanjang Pantai Timur.

Jadi Perhatian Terhadap Kerentanan 

Eric Noonan, CEO penyedia keamanan dan TI CyberSheath mengatakan, serangan siber yang tampak terhadap Halliburton adalah pengingat lain tentang kerentanan perusahaan yang mengoperasikan infrastruktur penting seperti energi.

"Operator infrastruktur penting di AS dapat memutuskan seberapa baik mereka menggunakan atau tidak menggunakan kontrol keamanan siber,” kata Noonan.

"Ini adalah situasi yang tidak dapat terus berlanjut tanpa biaya yang sangat besar bagi rakyat Amerika," ia menambahkan.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya