Situasi Ekonomi Buruk, Rupiah Paling Pas di Level Berapa Ya?

Di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, Bank Indonesia memiliki nilai tukar rupiah yang pas. Di level berapakah?

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Nov 2013, 13:36 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2013, 13:36 WIB
rupiah-lemahh130821b.jpg
Nilai tukar rupiah di level Rp 11.500 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga akhir 2013 dinilai level yang cocok di tengah ketidakpastian perekonomian sekarang.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara mengatakan, nilai tukar rupiah saat ini masih melemah sehingga pihaknya harus mengeluarkan bauran kebijakan untuk mengendalikan gejolak kurs rupiah tersebut.

"Kami rasa nilai tukar rupiah Rp 11.500 per dolar AS adalah level yang cocok untuk situasi saat ini. Eksportir juga sudah bisa menjual hasil ekspornya. Sampai akhir tahun diperkirakan nilai tukar rupiah Rp 11.500 per dolar AS," kata Mirza saat di acara Proyeksi Ekonomi Indonesia 2014 di Jakarta, Selasa (26/11/2013).

Nilai tukar rupiah di level itu, menurut Mirza, merupakan angka yang baik untuk mempersempit defisit transaksi berjalan yang mencapai 3,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Pelemahan rupiah ini akan mampu memperlambat laju impor minyak, barang-barang non produktif dan sebagainya. Kalau impor kan jauh lebih mahal," paparnya.

Di sisi lain, lanjut Mirza, pembayaran utang yang masuk jatuh tempo sudah cukup besar. Namun utang-utang tersebut sebagian besar sudah di roll over.

"Kalaupun tidak di roll over, utang tersebut sudah ada sumber pembayarannya sehingga mereka tidak perlu beli dolar di pasar. Dan BI telah melakukan bauran kebijakan," ujarnya.

Bauran kebijakan itu, tambah Mirza, mengkombinasikan dari aturan suku bunga, kurs, pengetatan loan to value (LTV), pengetatan loan to deposit ratio (LDR), KPR inden dan lainnya.

"Tapi jangan khawatir, BI pasti akan melihat kondisi dan situasi perbankan, pengetatan likuiditas mengenai kredit bermasalah. Karena kami sadar kebijakan ini jangan sampai menjadi counter produktif kepada sektor riil," kata dia.

Untuk itu, Mirza mengimbau kepada perbankan supaya lebih selektif mengendalikan pertumbuhan kredit untuk impor non produktif, serta mengetatkan pendanaan perbankan.

"Lebih baik kreditnya agak sedikit dilambatkan untuk sementara supaya tidak rebutan dana pihak ketiga, dan tidak rebutan deposit, karena kalau rebutan malah akan membuat suku bunga deposit naik lebih tinggi," pungkas dia. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya