Bank Indonesia (BI) terus mengimbau kepada pemerintah Indonesia untuk segera mengatasi permasalahan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang masih tinggi.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengungkapkan demi mengatasi impor BBM yang masih tinggi tersebut perlu dilakukan perbaikan di sektor struktural.
"Kalau trade balance oil and gas permasalahannya lebih struktural yang tidak bisa diselesaikan dengan suku bunga dan kurs," tegas Mirza di Gedung Bank Indonesia, Kamis (9/1/2014).
Hal itu perlu dilakukan mengingat kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia terus mengalami defisit dikarenakan tingginya impor BBM.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menambahkan untuk tahun 2013 defisit transaksi berjalan Indonesia hingga akhir tahun 2013 berada di 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Di mana angka itu meningkat dari defisit neraca transaksi berjalan tahun 2012 sebesar 2,8% dari PDB," ujar Agus.
Agus menambahkan, selain masalah defisit neraca transaksi migas yang masih cukup besar, pengaruh meningkatnya defisit transaksi berjalan tersebut diakibatkan karena menurunnya harga komoditi dan menurunnya ekspor non-migas.
Namun meski begitu, pada triwulan IV 2013 Agus mengungkapkan kondisi tekanan terhadap neraca transaksi berjalan sudah mulai menunjukkan perbaikan.
"Secara keseluruhan tahun memang banyak tekanan, namun defisit transaksi diperkirakan menurun seiring surplus neraca perdagangan yang didorong kenaikan ekspor non migas sejalan dengan perbaikan ekonomi Dunia," kata Agus. (Yas/Ahm)
Baca Juga:
Awali 2014, BI Pertahankan BI Rate 7,5%
Cuma Tumbuh 21%, Penyaluran Kredit Makin Seret
Uang Senilai Rp 3.614 triliun `Bertebaran` di Indonesia
Tutup 2013, Cadangan Devisa RI Bertahan di US$ 99 Miliar
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengungkapkan demi mengatasi impor BBM yang masih tinggi tersebut perlu dilakukan perbaikan di sektor struktural.
"Kalau trade balance oil and gas permasalahannya lebih struktural yang tidak bisa diselesaikan dengan suku bunga dan kurs," tegas Mirza di Gedung Bank Indonesia, Kamis (9/1/2014).
Hal itu perlu dilakukan mengingat kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia terus mengalami defisit dikarenakan tingginya impor BBM.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menambahkan untuk tahun 2013 defisit transaksi berjalan Indonesia hingga akhir tahun 2013 berada di 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Di mana angka itu meningkat dari defisit neraca transaksi berjalan tahun 2012 sebesar 2,8% dari PDB," ujar Agus.
Agus menambahkan, selain masalah defisit neraca transaksi migas yang masih cukup besar, pengaruh meningkatnya defisit transaksi berjalan tersebut diakibatkan karena menurunnya harga komoditi dan menurunnya ekspor non-migas.
Namun meski begitu, pada triwulan IV 2013 Agus mengungkapkan kondisi tekanan terhadap neraca transaksi berjalan sudah mulai menunjukkan perbaikan.
"Secara keseluruhan tahun memang banyak tekanan, namun defisit transaksi diperkirakan menurun seiring surplus neraca perdagangan yang didorong kenaikan ekspor non migas sejalan dengan perbaikan ekonomi Dunia," kata Agus. (Yas/Ahm)
Baca Juga:
Awali 2014, BI Pertahankan BI Rate 7,5%
Cuma Tumbuh 21%, Penyaluran Kredit Makin Seret
Uang Senilai Rp 3.614 triliun `Bertebaran` di Indonesia
Tutup 2013, Cadangan Devisa RI Bertahan di US$ 99 Miliar