Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) berharap pengolahan biji kakao di dalam negeri lebih banyak diolah di dalam negeri ketimbang masu ke negara lain. Pengusaha berharap biji kakao yang diolah didalam negeri mencapai 800 ribu ton per tahun.
Ketua Umum Askindo Zulhefi Sikumbang mengatakan salah satu yang perlu dilakukan untuk mencapai target ini dengan mendorong produksi biji kakao dalam negeri melalui program tenaga penyuluh petani dalam merawat tanaman kakao dengan lebih baik
"Selama ini kurang dilakukan. Kalau program ini jalan, kita berharap bisa naik, kalau bisa sampai 700-800 ribu ton maka industri akan comfort, sehingga tidak terganggu untuk bahan baku," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (13/1/2014).
Dia mengakui saat ini pengolahan biji kakao dalam negeri terus tumbuh. Buktinya, sebelum adanya program hilirisasi pada 2010, Indonesia lebih banyak melakukan ekspor biji kakao.
Namun sejak ada program hilirisasi per April 2010 dengan ditetapkannya pajak ekspor biji kakao mendorong industri pengolahan kakao setengah jadi meningkat luar biasa.
"Jadi yang tadinya biji kakao diolah hanya 125 ribu ton, sekarang per tahun sudah 350 ribu ton yang diolah didalam negeri. Tahun ini akan menaik menjadi 400 ribu ton," lanjut dia.
Dia mengakui, sekitar 90% hasil produk olahan kakao saat ini diekspor ke wilayah seperti Amerika, Eropa Barat, China, India dan Singapura. Produk olahan yang diekspor antara lain cocoa butter dan cocoa powder.
Namun tingginya harga cocoa butter serta rendahnya harga cocoa powder menimbulkan dilema bagi indutri pengolahan setengah jadi.
"Karena harga butter bagus, harga powder rendah, sehingga income atau penjualannya pas-pasan saja," jelasnya.
Sebab itu, dia menilai diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pengusaha untuk meningkatkan kualitas biji kakao sehingga rendemen yang didapatkan industri pengolahan kakao setengah jadi bisa meningkat.
"Sehingga harga pas-pasan tadi bisa menguntungkan, sekarang kalau kualitasnya tidak bagus, rendemennya rendah, hanya 30% seharusnya 34%-35%. Dengan situasi market saat ini dengan rendemen 30% maka industri susah untuk dapat untung," tandas dia. (Dny/Nrm)
Ketua Umum Askindo Zulhefi Sikumbang mengatakan salah satu yang perlu dilakukan untuk mencapai target ini dengan mendorong produksi biji kakao dalam negeri melalui program tenaga penyuluh petani dalam merawat tanaman kakao dengan lebih baik
"Selama ini kurang dilakukan. Kalau program ini jalan, kita berharap bisa naik, kalau bisa sampai 700-800 ribu ton maka industri akan comfort, sehingga tidak terganggu untuk bahan baku," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (13/1/2014).
Dia mengakui saat ini pengolahan biji kakao dalam negeri terus tumbuh. Buktinya, sebelum adanya program hilirisasi pada 2010, Indonesia lebih banyak melakukan ekspor biji kakao.
Namun sejak ada program hilirisasi per April 2010 dengan ditetapkannya pajak ekspor biji kakao mendorong industri pengolahan kakao setengah jadi meningkat luar biasa.
"Jadi yang tadinya biji kakao diolah hanya 125 ribu ton, sekarang per tahun sudah 350 ribu ton yang diolah didalam negeri. Tahun ini akan menaik menjadi 400 ribu ton," lanjut dia.
Dia mengakui, sekitar 90% hasil produk olahan kakao saat ini diekspor ke wilayah seperti Amerika, Eropa Barat, China, India dan Singapura. Produk olahan yang diekspor antara lain cocoa butter dan cocoa powder.
Namun tingginya harga cocoa butter serta rendahnya harga cocoa powder menimbulkan dilema bagi indutri pengolahan setengah jadi.
"Karena harga butter bagus, harga powder rendah, sehingga income atau penjualannya pas-pasan saja," jelasnya.
Sebab itu, dia menilai diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pengusaha untuk meningkatkan kualitas biji kakao sehingga rendemen yang didapatkan industri pengolahan kakao setengah jadi bisa meningkat.
"Sehingga harga pas-pasan tadi bisa menguntungkan, sekarang kalau kualitasnya tidak bagus, rendemennya rendah, hanya 30% seharusnya 34%-35%. Dengan situasi market saat ini dengan rendemen 30% maka industri susah untuk dapat untung," tandas dia. (Dny/Nrm)