Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Kung Fu Indonesia (AKI) mengadakan turnamen Kung Fu se-Indonesia yang diikuti 15 perguruan. Turnamen ini berlangsung di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Ciracas, Jawa Timur, Sabtu (17/12/2016).
"Pesertanya rata-rata anak 6 sampai 11 tahun. Kalau yang di atas itu hanya try out saja supaya mereka dapat jam terbang," kata Ketua AKI, Dedi Garno Ismadi saat ditemui di sela-sela turnamen.
Baca Juga
Turnamen dibuka sekitar pukul 09:30 WIB. Yang pertama tampil adalah para master dari 15 perguruan tersebut. Mereka saling unjuk gigi memperlihatkan jurus-jurus andalan perguruan masing-masing.
Setelah itu, giliran para peserta yang unjuk kebolehan. Mereka turun dalam berbagai kategori. Meski demikian, Dedi menuturkan kalau kategori penilaian yang digunakan sama.
"Kan kita punya pakem. Misalkan kuda-kuda, ada gerakan yang tidak boleh goyang. Untuk kategori freestyle, line kuda-kudanya sudah benar atau belum, kalau goyang dipotong berapa," papar Dedi.
Advertisement
Penguasaan Jurus
Lebih lanjut, Dedi menuturkan, hal lain yang juga jadi bahan penilaian juri adalah power dan penguasaan jurus. Para juri nantinya akan melihat kemampuan para peserta dalam mempraktekkan jurus masing-masing.
"Kalau mereka baru kan akan kagok. Tapi kalau biasa main jurus, itu akan kelihatan," kata Dedi.
Dedi menambahkan, turnamen ini diselenggarakan untuk mencari bibit-bibit atlet kung fu nasional. Nantinya, para atlet tersebut akan disalurkan ke olahraga wushu yang menjadi olahraga berprestasi cabang kung fu.
"Kita pencipta bibit. Kalau wushu kan pencari bibit. Pemula-pemula semuanya dari sini. Nanti kita arahkan ke olahraga prestasi yaitu wushu," ujar Dedi yang juga menyandang gelar master dari salah satu perguruan kung fu.
Advertisement
Membina Mental
Selain mencari bibit baru, Dedi menilai olahraga bela diri seperti kung fu juga sangat berguna bagi para anak-anak. Menurut dia, anak-anak yang belajar bela diri akan lebih terasah kedisiplinannya dan mentalnya.
Dedi menyangkal ketakutan orang tua soal anaknya yang belajar bela diri. "Anak-anak yang belajar bela diri justru terhindar dari yang namanya tawuran. Karena mereka tahu, dipukul itu sakit," kata Dedi.
"Coba lihat saja anak-anak yang tawuran. Saat ditanya, pasti mereka tidak belajar bela diri," ujar Dedi menambahkan.
Terkait tips memilih perguruan, Dedi mengatakan perguruan manapun akan cocok bagi anak-anak. "Semua pada dasarnya sama. Bedanya hanya saat memberikan jurus, karena tiap perguruan punya ciri khasnya masing-masing," ujar Dedi.