Liputan6.com, Jakarta - Mantan bintang Manchester United Rio Ferdinand memberi kritik tajam terhadap kebijakan transfer manajemen Setan Merah. Dia menilai penjualan Chris Smalling, bersama dengan Jonny Evans, adalah kesalahan besar yang terjadi pada era Ole Gunnar Solskjaer.
Menurut Ferdinand, Smalling adalah salah satu bek terbaik yang dimiliki MU dan seharusnya tidak dibiarkan pergi.
Baca Juga
Dia menyoroti masalah dalam rekrutmen pemain klub selama beberapa tahun terakhir. MU kesulitan dalam mempertahankan pemain kunci atau merekrut pengganti yang tepat.
Advertisement
Dalam situasi ini, Ferdinand menekankan pentingnya kehadiran pemain lama dengan pengalaman dan karakteristik yang diperlukan untuk membangun struktur serta kestabilan dalam tim.
Ferdinand menyebut Smalling memenuhi kriteria tersebut. Namun, MU justru melepasnya ke AS Roma pada 2020.
"Saya sudah mengatakan ini berkali-kali. Keputusan mereka menjual Jonny Evans adalah sebuah parodi," kata Rio Ferdinand.
Komentar Ferdinand Setelah MU Jual Evans dan Smalling
"Smalling seharusnya tidak diizinkan pergi. Dia adalah bek terbaik, bek tengah terbaik, ketika saya pensiun. Ketika saya dan Vidic meninggalkan MU, turut hilang pengalaman dan orang-orang lama. Maka tersisa Smalling. Dia adalah bek terbaik yang mereka punya. Saya tidak percaya Smalling dan Smalling, jujur saja."
Ferdinand menambahkan, pemain seperti Smalling dan Evans adalah tipe pesepak bola yang penting untuk menjaga struktur dan kestabilan dalam klub.
Dia merujuk kiprah Smalling yang telah menemukan kembali performa terbaiknya di Serie A bersama AS Roma.
Advertisement
MU Setelah Berakhirnya Era Ferdinand-Vidic
Ferdinand dan Vidic merupakan duet bek tengah hebat terakhir MU. Setelah itu Setan Merah kesulitan menemukan komposisi terbaik demi mengisi jantung pertahanan. Padahal klub telah menghabiskan banyak uang untuk merekrut pemain seperti Eric Bailly dan Victor Lindelof.
Keputusan besar lainnya adalah dengan menjadikan Harry Maguire sebagai bek termahal sepanjang sejarah sepak bola. Dia dianggap sebagai pembelian gagal dan nyaris dijual musim panas lalu. Bahkan kehadiran juara dunia dan kolektor trofi seperti Raphael Varane juga tidak memberikan hasil yang diharapkan.