Upaya Atasi Perubahan Iklim dan Polusi Udara Harus Berjalan Bersamaan

Dampak bencana iklim makin dapat dirasakan di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Apr 2022, 18:01 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2022, 17:21 WIB
Tingkat Polusi Udara Jakarta
Deretan gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (20/4/2021). Berdasarkan data "World Air Quality Index" pada Selasa (20/4) pukul 10.00 WIB tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 174. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Dampak bencana iklim makin dapat dirasakan di Indonesia. Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) bagian dari Laporan Peninjauan Keenam (AR6) oleh Working Group III IPCC berjudul “Mitigasi Perubahan Iklim” baru saja diluncurkan pada April 2022. Laporan ini menunjukkan bahwa bumi berada pada fast track menuju bencana iklim.

Laporan tersebut mencakup mitigasi yang harus dilakukan untuk mengurangi laju kenaikan suhu global yang akan membawa dunia ke pemanasan 2,7ºC. Hal ini dianggap akan sangat mengancam banyak hal dengan intensitas yang tinggi, terutama di wilayah rentan bencana seperti Indonesia. Dampak ini tentunya akan mengancam masa depan generasi mendatang Indonesia.

CEO Landscape Indonesia Agus Sari mengatakan, krisis iklim yang terjadi tidak dipungkiri saling berhubungan erat dengan pencemaran udara. Ia menuturkan, polusi udara disebabkan oleh gas-gas rumah kaca termasuk juga black carbon yang mampu menutupi permukaan bumi yang cerah.

“Apalagi kalau dia terbang dan menutupi bagian bumi yang bersalju dan mengurangi albedo, yaitu kemampuan bumi dalam memantulkan cahaya. Kalau daerah bersalju yang berwarna putih tertutup, akan lebih sedikit energi yang dipantulkan ke angkasa, sehingga bumi akan semakin panas,” ujar Agus dalam Webinar Bicara Udara bertajuk “Perubahan Iklim dan Kualitas Udara,” Sabtu (23/4/2022).

Selain itu, Agus mengungkapkan, peningkatan emisi karbon ke atmosfer juga akan turut meningkatkan emisi polutan lokal seperti karbon monoksida, mono-nitrogen oksida, ozon daratan, serta debu yang termasuk juga PM10 dan PM2,5.

“Oleh karena itu, menurunkan emisi gas-gas rumah kaca akan pula (turut) menurunkan emisi polutan lokal. Menurunkan polusi udara maka akan menurunkan potensi perubahan iklim,” ucapnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bisa mempengaruhi suhu bumi

Lahore Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia
Perubahan Iklim dan Polusi Udara

Sementara itu, Junior Scientist Nafas Indonesia Dinda Shabrina mengatakan, salah satu polutan yang berpengaruh terhadap perubahan iklim adalah PM 2,5. Menurutnya, PM2 ,5 dapat mempengaruhi suhu bumi melalui cooling and warming effect.

“PM2,5 juga berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan. Badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini, yang berarti dapat terperangkap di paru-paru,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Dinda mengajak seluruh pihak untuk lebih peduli lagi terhadap krisis iklim dan polusi udara. Sebab, kedua masalah tersebut penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh kepada generasi mendatang.

“Mengatasi perubahan iklim dan polusi udara harus berjalan bersamaan, karena kedua hal tersebut mempengaruhi satu sama lain,” pungkasnya.

Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Polusi Udara di Dunia Menurun saat Pandemi Corona. 
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya