Bukan Mustahil Membangun Kehidupan Bawah Laut bak Film Black Panther Wakanda Forever

Membangun ibu kota di bawah laut seperti di film Black Panther Wakanda Forever menjadi hal yang bisa diimplementasikan.

oleh Anissa Rizky Alfiyyah diperbarui 21 Des 2022, 10:08 WIB
Diterbitkan 21 Des 2022, 10:07 WIB
Adegan di trailer Black Panther: Wakanda Forever. (Foto: YouTube/Marvel Studios)
Adegan di trailer Black Panther: Wakanda Forever. (Foto: YouTube/Marvel Studios)

Liputan6.com, Jakarta - Film Black Panther Wakanda Forever memperkenalkan seorang tokoh antagonis bernama Namor. Karakter yang dikenal karena hidup di bawah laut dan memerintah kerajaan Atlantis yang mistis.

Jika kita memikirkan kehidupan bawah laut, rasanya mustahil untuk benar-benar diimplementasikan di dunia nyata. Tapi, tidak untuk Philip Pauley. 

Namor dan kerajaan bawah lautnya membuat seorang futuris sekaligus Director dari Pauley Group, Philip Pauley, terus mempromosikan potensi kota bawah laut. 

Saat ini, permukaan laut mulai naik di beberapa negara yang membuat kota-kota pesisir berada di bawah ancaman. Diperkirakan 250 juta orang saat ini tinggal di daratan di bawah proyeksi tingkat banjir tahunan.

Di kota-kota pesisir seperti London, Lagos, Mumbai, atau Shanghai --- dan jumlah ini dapat meningkat menjadi 630 juta. 

Bahkan, mengutip BBC Focus pada Selasa, 20 Desember 2022 pemerintah Indonesia kini mencoba memindahkan seluruh ibu kotanya ke daratan karena prediksi Jakarta tenggelam dalam beberapa tahun ke depan.

Meski lokasi ibu kota baru Indonesia dikritik besar karena menyebabkan penghancuran wilayah hutan hujan alami, tapi rencana ini sudah bulat. 

Hal tersebut juga yang membuat Pauley terus berinovasi untuk potensi kota bawah laut. Sebab, alih-alih manusia melarikan diri dari air, mungkin air bisa menjadi solusi bagi manusia untuk  membuat hunian di bawah air. 

"Pelopor hunian bawah air yang paling terkenal adalah Jacques Cousteau," kata Pauley. 

"Dia membangun sejumlah habitat bawah air pada 1970-an. Ini cenderung cukup kecil, tapi tidak ada yang menghentikan kita untuk membangun sesuatu yang lebih besar. Hanya saja membutuhkan waktu, uang, dan sumber daya," dia melanjutkan.

Jadi, untuk membangun hunian bawah air seperti Namor, bukanlah hal yang mustahil.

Desain Bawah Laut

Selain Atlantis, 6 Kota Legenda Ini Juga Hilang dan Tak Pernah Ditemukan
Doc: Pinterest

Demi mempromosikan potensi kota bawah air, Pauley terus berinovasi dengan mendesain habitat bawah laut.

Bahkan, desain Pauley untuk habitat di bawah laut dikabarkan menarik minat produser film dan NASA. Desainnya terdiri dari biosfer pusat yang dikelilingi oleh biosfer yang lebih kecil. 

"Desain kubah yang ‘tampak jelas’," katanya. 

"Air dapat bergerak di sekitarnya dengan cukup mudah. Kubah ini mampu menahan tekanan yang sangat besar. Bentuk alternatif yang lebih hemat biaya adalah persegi, tapi itu bergantung pada lokasi pembangunan kota Anda. Jika ada arus yang mendorong permukaan yang datar tentu saja bukan ide yang bagus," lanjut Pauley.

Lokasi, tambah Pauley, sangat penting. Sebuah kompleks yang dibangun di dekat permukaan akan lebih menguntungkan dalam segi akses karena mudah menjangkau tempat-tempat persediaan dan akan mudah untuk melarikan diri, jika diperlukan. 

"Membangun di kedalaman yang lebih dalam berarti lebih mahal, dan merupakan tugas berat," katanya.

Menguntungkan

Wisata Batam Terpopuler
Ilustrasi alam bawah laut (sumber: pixabay)

Pauley juga mengatakan bahwa jika memang sumber daya dan uang mencukupi, membangun habitat di bawah air yang lebih dalam lagi dapat sama menguntungkannya dengan membangun di dekat permukaan.

Dengan membangun struktur lebih dalam lagi, berarti dapat memanfaatkan tekanan air yang kuat untuk menghasilkan listrik. 

"Ini adalah salah satu cara untuk menghasilkan energi yang berkelanjutan," katanya. 

"Reaktor nuklir kecil adalah cara lain. Anda bisa menggunakan gerakan gelombang permukaan, atau tenaga surya, atau turbin angin. Anda bisa menggunakan berbagai energi terbarukan," dia menambahkan.

Sementara itu, untuk oksigen, dapat dibuat dengan mudah dari air di sekitarnya atau diekstraksi dari permukaan. 

Untuk persediaan makanan, kita dapat membuatnya di atas kapal atau bahkan membudidayakan ikan. 

"Anda juga bisa ternak, menjadi vegan sepenuhnya atau membawa makanan," ujarnya.

Membangun di Dekat Permukaan

Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Republik Indonesia merupakan badan penegakan hukum di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. (Dok Kemenhub)
Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Republik Indonesia merupakan badan penegakan hukum di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. (Dok Kemenhub)

Meskipun membangun habitat bawah laut menguntungkan dan dapat menajadi solusi, Pauley mengakui bahwa hidup di bawah air dalam waktu yang lama mungkin sulit secara psikologis. 

"Ada masalah isolasi," katanya.

"Untuk kesehatan mental, Anda membutuhkan sinar matahari dan vitamin D. Meskipun sebenarnya Anda dapat mereplikasi cahaya matahari dengan lampu LED, tetapi ini adalah alasan lain mengapa lebih baik untuk membangun habitat bawah air yang lebih dekat dengan permukaan --- sehingga orang tidak merasa begitu terputus dari dunia," Pauley melanjutkan. 

Pauley melihat kota bawah air sebagai cara untuk memecahkan masalah potensial seperti kelebihan populasi, atau untuk memberi kita pilihan jika terjadi skenario kiamat. 

"Ini lebih masuk akal secara ekonomi dan lingkungan daripada mendirikan sebuah kota di Mars, tetapi memang, dalam mengembangkannya, kita memerlukan banyak uang," pungkasnya. 

Infografis Banjir Rob dan Jebolnya Tanggul Laut di Semarang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Banjir Rob dan Jebolnya Tanggul Laut di Semarang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya