Studi: Terlalu Banyak Garam Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Penelitian baru dari Tulane University menunjukkan bahwa konsumsi garam yang tinggi bisa menjadi faktor risiko diabetes tipe 2. Begini faktanya.

oleh Bella Zoditama diperbarui 18 Nov 2023, 10:05 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2023, 10:05 WIB
Studi: Terlalu Banyak Garam Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
Studi: Terlalu Banyak Garam Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2(Sumber Foto: foxnews.com)

Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan kasus diabetes, khususnya diabetes tipe 2 secara global bisa menjadi masalah kesehatan yang signifikan, serta menjadi salah satu penyebab utama kematian. Bahkan, setiap tahunnya, lebih dari 1 juta kematian disebabkan oleh diabetes.

Melansir dari Healthline, Selasa (14/11/2023), penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020 melaporkan bahwa 462 juta orang terkena diabetes tipe 2 pada tahun 2017, dengan tingkat prevalensi 6.059 kasus per 100.000 penduduk. Pada tahun 2030, diabetes tipe 2 diperkirakan meningkat menjadi 7.079 kasus per 100.000 penduduk.

Individu yang berisiko terkena penyakit ini, seperti orang dewasa berusia di atas 45 tahun dan pengidap obesitas, seringkali disarankan untuk membatasi asupan gula, mengikuti pola makan seimbang, dan berolahraga secara teratur.

Kini, penelitian baru dari Tulane University menunjukkan bahwa mengurangi asupan garam dapat membantu mencegah timbulnya diabetes tipe 2.

Penelitian yang diterbitkan pada 1 November di Mayo Clinic Proceedings ini merupakan penelitian pertama yang menyelidiki hubungan antara penanda perilaku menambahkan garam ke dalam makanan dan risiko diabetes tipe 2.

“Kita sudah tahu bahwa membatasi garam dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan hipertensi, namun penelitian ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa tidak mengonsumsi garam juga dapat membantu mencegah diabetes tipe 2,” kata penulis utama studi, Dr. Lu Qi, PhD, direktur Tulane University Obesity Research Center dan profesor di School of Public Health and Tropical Medicine, dalam siaran persnya.

Meskipun para peneliti mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mengapa konsumsi garam berlebih memengaruhi risiko diabetes, penelitian tersebut menemukan hubungan antara asupan garam yang lebih banyak dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi.

Hasil Penelitian dari Tulane University

Mengurangi Konsumsi Garam
Ilustrasi Garam Credit: pexels.com/Glove

Peneliti Tulane University meneliti asupan garam pada lebih dari 400.000 orang dewasa yang terdaftar di Biobank Inggris selama hampir 12 tahun.

Lebih dari 13.000 peserta yang rutin mengonsumsi garam mengidap diabetes tipe 2, yang terjadi ketika tubuh tidak lagi mengatur gula darah dengan baik dan menyebabkan resistensi insulin.

Jika dibandingkan dengan peserta yang “tidak pernah atau jarang” menggunakan garam, peneliti menentukan bahwa orang yang “kadang-kadang,” “biasanya”, atau “selalu” menggunakan garam, masing-masingnya memiliki kemungkinan 13%, 20%, dan 39% lebih besar terkena diabetes tipe 2.

Kelsey Costa, ahli diet dan konsultan nutrisi terdaftar untuk National Coalition on Healthcare, mencatat bahwa konsumsi garam yang tinggi dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 melalui dampaknya pada:

  • Berat badan
  • Tekanan darah
  • Metabolisme
  • Peradangan atau inflamasi

Costa, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan asupan garam berlebih dapat mengganggu keseimbangan bakteri usus, menyebabkan peradangan usus, yang berkontribusi terhadap resistensi insulin dan meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

“Peradangan dapat merusak sel dan jaringan dalam tubuh, menyebabkan resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa,” kata Costa.

Hubungan antara Garam, Obesitas dan Diabetes Tipe 2

Ilustrasi obesitas
Ilustrasi obesitas. (Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash)

Konsumsi garam berlebih telah dikaitkan dengan hipertensi dan penambahan berat badan, yang meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

“Hal ini mungkin terjadi karena asupan garam yang tinggi, terutama pada individu yang kelebihan berat badan, dapat menyebabkan peningkatan konsumsi kalori dan natrium,” jelas Costa.

Untuk membantu mengungkap mengapa konsumsi garam dapat memengaruhi risiko diabetes, Costa mengutip teori baru yang menyatakan bahwa fruktosa, sejenis gula yang ditemukan di banyak makanan, dapat berkontribusi terhadap obesitas dengan memengaruhi metabolisme sel dan meningkatkan keinginan terhadap makanan berenergi tinggi.

“Fruktosa tidak hanya berasal dari makanan tetapi juga dapat diproduksi tubuh dari glukosa, terutama jika mengonsumsi makanan tinggi garam dan rendah air. Peningkatan produksi fruktosa ini dapat menyebabkan resistensi leptin, hormon yang membantu mengatur nafsu makan,” jelasnya.

“Berkurangnya sensitivitas jaringan tubuh terhadap leptin dapat mengakibatkan obesitas dan komplikasi metabolik seperti resistensi insulin dan kadar lipid yang tidak normal karena mengganggu keseimbangan energi dan metabolisme normal tubuh,” sambungnya.

Haruskah Menghindari Garam Sepenuhnya?

Garam - Vania
Ilustrasi Garam/https://unsplash.com/Jason Tuinstra

Meskipun asupan garam yang tinggi mungkin menjadi faktor risiko diabetes tipe 2, Costa mengatakan individu yang sehat tidak perlu terlalu khawatir selama mereka menghindari konsumsi garam dalam jumlah berlebihan.

“Tubuh manusia membutuhkan sejumlah kecil natrium untuk menjaga keseimbangan cairan, mengirimkan sinyal saraf, dan membantu otot berkontraksi dan rileks,” katanya.

Costa mencatat bahwa menambahkan sedikit garam pada makanan Anda kemungkinan besar aman bagi kebanyakan orang. Namun, penting untuk menjaga kebiasaan makan yang sehat dan seimbang serta memantau sumber natrium lain dalam makanan Anda.

“Secara proaktif mempertimbangkan alternatif rendah natrium sebagai pengganti garam untuk bumbu dapat bermanfaat,” tambah Costa. “Pendekatan ini tidak hanya memupuk pola makan yang penuh perhatian tetapi juga meningkatkan nilai gizi makanan Anda tanpa mengorbankan rasa.”​

Alternatif Garam Rendah Natrium

Ilustrasi rempah
Ilistrasi rempah (dok.pexels)

Para peneliti dari Tulane University mencatat bahwa ada baiknya untuk mempertimbangkan penggantian natrium yang rendah, terutama di antara mereka yang memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2.

Costa mengatakan ada banyak alternatif yang sehat dan beraroma selain menggunakan garam dalam masakan dan bumbu dan membagikan beberapa contohnya:

  • Bumbu dan rempah

Menggunakan bumbu dan rempah dapat meningkatkan cita rasa masakan tanpa menambahkan natrium. Bereksperimenlah dengan berbagai kombinasi bumbu dan rempah untuk menemukan profil rasa pilihan Anda.

  • Jus lemon atau jeruk nipis

Keasaman buah jeruk seperti lemon atau jeruk nipis dapat menambah rasa cerah dan tajam pada masakan, sehingga mengurangi kebutuhan garam.

  • Bawang putih dan bawang bombay

Sayuran aromatik ini dapat menambah rasa pada makanan. Coba gunakan versi segar atau kering dalam masakan Anda.

  • Campuran bumbu bebas garam

Banyak perusahaan membuat campuran bumbu bebas garam yang dirancang khusus untuk orang yang ingin mengurangi asupan natrium. Campuran ini seringkali mengandung berbagai bumbu, rempah-rempah, dan perasa lainnya untuk meningkatkan cita rasa masakan tanpa menambahkan natrium apa pun.

“Selalu ingat untuk memeriksa daftar bahan campuran rempah-rempah, karena banyak yang mengandung tambahan garam sebagai bahan utama, sehingga menggagalkan tujuan pemilihan opsi ini. Baca label dengan cermat dan pilih opsi tanpa tambahan garam,” kata Costa.

Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Larangan Aplikasi TikTok di 10 Negara Plus Uni Eropa. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya