Harga Bitcoin Tersungkur ke Posisi Rp 526,38 Juta

Koreksi indeks Nasdaq juga diikuti pasar cryptocurrency dengan aksi jual. Harga bitcoin turun 8 persen dalam 24 jam terakhir.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 07 Mei 2022, 09:28 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2022, 11:57 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Nasdaq Composite mengalami penurunan terburuk sejak Juni 2020 dengan melemah 4,99 persen pada penutupan perdagangan wall street, Kamis, 5 Mei 2022.

Koreksi indeks Nasdaq ini terjadi sehari setelah the Federal Reserve AS mengumumkan kenaikan suku bunga paling tajam sejak 2000.

Melansir Yahoo Finance, Jumat (6/5/2022), koreksi indeks Nasdaq juga diikuti pasar cryptocurrency dengan aksi jual, kehilangan lebih dari 6 persen dari total kapitalisasi semalam di Asia.Kemudian, total kapitalisasi pasar cryptocurrency pada USD 1,766 triliun, menurut data CoinGecko.

Sementara itu, semua token utama juga turun, menghapus semua keuntungan yang diperoleh kemarin, Bitcoin kehilangan 8 persen dan Ethereum lebih dari 6 persen.

Berdasarkan data coinmarketcap, harga bitcoin merosot 8,43 persen dalam 24 jam terakhir. Harga bitcoin sentuh posisi USD 36.359,82 atau sekitar Rp 526,38 juta (asumsi kurs Rp 14.477 per dolar AS). Sedangkan harga ethereum turun 6,93 persen ke posisi USD. 2.737 atau sekitar Rp 39,62 juta.

Imbal hasil obligasi 10-tahun AS juga naik menjadi 3,035 persen, angka tertinggi sejak 2018, metrik yang sering berkorelasi terbalik dengan kekuatan pasar yang lebih luas.

Bitcoin telah menjadi sangat berkorelasi dengan pasar tradisional dalam beberapa bulan terakhir, karena lebih banyak dana investor pasar tradisional telah terhubung ke aset digital.

Sebelumnya, harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau masih mengalami pergerakan harga yang seragam, Jumat pagi, 6 Mei 2022. Mayoritas kripto jajaran teratas masih anjlok cukup dalam

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Jumat pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah 8,38 persen dalam 24 jam dan 8,47 persen dalam sepekan.

Harga bitcoin berada di level USD 36.375,98 per koin atau setara Rp 525,9 juta (asumsi kurs Rp 14.458 per dolar AS).

Ethereum (ETH) juga masih melemah hari ini. Selama 24 jam terakhir, ETH anjlok 6,37 persen dan 6,31 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.741,16 per koin.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Kripto Lainnya

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi kripto

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) yang pagi ini juga masih melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB turun cukup dalam yaitu 6,09 persen dan 7,38 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 377,30 per koin.

Kemudian Cardano (ADA) juga masih di zona merah hari ini. Dalam satu hari terakhir ADA melemah sangat besar yaitu 11,58 persen dan 6,72 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,7869 per koin.

Adapun Solana (SOL) masih melemah pagi ini. Sepanjang satu hari terakhir SOL melemah 8,72 persen dan 14,03 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 84,15 per koin.

XRP juga kembali melemah hari ini. Dalam satu hari terakhir, XRP turun 8,33 persen dan 7,84 persen dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,5921 per koin.

Terra (LUNA) juga masih melemah hari ini. Terra anjlok 4,31 persen dalam 24 jam terakhir dan 6,64 persen dalam sepekan. Saat ini Terra dihargai USD 82,67 per koin.

Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama melemah sebesar 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya berada di level USD 1,00.

Adopsi Bitcoin Republik Afrika Tengah Mengejutkan Dunia Kripto

Crypto Bitcoin
Ilustrasi bitcoin

Sebelumnya, adopsi Bitcoin Republik Afrika Tengah, cukup mengejutkan dan membingungkan dunia kripto. Hal itu karena masih banyak beberapa negara dengan ekonomi terbesar dunia masih waspada dengan risiko dari aset digital tersebut.

Peresmian Republik Afrika Tengah menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran juga cukup membingungkan dunia cryptocurrency dan mendorong kehati-hatian dari IMF yang selama ini telah memberikan pengumuman soal risiko dari adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran.

Bitcoin, merupakan salah satu mata uang digital yang ada di teknologi buku besar yang disebut blockchain. Dengan begitu, transaksi Bitcoin untuk membeli dan menjual barang atau jasa bergantung pada internet yang andal, cepat, dan akses luas ke komputer atau ponsel cerdas.

Di sisi lain, menurut situs web DataReportal memperkirakan Republik Afrika Tengah hanya memiliki tingkat penetrasi internet 11 persen, sama dengan sekitar 550.000 orang online tahun lalu.

Sementara itu hanya sekitar 14 persen orang yang memiliki akses listrik dan kurang dari setengahnya memiliki koneksi telepon seluler, kata Economist Intelligence Unit.

Empat analis dan pakar kripto mengatakan tantangan besar terbentang di depan dalam mengadopsi Bitcoin di salah satu negara termiskin di dunia dengan penggunaan internet yang rendah, konflik yang meluas, listrik yang tidak stabil, dan populasi yang sebagian besar tidak terbiasa dengan kripto.

Republik Afrika Tengah memberikan beberapa rincian dalam pernyataannya tentang bagaimana rencananya untuk mengatasi tantangan ini.

 

Hambatan Kripto

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
ilustrasi kripto

Pernyataan pemerintah mengatakan langkah itu menjadikan Republik Afrika Tengah salah satu "negara paling visioner" di dunia, tetapi sebagian besar penduduk di sana yang telah akrab dengan uang seluler untuk membeli barang dan membayar tagihan masih bingung soal kripto.

"Bitcoin. Apa itu? Apa yang bisa dibawa Bitcoin ke negara kita?" ujar Auguste Agou, yang menjalankan perusahaan kayu lokal di Bangui (ibu kota Republik Afrika Tengah), dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 4 Mei 2022.

Negara Afrika berpenduduk 4,8 juta orang ini adalah negara kedua di dunia yang beralih ke Bitcoin, setelah El Salvador.

Analis di Economist Intelligence Unit, Nathan Hayes mengatakan ada hambatan besar untuk adopsi kripto sebagai alat pembayaran.

“Mengingat hambatan besar untuk adopsi dan risiko yang terkait dengan penggunaan, dan keuntungan yang tampaknya terbatas, kami tidak mengharapkan adopsi cryptocurrency secara luas di negara ini,” ujar Hayes.

Adapun, perusahaan penelitian blockchain, Chainalysis, yang bertugas melacak penggunaan kripto juga mengungkapkan tidak memiliki data tentang Republik Afrika Tengah.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya