Bitcoin ETF Jadi Magnet Investor, Arus Masuk Naik Drastis di 2025

ETF bitcoin spot telah menjadi salah satu peluncuran ETF paling sukses dalam sejarah, dengan total arus masuk bersih melebihi USD 40,6 miliar.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 06 Feb 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 16:00 WIB
Ilustrasi Kripto, Crypto atau Cryptocurrency. Foto: Freepik/Frimufilms
Ilustrasi Kripto, Crypto atau Cryptocurrency. Foto: Freepik/Frimufilms... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) bitcoin spot yang terdaftar di Amerika Serikat mencatat lonjakan arus masuk sebesar 175 persen dalam hampir tiga minggu pertama perdagangan pada 2025. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (5/2/2025), antara 13 Januari hingga 5 Februari, total arus masuk bersih mencapai USD 4,4 miliar atau setara Rp 71,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.290 per dolar AS), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2024, yang hanya mencatat USD 1,6 miliar.

ETF bitcoin spot telah menjadi salah satu peluncuran ETF paling sukses dalam sejarah, dengan total arus masuk bersih melebihi USD 40,6 miliar. Dalam perkembangan terkait, BlackRock iShares Trust (IBIT) mencatatkan arus masuk bersih sebesar USD 40,7 miliar. 

Sementara itu, jika mempertimbangkan seluruh 11 ETF BTC spot yang ada, total arus masuk bersih mencapai USD 40,6 miliar. Namun, Grayscale GBTC mengalami arus keluar sebesar USD 21,9 miliar, yang mengurangi angka total tersebut.

Cerminkan Investasi Jangka Panjang

Para analis sedang mengevaluasi apakah lonjakan arus masuk ini mencerminkan investasi jangka panjang yang terarah atau merupakan bagian dari strategi perdagangan basis. Dalam strategi ini, investor mengambil posisi long pada aset acuan di pasar spot sambil menjual kontrak berjangka yang diperdagangkan dengan premi dibandingkan harga spot.

Saat ini, investor dapat memperoleh keuntungan sekitar 10 persen dari premi ini, yang secara bertahap akan menyusut ketika harga spot mendekati nilai kontrak berjangka pada saat jatuh tempo.

Menurut data dari Glassnode, Chicago Mercantile Exchange (CME), yang merupakan pusat utama perdagangan derivatif bitcoin, telah mencatat penurunan minat terbuka sejak awal tahun. 

Dari 180.099 BTC, angka ini menyusut menjadi 168.549 BTC. Penurunan ini mengindikasikan bahwa arus masuk ETF kemungkinan besar tidak sepenuhnya didorong oleh perdagangan basis, melainkan berasal dari peningkatan minat investasi yang lebih luas terhadap aset kripto.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Gejolak Harga Bitcoin

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)... Selengkapnya

Sebelumnya, harga Bitcoin kembali mengalami penurunan di bawah USD 100.000 dipicu oleh kekhawatiran akan perang dagang global setelah Tiongkok mengumumkan tarif baru hingga 15 persen untuk impor AS tertentu, yang akan berlaku mulai 10 Februari. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (6/2/2025), langkah ini merupakan respons terhadap perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Presiden AS pada 1 Februari yang mengenakan tarif pada barang-barang dari Tiongkok, Kanada, dan Meksiko.

Para analis memperingatkan peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok dapat menyebabkan koreksi harga Bitcoin di bawah USD 90.000. 

 

Kenaikan Tarif Memicu Volatilitas

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)... Selengkapnya

Ryan Lee, kepala analis di Bitget Research, menyatakan kenaikan tarif dapat memicu volatilitas yang lebih besar untuk Bitcoin dan aset berisiko lainnya. Meskipun ia melihat potensi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang, ia juga mengakui risiko aksi jual yang dapat mendorong harga Bitcoin lebih rendah.

James Wo, pendiri dan CEO DFG, sependapat ekonomi besar yang terlibat dalam perang dagang sering kali mengalami penurunan pasar yang signifikan. Ia menyoroti bahwa perang dagang yang berkepanjangan dapat menyebabkan devaluasi dolar AS dan inflasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan global untuk aset alternatif seperti Bitcoin.

Data dari CoinGlass menunjukkan penurunan Bitcoin di bawah USD 97.000 dapat memicu likuidasi leveraged long senilai lebih dari USD 1,3 miliar di berbagai bursa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya