Kebijakan Karantina Covid-19 Oleh Biden dan CDC Dianggap Meninggalkan Penyandang Disabilitas

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mempersingkat waktu karantina meskipun banyak orang tanpa gejala dites positif Covid-19 varian omicron

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Jan 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2022, 18:00 WIB
Italia Kembali Mewajibkan Penggunaan Masker di Luar Ruangan
Seorang pejalan kaki, mengenakan masker dengan bendera Italia di atasnya, berdiri di jalan Roma, Kamis (23/12/2021). Pemerintah Italia telah mewajibkan kembali penggunaan masker di luar ruangan untuk menahan peningkatan kasus Covid-19 yang didorong oleh varian Omicron. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) telah mempersingkat waktu karantina meskipun banyak orang tanpa gejala dites positif Covid-19 varian omicron. Dan kini varian virus corona baru ini menyebar pada orang dewasa dan anak-anak sehingga kasus rawat inap di rumah sakit semakin banyak.

Dr. Anthony Fauci, penasihat medis utama Gedung Putih (White House), mengatakan CDC sedang mempertimbangkan kebijakan karantina ini.

“Kami bermaksud untuk tidak membiarkan omicron mengganggu pekerjaan dan sekolah bagi yang telah divaksinasi,” ujar Jeff Zients, koordinator respons virus corona Presiden AS Joe Biden pada Desember lalu, seperti dilansir MSNBC.

Kebijakan dan pernyataan tersebut telah membuat penyandang disabilitas merasa ditinggalkan dan kehilangan semangat. Kepastian bahwa varian omicron adalah varian Covid-19 yang lebih ringan, justru tidak membantu para penyandang disabilitas maupun orang dengan sakit kronis mendapat perlindungan.

Para penyandang disabilitas juga merasa tidak nyaman mendengar orang-orang di Gedung Putih yang menyalahkan orang-orang yang tidak divaksinasi disaat pandemi melonjak lagi. Pemerintah setempat pun dianggap mengabaikan kondisi orang-orang yang sakit kronis dan penyandang disabilitas yang berisiko tertular lagi meskipun sudah divaksinasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


omicron jinak itu harapan bukan kenyataan

Dr. Dorry Segev, seorang ahli bedah transplantasi di John Hopkins University, mengatakan bahwa varian omicron lebih jinak merupakan harapan. Tapi jika seseorang immunocompromised, maka ia juga tidak bisa dijinakkan, dikutip dari The Boston Globe.

Pernyataan sebelumnya bahwa Covid-19 tidak mempengaruhi anak kecil juga dirasa keliru. Menurut Dorry, anak-anak yang memiliki gangguan kekebalan merupakan kelompok yang bisa sakit parah jika terinfeksi. Bahkan minggu ini, Texas Children’s Hospital melaporkan lonjakan rawat inap dengan lebih dari dua kali lipat jumlah anak-anak dengan Covid-19 di rumah sakit dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sementara sebagian besar anak-anak masih melanjutkan sekolah di Texas meskipun ada risiko ini.

Rencana Build Back Better yang diusulkan Biden saat pemilihan presiden pun rupanya tidak banyak membantu, termasuk dalam sebuah program insentif untuk penyandang disabilitas yang tidak dapat bekerja.

Matthew Cortland, seorang aktivis hak-hak disabilitas dan pengacara, kemudian mengatakan, “Rencana tanggap disabilitas Covid-19 Biden kira-kira setara dengan mobil Anda terbakar dan mekanik Anda menyarankan rencana untuk mengganti rem, memutar ban, dan mengganti ban minyak."

 


Rekomendasi IDAI & Ancaman Varian Omicron

Infografis Rekomendasi IDAI & Ancaman Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Rekomendasi IDAI & Ancaman Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya