WHO: Lebih dari 1 Miliar Orang Berisiko Kehilangan Pendengaran

Ada lebih dari satu miliar orang berusia 12 hingga 35 tahun, berisiko kehilangan pendengaran karena paparan musik keras yang berkepanjangan dan berlebihan serta bising dan volume tinggi lainnya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 09 Mar 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi gangguan pendengaran pada pasien COVID-19
Ilustrasi gangguan pendengaran. Photo by Mark Paton on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis saran keselamatan internasional baru pada Rabu (2 Maret 2022) untuk mengatasi ancaman gangguan pendengaran.

Saran dari WHO tersebut berdasarkan data bahwa ada lebih dari satu miliar orang berusia 12 hingga 35 tahun, berisiko kehilangan pendengaran mereka karena paparan musik keras yang berkepanjangan atau kebisingan volume tinggi lainnya.

Standar internasional yang baru untuk mendengarkan dengan aman di tempat dan acara dirilis jelang Hari Pendengaran Sedunia yang diperingati pada tanggal 3 Maret lalu. Tahun ini, untuk memperingatinya, temanya adalah "To hear for life, listen with care!" atau 'untuk bisa mendengar dengan nyaman semasa hidup, gunakan indera pendengaran dengan hati-hati'.

Dilansir dari UN, lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan pendengaran, dan menurut perkiraan baru-baru ini, jumlah ini dapat meningkat menjadi lebih dari 2,5 miliar pada tahun 2030. WHO memperkirakan bahwa 50 persen gangguan pendengaran dapat dicegah melalui tindakan kesehatan masyarakat.

 

Pencegahan adalah kuncinya

Menurut badan kesehatan PBB, banyak penyebab umum gangguan pendengaran yang dapat dicegah, termasuk paparan berlebihan terhadap suara bervolume tinggi.

“Jutaan remaja dan anak muda berisiko kehilangan pendengaran karena penggunaan perangkat audio pribadi yang tidak aman dan paparan tingkat suara yang merusak di tempat-tempat seperti klub malam, bar, konser, dan acara olahraga,” kata Dr Bente Mikkelsen, Direktur WHO untuk Departemen Penyakit Tidak Menular, dikutip dari UN.

“Risikonya meningkat karena sebagian besar perangkat audio, tempat, dan acara tidak menyediakan opsi mendengarkan yang aman dan berkontribusi pada risiko gangguan pendengaran”, tambahnya.

Standar WHO yang baru bertujuan untuk lebih melindungi kaum muda saat mereka menikmati kegiatan rekreasi mereka.

Rekomendasi baru Standar Global untuk mendengarkan dengan aman di tempat dan acara, menyoroti enam rekomendasi implementasi untuk memastikan bahwa tempat dan acara membatasi risiko gangguan pendengaran bagi pelanggan mereka, sambil tetap mempertahankan suara berkualitas tinggi dan pengalaman mendengarkan yang menyenangkan.

Keenam rekomendasi tersebut secara garis besar:

- Tingkat suara rata-rata maksimum 100 desibel.

- Pemantauan langsung dan perekaman tingkat suara menggunakan peralatan yang dikalibrasi.

- Mengoptimalkan akustik tempat dan sistem suara untuk memastikan kualitas suara yang menyenangkan dan mendengarkan dengan aman.

- Membuat perlindungan pendengaran pribadi tersedia untuk audiens termasuk petunjuk penggunaan.

- Akses ke zona tenang bagi orang untuk mengistirahatkan telinga dan mengurangi risiko kerusakan pendengaran.

- Serta, pemberian pelatihan dan informasi kepada staf.

 

Mendengarkan dengan aman

Standar baru ini dikembangkan di bawah inisiatif WHO Make Listening Safe, yang diluncurkan pada tahun 2015, dan berupaya untuk meningkatkan praktik mendengarkan terutama di kalangan anak muda.

WHO memperingatkan bahwa gangguan pendengaran karena suara keras bersifat permanen, menggarisbawahi bahwa paparan suara keras menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau tinnitus (gangguan suara dering di telinga), dan paparan yang lama atau berulang dapat menyebabkan kerusakan pendengaran permanen, yang mengakibatkan gangguan pendengaran yang tidak dapat diperbaiki.

Kaum muda dapat melindungi pendengaran mereka dengan lebih baik dengan:

- Menjaga volume tetap rendah di perangkat audio pribadi

- Menggunakan earphone/headphone yang dipasang dengan baik, dan jika mungkin, peredam bising

- Mengenakan penyumbat telinga di tempat yang bising

- Mendapatkan pemeriksaan pendengaran secara teratur

Kerja Sama

WHO mendorong pemerintah untuk mengembangkan dan menegakkan undang-undang untuk mendengarkan dengan aman dan meningkatkan kesadaran akan risiko gangguan pendengaran.

Badan PBB juga menyarankan bahwa perubahan perilaku dapat dimotivasi oleh organisasi masyarakat sipil, orang tua, guru, dan dokter, yang dapat mendidik kaum muda untuk mempraktikkan kebiasaan mendengarkan yang aman.

“Pemerintah, masyarakat sipil dan entitas sektor swasta seperti produsen perangkat audio pribadi, sistem suara, dan peralatan video game serta pemilik dan pengelola tempat hiburan dan acara memiliki peran penting dalam mengadvokasi standar global baru,” kata Dr. Ren Minghui, Asisten Direktur Jenderal WHO.

“Kita harus bekerja sama untuk mempromosikan praktik mendengarkan yang aman, terutama di kalangan anak muda”, tutupnya.

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya