Ramaikan Hari Disabilitas Internasional Kemensos Gelar Operasi Katarak Gratis di Bekasi

Dalam meramaikan peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Kementerian Sosial (Kemensos) gelar operasi katarak gratis.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Des 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2022, 15:30 WIB
Ilustrasi pemeriksaan mata, katarak
Ilustrasi pemeriksaan mata, katarak. (Gambar oleh Paul Diaconu dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Dalam meramaikan peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) Kementerian Sosial (Kemensos) gelar operasi katarak gratis.

Pelaksanaan operasi katarak dipusatkan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dengan menghadirkan 54 orang warga masyarakat Kota Bekasi.

Antusias peserta tampak memadati ruangan tunggu gedung A RSUD Kota Bekasi. Sambil menunggu antrean, dilakukan skrining sebelum memasuki kamar operasi.

Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, Supomo yang mengawal acara tersebut menyampaikan rasa bahagianya.

Menurutnya, ini adalah sebuah kesempatan bersama yang luar biasa sebagai tanda kasih sayang, peduli, dan perhatian kepada para lanjut usia (lansia).

“Semoga apa yang kami lakukan ini dirasakan manfaatnya oleh bapak ibu sekalian, kami berupaya maksimal dan total sehingga kami dapat membantu kesulitan warga,” katanya dalam acara tersebut mengutip keterangan pers, Selasa (13/12/2022).

Sementara itu, Plt. Walikota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono dalam keterangan yang sama menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah melaksanakan kegiatan ini.

Dalam keterangan lain, Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya, DR. Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) menjelaskan soal katarak.

Ia menyampaikan Data WHO pada 2020 yang menunjukkan, sebanyak 1 milyar orang di dunia memiliki gangguan penglihatan yang dapat dicegah atau belum ditangani.

Gangguan penglihatan masih menjadi masalah kesehatan yang terpenting di Indonesia. Salah satu yang menjadi momok terbesar dari gangguan penglihatan itu sendiri adalah katarak,” kata Setiyo dalam konferensi pers Senin 23 Mei 2022.

Bisa Berujung Disabilitas Netra

Ia menambahkan, individu dengan katarak harus segera ditangani dengan melakukan tindakan operasi yang mudah dan efisien. Di sisi lain, harga juga harus terjangkau dan layanannya tersedia di seluruh sentra kesehatan mata di Indonesia.

“Sehingga pasien dapat kembali menikmati penglihatannya secara optimal.”

Untuk menangani katarak, pasien perlu menjalani operasi. Tindakan operasi katarak kerap dilakukan dengan ekstraksi lensa katarak menggunakan mesin fakoemulsifikasi dan mengimplantasi lensa intraokular (intraocular lens/IOL).

Saat ini, teknologi terbaru seperti CALLISTO Eye mampu memberikan panduan gambaran (image guided) dalam pemasangan/implantasi IOL torik penderita katarak dan astigmatisme (silinder).

Setiyo juga mengatakan bahwa katarak dapat berujung pada kondisi disabilitas netra.

“Apakah katarak bisa berujung pada disabilitas netra atau kebutaan permanen? Bisa, jadi katarak makin lama makin tebal hingga menjadi kebutaan,” kata Setiyo.

Tak Selalu Diartikan Penglihatan Gelap

Disabilitas netra tidak selalu diartikan sebagai penglihatan jadi gelap gulita, lanjutnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan, ketika orang tidak bisa melihat lebih dari jarak 3 meter saja maka itu sudah termasuk kebutaan.

“Misalnya, orang hanya bisa melihat satu meter tapi dia tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari akibat kondisi itu, itu termasuk dalam kebutaan menurut definisi WHO.”

“Jadi katarak bisa menyebabkan kebutaan kalau tidak dilakukan operasi dan kebutaan permanen juga bisa kalau tidak dilakukan apa-apa, karena kataraknya semakin tebal,” katanya.

Lantas, dalam kurun waktu berapa lama kondisi katarak bisa sampai ke titik paling parah?

Menanggapi pertanyaan tersebut, dokter spesialis mata konsultan bedah katarak dan refraktif JEC ini juga mengatakan bahwa ini tidak dapat diprediksi karena akan berbeda bagi setiap orang.

“Ini kita tidak bisa prediksi karena setiap orang tidak selalu sama perkembangan atau peningkatan gradasi kataraknya.

Penebalan Katarak

Ia juga menyampaikan, pasien katarak ada yang usia kepala lima tapi gradasi kataraknya masih tipis. Ada pula yang di bawah usia 50 tapi kataraknya sudah tebal.

“Kenapa? Dengan adanya penyakit gula, penebalan kataraknya semakin cepat, apalagi jika gula tidak terkontrol. Kemudian, pada orang-orang dengan minus tinggi cenderung mengalami penebalan katarak yang lebih cepat, sehingga kurun waktu perparahan katarak setiap orang tidak bisa kita prediksi.”

Sebelumnya, WHO mencatat secara global setidaknya ada 2,2 miliar orang memiliki gangguan penglihatan termasuk katarak.

Katarak merupakan gangguan yang membuat lensa mata keruh sehingga penglihatan menjadi buram. Penyakit ini memicu terjadinya penurunan penglihatan dan kesehatan mata yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas hidup bahkan berdampak pada ekonomi dan sosial.

Prevalensi penyakit ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia populasi dunia dan perubahan gaya hidup.

Ini terjadi pada 94 juta orang secara global. Menurut Data Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) tahun 2020, sebanyak 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 81,2 persennya disebabkan oleh katarak.

 

Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19
Infografis 5 Cara Jaga Kesehatan Mata Era Daring Selama Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya