Arti Kata Gamon: Fenomena Bahasa Gaul yang Viral di Media Sosial

Pernah dengar istilah gamon? Yuk cari tahu arti kata gamon yang viral di media sosial dan tips mengatasi gamon dalam hubungan asmara.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi Diperbarui 18 Feb 2025, 07:30 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2025, 07:30 WIB
arti kata gamon
arti kata gamon ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi dan media sosial telah melahirkan berbagai istilah dan bahasa gaul baru yang populer di kalangan anak muda. Salah satu istilah yang belakangan ini viral dan sering digunakan di platform seperti TikTok, Twitter, dan Instagram adalah "gamon". Meski terdengar asing bagi sebagian orang, istilah ini sebenarnya memiliki makna yang cukup dalam dan berkaitan erat dengan dinamika hubungan asmara di era digital.

Mari kita bahas lebih lanjut tentang arti kata gamon dan fenomena yang melatarbelakanginya.

Definisi dan Asal Usul Kata Gamon

Gamon merupakan akronim atau singkatan dari frasa "gagal move on". Istilah ini merujuk pada kondisi seseorang yang kesulitan untuk melupakan atau merelakan hubungan atau pengalaman masa lalu, khususnya dalam konteks percintaan. Kata "move on" sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti bergerak maju atau melanjutkan hidup.

Asal usul penggunaan istilah gamon sulit dipastikan secara pasti, namun popularitasnya mulai meningkat seiring dengan maraknya penggunaan media sosial di Indonesia sekitar tahun 2010-an. Istilah ini muncul sebagai bagian dari perkembangan bahasa gaul yang kerap digunakan oleh generasi milenial dan Gen Z dalam berkomunikasi di dunia maya.

Meski tidak terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gamon telah menjadi bagian dari kosakata sehari-hari yang sering digunakan dalam percakapan informal, terutama di kalangan anak muda. Penggunaan istilah ini mencerminkan fenomena sosial di mana banyak orang mengalami kesulitan dalam mengatasi perpisahan atau kegagalan dalam hubungan romantis.

Penggunaan Kata Gamon di Media Sosial

Kata gamon sering kali muncul dalam berbagai konteks di media sosial, terutama dalam unggahan atau komentar yang berkaitan dengan hubungan asmara. Beberapa contoh penggunaan kata gamon di media sosial antara lain:

  1. Sebagai caption foto atau video yang menggambarkan perasaan sedih atau galau
  2. Dalam bentuk meme atau konten humor yang menyindir orang-orang yang sulit move on
  3. Sebagai hashtag (#gamon) untuk menandai postingan yang berkaitan dengan patah hati atau kesulitan melupakan mantan
  4. Dalam komentar untuk menghibur atau menyemangati teman yang sedang bersedih karena putus cinta
  5. Sebagai bahan candaan atau ledekan ringan antar teman

Penggunaan kata gamon di media sosial seringkali disertai dengan emoji yang menggambarkan perasaan sedih, patah hati, atau menangis. Hal ini menunjukkan bahwa istilah tersebut erat kaitannya dengan ekspresi emosi negatif yang dialami seseorang pasca putus hubungan atau gagal dalam percintaan.

Fenomena gamon di media sosial juga telah melahirkan berbagai tren konten kreatif, seperti puisi galau, lagu-lagu bertema patah hati, atau video-video motivasi untuk bangkit dari keterpurukan. Hal ini menunjukkan bahwa gamon bukan hanya sekadar istilah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk mengekspresikan perasaan mereka melalui karya seni atau konten digital.

Ciri-ciri Orang yang Sedang Gamon

Bagaimana mengenali seseorang yang sedang mengalami gamon? Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang sering terlihat pada orang yang sedang gagal move on:

  1. Sering membicarakan atau menyebut-nyebut mantan pasangan
  2. Masih menyimpan dan sering melihat foto-foto atau barang pemberian mantan
  3. Sulit membuka hati untuk orang baru atau menjalin hubungan baru
  4. Sering membandingkan orang lain dengan mantan pasangan
  5. Mudah terpicu emosi negatif saat melihat atau mendengar hal-hal yang mengingatkan pada mantan
  6. Sering mem-posting konten galau atau curhat di media sosial
  7. Stalking atau mengintip akun media sosial mantan secara berlebihan
  8. Sulit fokus pada aktivitas sehari-hari karena terus memikirkan mantan
  9. Menolak ajakan untuk berkenalan dengan orang baru
  10. Sering memutar lagu-lagu sedih atau menonton film romantis yang mengingatkan pada mantan

Penting untuk diingat bahwa ciri-ciri ini bisa berbeda-beda pada setiap individu. Beberapa orang mungkin menunjukkan semua ciri di atas, sementara yang lain hanya mengalami sebagian. Intensitas dan durasi gamon juga bisa bervariasi, tergantung pada kepribadian dan pengalaman masing-masing orang.

Penyebab Seseorang Menjadi Gamon

Mengapa seseorang bisa mengalami gamon atau kesulitan move on? Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi:

  1. Kurangnya closure atau penyelesaian yang jelas dari hubungan sebelumnya
  2. Masih menyimpan perasaan atau harapan pada mantan kekasih
  3. Trauma atau pengalaman buruk dari hubungan masa lalu
  4. Ketakutan untuk memulai hubungan baru
  5. Rendahnya kepercayaan diri
  6. Idealisasi berlebihan terhadap mantan atau hubungan yang telah berakhir
  7. Kurangnya dukungan sosial dari lingkungan sekitar
  8. Ketergantungan emosional yang tinggi pada pasangan
  9. Kesulitan dalam mengelola emosi dan pikiran negatif
  10. Faktor kepribadian seperti kecenderungan untuk memikirkan masa lalu secara berlebihan

Memahami penyebab gamon dapat membantu seseorang untuk lebih mengenali diri sendiri dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki proses penyembuhan yang berbeda-beda, dan tidak ada batasan waktu yang pasti untuk move on dari hubungan yang telah berakhir.

Dampak Gamon pada Kesehatan Mental

Meski sering dianggap sebagai hal yang wajar, gamon yang berkepanjangan dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Beberapa dampak yang mungkin timbul antara lain:

  1. Depresi: Perasaan sedih yang terus-menerus dapat berkembang menjadi depresi klinis jika tidak ditangani dengan baik.
  2. Kecemasan: Ketakutan akan masa depan atau trauma dari pengalaman masa lalu dapat memicu gangguan kecemasan.
  3. Penurunan produktivitas: Kesulitan fokus dan motivasi rendah dapat mengganggu performa di sekolah atau tempat kerja.
  4. Isolasi sosial: Kecenderungan untuk menarik diri dari interaksi sosial dapat memperburuk kondisi mental.
  5. Gangguan tidur: Pikiran yang terus menerus tentang mantan dapat mengganggu kualitas tidur.
  6. Penurunan kepercayaan diri: Merasa tidak berharga atau tidak dicintai dapat merusak citra diri seseorang.
  7. Perilaku self-destructive: Beberapa orang mungkin terlibat dalam perilaku berisiko sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional.

Mengingat dampak serius yang dapat ditimbulkan, penting bagi seseorang yang mengalami gamon untuk mencari bantuan dan dukungan yang tepat. Konsultasi dengan psikolog atau konselor dapat membantu dalam mengatasi perasaan negatif dan menemukan strategi coping yang sehat.

Tips Mengatasi Gamon

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami gamon, berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu proses move on:

  1. Akui dan terima perasaan Anda: Jangan menyangkal atau menekan emosi yang muncul. Izinkan diri Anda untuk merasakan kesedihan atau kekecewaan sebagai bagian dari proses penyembuhan.
  2. Batasi kontak dengan mantan: Hindari stalking media sosial atau mencari tahu informasi tentang mantan. Jika perlu, pertimbangkan untuk memblokir atau unfollow akun mereka untuk sementara waktu.
  3. Fokus pada pengembangan diri: Gunakan waktu dan energi Anda untuk mengembangkan hobi baru, belajar keterampilan baru, atau mencapai tujuan pribadi yang selama ini tertunda.
  4. Perbanyak interaksi sosial: Luangkan waktu bersama teman dan keluarga. Dukungan dari orang terdekat dapat membantu Anda merasa lebih baik dan mengurangi perasaan kesepian.
  5. Jaga kesehatan fisik: Olahraga teratur, pola makan sehat, dan tidur yang cukup dapat membantu meningkatkan mood dan energi Anda.
  6. Praktikkan mindfulness: Meditasi atau teknik relaksasi lainnya dapat membantu Anda lebih fokus pada saat ini dan mengurangi kecemasan tentang masa lalu atau masa depan.
  7. Tulis jurnal: Menuliskan perasaan dan pikiran Anda dapat menjadi cara yang efektif untuk memproses emosi dan mendapatkan perspektif baru.
  8. Cari bantuan profesional: Jika gamon terus berlanjut dan mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.
  9. Beri waktu untuk diri sendiri: Ingat bahwa proses move on membutuhkan waktu. Bersabarlah dengan diri sendiri dan jangan memaksakan untuk cepat melupakan.
  10. Fokus pada hal positif: Cobalah untuk mengingat pelajaran atau pengalaman baik yang Anda dapatkan dari hubungan tersebut, bukan hanya kesedihannya.

Ingatlah bahwa setiap orang memiliki cara dan waktu yang berbeda dalam mengatasi gamon. Yang terpenting adalah tetap bersikap baik pada diri sendiri dan terus berusaha untuk bergerak maju.

Perbedaan Gamon dengan Istilah Serupa

Dalam bahasa gaul dan percakapan sehari-hari, ada beberapa istilah yang memiliki kemiripan atau berkaitan dengan gamon. Penting untuk memahami perbedaan antara istilah-istilah ini:

  1. Baper (Bawa Perasaan): Kondisi di mana seseorang terlalu mudah terbawa emosi atau perasaan. Baper bisa terjadi dalam berbagai konteks, tidak hanya dalam hubungan asmara.
  2. Galau: Perasaan bingung atau gelisah, biasanya karena masalah cinta. Galau bisa dialami saat sedang menjalani hubungan maupun setelah putus.
  3. Bucin (Budak Cinta): Kondisi di mana seseorang terlalu memuja atau mengagungkan pasangannya, sampai rela melakukan apa saja. Bucin biasanya terjadi saat hubungan masih berjalan.
  4. Jomblo: Status seseorang yang sedang tidak memiliki pasangan. Jomblo bisa karena pilihan sendiri atau belum menemukan pasangan yang cocok.
  5. Ghosting: Tindakan menghilang atau memutuskan komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan dalam konteks hubungan atau pertemanan.
  6. Friendzone: Situasi di mana seseorang hanya dianggap sebagai teman oleh orang yang disukainya, padahal ia berharap lebih dari sekadar pertemanan.

Gamon lebih spesifik merujuk pada kondisi gagal move on setelah putus hubungan, sementara istilah lain di atas bisa terjadi dalam berbagai fase hubungan atau bahkan di luar konteks percintaan. Memahami perbedaan ini penting untuk menggunakan istilah yang tepat dalam berkomunikasi dan menghindari kesalahpahaman.

Fenomena Gamon dalam Budaya Pop

Gamon telah menjadi fenomena yang cukup signifikan dalam budaya populer Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Fenomena ini telah mempengaruhi berbagai aspek industri hiburan dan kreativitas, antara lain:

  1. Musik: Banyak lagu pop Indonesia yang mengangkat tema gamon atau kesulitan move on. Lagu-lagu ini sering menjadi soundtrack bagi mereka yang sedang galau.
  2. Film dan Serial TV: Cerita tentang karakter yang kesulitan melupakan mantan sering menjadi plot utama atau subplot dalam film romantis dan drama remaja.
  3. Literatur: Novel-novel young adult dan chicklit kerap mengeksplorasi tema gamon sebagai bagian dari perkembangan karakter utama.
  4. Konten Digital: Banyak kreator konten di YouTube, TikTok, dan Instagram yang membuat video, meme, atau sketch comedy seputar tema gamon.
  5. Merchandise: Produk-produk seperti kaos, mug, atau aksesoris dengan quotes tentang gamon atau move on menjadi tren di kalangan anak muda.
  6. Aplikasi dan Game: Beberapa pengembang bahkan membuat aplikasi atau game dengan tema move on atau mengatasi patah hati.

Fenomena gamon dalam budaya pop menunjukkan bahwa pengalaman ini adalah sesuatu yang universal dan relatable bagi banyak orang. Meski sering dijadikan bahan humor, tema ini juga membuka ruang diskusi yang lebih serius tentang kesehatan mental dan pengelolaan emosi dalam hubungan asmara.

Pandangan Psikologi tentang Gamon

Dari perspektif psikologi, gamon dapat dipahami sebagai bagian dari proses duka cita (grief) yang dialami seseorang setelah kehilangan hubungan yang berarti. Dr. Elisabeth Kübler-Ross, seorang psikiater Swiss-Amerika, mengidentifikasi lima tahap duka yang juga dapat diterapkan pada kasus gamon:

  1. Penyangkalan (Denial): Pada tahap ini, seseorang mungkin menolak kenyataan bahwa hubungan telah berakhir dan masih berharap untuk kembali bersama.
  2. Kemarahan (Anger): Perasaan marah bisa muncul, baik terhadap diri sendiri, mantan pasangan, atau situasi yang menyebabkan berakhirnya hubungan.
  3. Tawar-menawar (Bargaining): Seseorang mungkin mulai berfantasi "seandainya" atau mencoba bernegosiasi dengan realitas, misalnya dengan berpikir "Jika saya berubah, mungkin dia akan kembali."
  4. Depresi (Depression): Tahap ini ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan mungkin disertai dengan gejala-gejala depresi seperti kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari.
  5. Penerimaan (Acceptance): Akhirnya, seseorang mulai menerima kenyataan bahwa hubungan telah berakhir dan mulai membuka diri untuk kemungkinan baru di masa depan.

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang akan mengalami kelima tahap ini secara berurutan atau bahkan mengalami semuanya. Proses ini sangat individual dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepribadian, pengalaman masa lalu, dan dukungan sosial yang dimiliki.

Psikolog juga menekankan pentingnya self-compassion atau kasih sayang terhadap diri sendiri dalam proses mengatasi gamon. Memperlakukan diri sendiri dengan kelembutan dan pengertian, alih-alih kritik yang keras, dapat membantu mempercepat proses penyembuhan emosional.

Dalam beberapa kasus, gamon yang berkepanjangan mungkin mengindikasikan masalah psikologis yang lebih dalam, seperti gangguan kecemasan atau depresi. Dalam situasi seperti ini, intervensi profesional mungkin diperlukan untuk membantu individu mengatasi perasaan mereka dan mengembangkan strategi coping yang sehat.

Gamon dalam Perspektif Generasi

Cara menyikapi dan mengekspresikan gamon dapat berbeda-beda antar generasi. Berikut adalah beberapa perbedaan yang dapat diamati:

  1. Gen Z (lahir 1997-2012):
    • Lebih terbuka dalam mengekspresikan perasaan gamon di media sosial
    • Sering membuat konten kreatif seperti meme atau video TikTok tentang pengalaman gamon
    • Cenderung mencari dukungan melalui komunitas online
  2. Milenial (lahir 1981-1996):
    • Lebih selektif dalam membagikan pengalaman gamon di media sosial
    • Cenderung membicarakan gamon dalam grup chat atau pertemuan offline dengan teman dekat
    • Mulai familiar dengan konsep terapi online atau aplikasi kesehatan mental
  3. Gen X (lahir 1965-1980):
    • Lebih tertutup soal pengalaman gamon
    • Cenderung memendam sendiri atau hanya berbagi dengan teman sangat dekat
    • Mungkin kurang familiar dengan istilah "gamon" itu sendiri
  4. Baby Boomers (lahir 1946-1964):
    • Jarang menggunakan istilah gamon
    • Lebih memilih istilah seperti "patah hati" atau "kecewa"
    • Cenderung mencari dukungan melalui keluarga atau komunitas religius

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perkembangan teknologi, perubahan norma sosial, dan perbedaan dalam pendekatan terhadap kesehatan mental antar generasi. Generasi yang lebih muda cenderung lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi di ruang publik, sementara generasi yang lebih tua mungkin lebih menjaga privasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan perasaan pribadi.

Mitos dan Fakta Seputar Gamon

Seiring dengan popularitas istilah gamon, muncul pula berbagai mitos yang perlu diluruskan. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta seputar gamon:

  1. Mitos: Gamon hanya dialami oleh orang yang lemah mental.Fakta: Gamon adalah proses yang wajar dan bisa dialami siapa saja, terlepas dari kekuatan mental seseorang.
  2. Mitos: Semakin lama pacaran, semakin lama proses gamonnya.Fakta: Durasi gamon tidak selalu berkorelasi dengan lamanya hubungan. Ada yang pacaran bertahun-tahun tapi cepat move on, ada yang baru sebentar tapi lama gamonnya.
  3. Mitos: Pria lebih mudah move on daripada wanita.Fakta: Kemampuan move on tidak tergantung pada gender, melainkan pada kepribadian dan pengalaman individu.
  4. Mitos: Gamon bisa hilang dengan cepat jika langsung cari pacar baru.Fakta: Memaksakan diri untuk menjalin hubungan baru saat belum siap justru bisa kontraproduktif dan menyakiti orang lain.
  5. Mitos: Orang yang sudah menikah tidak mungkin gamon.Fakta: Gamon bisa dialami siapa saja terlepas dari status pernikahan, meski tentu saja tidak dianjurkan jika sudah berumah tangga.
  6. Mitos: Gamon hanya terjadi karena putus cinta.Fakta: Meski lebih sering dikaitkan dengan asmara, gamon juga bisa terjadi karena kehilangan hal lain yang berarti, seperti pekerjaan atau impian.
  7. Mitos: Mengalami gamon berarti masih cinta dengan mantan.Fakta: Gamon bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk kebiasaan, rasa nyaman, atau takut sendirian, tidak selalu karena masih mencintai.

Memahami fakta-fakta ini penting untuk menghindari stigma dan membantu diri sendiri atau orang lain yang sedang mengalami gamon dengan cara yang lebih bijaksana dan empatik.

FAQ Seputar Gamon

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul seputar fenomena gamon:

  1. Q: Berapa lama waktu normal untuk gamon?A: Tidak ada patokan waktu pasti, tergantung individu. Ada yang beberapa minggu sudah bisa move on, ada yang butuh berbulan-bulan. Yang penting adalah ada progress ke arah yang lebih baik.
  2. Q: Apakah gamon bisa terjadi pada hubungan platonis?A: Ya, gamon juga bisa terjadi saat kehilangan sahabat dekat atau putus kontak dengan teman lama yang berarti.
  3. Q: Bagaimana cara membedakan gamon dengan depresi klinis?A: Gamon biasanya bersifat sementara dan masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari. Jika sampai mengganggu fungsi normal dalam waktu lama, sebaiknya konsultasi ke profesional.
  4. Q: Apakah boleh tetap berteman dengan mantan saat sedang gamon?A: Sebaiknya jaga jarak dulu sampai emosi stabil. Berteman terlalu cepat bisa menghambat proses move on.
  5. Q: Apa yang harus dilakukan jika teman sedang gamon?A: Beri dukungan emosional, jadi pendengar yang baik, ajak melakukan aktivitas pengalih perhatian, tapi jangan memaksa jika belum siap move on.
  6. Q: Apakah gamon bisa dicegah?A: Meski sulit dicegah sepenuhnya, membangun kemandirian emosional dan self-love bisa membantu mengurangi intensitas gamon.
  7. Q: Bagaimana jika gamon terjadi di tempat kerja karena putus dengan rekan kerja?A: Tetap profesional, fokus pada pekerjaan, dan jika perlu, bicarakan dengan atasan untuk pengaturan kerja yang lebih nyaman.
  8. Q: Apakah ada obat untuk mengatasi gamon?A: Tidak ada obat khusus untuk gamon. Namun, jika gamon berkembang menjadi depresi, dokter mungkin meresepkan antidepresan.
  9. Q: Bagaimana cara menjelaskan gamon kepada orang tua yang kurang paham istilah ini?A: Jelaskan bahwa gamon adalah perasaan sedih dan sulit melupakan setelah putus hubungan, mirip dengan konsep patah hati yang mungkin lebih familiar bagi mereka.
  10. Q: Apakah normal jika gamon datang dan pergi?A: Ya, normal jika perasaan gamon kadang muncul dan hilang, terutama saat teringat momen-momen tertentu. Yang penting adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut.

Kesimpulan

Gamon atau gagal move on telah menjadi fenomena sosial yang melekat dalam budaya anak muda Indonesia. Meski sering dijadikan bahan candaan, gamon sebenarnya adalah proses emosional yang wajar dialami setelah kehilangan hubungan yang berarti. Memahami arti kata gamon dan konteksnya dalam pergaulan modern dapat membantu kita lebih peka dalam berinteraksi sosial dan memberikan dukungan yang tepat bagi mereka yang sedang mengalaminya.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki cara dan waktu yang berbeda dalam mengatasi gamon. Yang terpenting adalah menyikapi gamon secara positif sebagai bagian dari proses pertumbuhan diri. Dengan dukungan yang tepat dari lingkungan sekitar dan tekad untuk bangkit, setiap orang pasti bisa melewati masa gamon dan membuka lembaran baru yang lebih cerah dalam hidupnya.

Fenomena gamon mengingatkan kita akan pentingnya membangun hubungan yang sehat, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika emosi dalam hubungan asmara, kita dapat lebih bijak dalam menjalani kehidupan sosial di era digital ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya