Menara Berusia 800 Tahun di Afghanistan Nyaris Roboh

Pemerintah Afghanistan mengungkapkan tak ada cukup dana untuk melindungi Minaret of Jam yang usianya 800 tahun,

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 29 Agu 2014, 12:05 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2014, 12:05 WIB
Tak Ada Biaya, Menara Berusia 800 Tahun Miring Nyaris Roboh
Menara dari batu bata di Afghanistan. (BBC)

Liputan6.com, Ghor - Setelah berabad-abad tidak dipelihara dan sempat dilanda banjir,  menara bersejarah yang dikenal dengan sebutan Minaret of Jam di Afghanistan terancam keberadaannya. Kini kondisinya semakin mengkhawatirkan, karena nyaris ambruk.

Dilansir dari BBC, Jumat (29/8/2014), pemerintah setempat mengungkapkan bahwa tak terdapat cukup dana untuk melindungi bangunan berumur 800 tahun di provinsi terpencil Ghor itu. Jika banjir terjadi lagi, menara diperkirakan akan roboh.

Ancaman terbesar menara setinggi 65 meter itu adalah letaknya yang berada di lembah sungai di antara perbukitan tinggi. Para pejabat mengatakan banjir tahun lalu telah merusak fondasi menara batu bata tertinggi kedua di dunia itu.



Mereka mengatakan dinding penopang baru telah dibangun. Upaya lain untuk menstabilkan menara itu juga telah dilakukan, tetapi langkah ini dianggap tidak cukup untuk mengamankan situs tersebut.

Pejabat setempat mengatakan kepada BBC sekitar 20-30% batu bata dekoratif telah terlepas dan menara sudah dalam posisi miring.

Menara bundar ini terkenal karena disain batu bata yang rumit dan hiasan geometrisnya. Sejak dibangun pada 1194, menurut Unesco -- organisasi budaya PBB -- belum pernah dilakukan restorasi besar.

Situs yang pernah populer bagi wisatawan internasional ini sudah jarang dikunjungi, karena ancaman keamanan di wilayah tersebut.

Aktivis budaya di Ghor mengatakan, mereka ingin presiden Afghanistan berikutnya mengunjungi menara dan meningkatkan upaya untuk melestarikannya.

Puluhan tahun berkecamuk perang di wilayah tersebut, telah membuat pelestarian warisan budaya Afghanistan menjadi tantangan besar tersendiri.

Warisan budaya Bamiyan Buddha bahkan diledakkan oleh Taliban pada tahun 2001. Tiga belas tahun kemudian, belum ada keputusan yang dibuat terkait situs tersebut. (Ein)

Baca Juga:

Komandan Pemberontak Pidato Berapi-api, Eh Bukunya Hello Kitty

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya