Liputan6.com, Aleppo - Kelompok Islam Irak Suriah atau yang dikenal dengan ISIS dilaporkan telah mengeksekusi mati wartawan kedua AS -- setelah James Foley, yang sebelumnya diklaim telah diculik. Berita itu tersiar, setelah beredar video di internet tentang pemenggalan pria yang diidentifikasi bernama Steven Sotloff.
Dikutip dari BBC, Rabu (3/9/2014), berdasarkan video yang beredar di dunia maya ditunjukkan militan mengancam akan membunuh sandera lain yang merupakan warga Inggris. Setelah memenggal Sotloff.
Video berjudul 'Pesan kedua untuk Amerika' atau 'a second message to America' itu menunjukkan Sotloff berada di sisi pria bercadar dan berkostum serba hitam. Lalu Sotloff yang mengenakan jumpsuit warna oranye mengucapkan pesan yang ditujukan kepada Obama.
Baca Juga
"Anda telah menghabiskan miliaran dolar para pembayar pajak AS, dan kami telah kehilangan ribuan tentara dalam pertempuran melawan ISIS, jadi di mana letaknya kepentingan rakyat dalam mengobarkan perang ini?" ucap Sotloff.
Kemudian pria bercadar di sebelah Sotloff menegaskan bahwa apa yang dilakukannya, sebagai pembalasan atas serangan udara AS. Baru-baru ini negeri pimpinan Barack Obama itu memang melakukan puluhan serangan udara terhadap target ISIS di Irak.
"Saya datang lagi, Obama. Dan saya kembali karena kebijakan arogan Anda terhadap ISIS... Padahal kami sudah menyampaikan peringatan serius," kata pria itu.
"Kami menggunakan kesempatan ini untuk memperingatkan pemerintah negara-negara yang masuk persekutuan Amerika terhadap ISIS, untuk mundur dan tak mencampuri urusan kami," jelas pria itu.
Â
Video itu kemudian berakhir dengan ancaman militan itu untuk membunuh tawanan lain yang disebutnya sebagai warga Inggris.
"Jika video tersebut asli, kami sangat muak dengan kebrutalan ini," ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki.
Sementara Perdana Menteri Inggris David Cameron menggambarkan pemenggalan itu sebagai tindakan yang sangat tercela.
Advertisement
Diculik
Steven Sotloff yang berusia 31 tahun diculik di Suriah pada tahun 2013. Keberadaannya diketahui terakhir kali saat wajahnya muncul di akhir video bulan lalu, bersama wartawan AS, James Foley -- yang telah dipenggal lebih dulu.
Ketika itu disebutkan James Foley, nasib Sotloff tergantung pada langkah Presiden Obama berikutnya.
Setelah pembunuhan James Foley, ibunda Steven Sotloff mengajukan permohonan kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi untuk tidak membunuh anaknya.
Sementara juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan para pejabat AS sedang memeriksa laporan itu lebih jauh.
Sotloff kerap bertugas di Mesir, Libya dan Suriah, untuk media Time, Foreign Policy, dan Christian Science Monitor. Sejumlah rekannya mengungkapkan ia menetap di Yaman selama bertahun-tahun, agar bisa berbahasa Arab dengan baik.
Keluarga Soloff memilih untuk tidak mengungkapkan rincian penculikan itu kepada umum, atas saran para pejabat pemerintah.
Wartawan BBC Frank Gardner mengatakan, pemenggalan itu jelas merupakan cara ISIS untuk menyasar AS untuk kebijakan dan tindakannya.