Akhir Era Ponsel? Ilmuwan Kembangkan Teknologi Telepati

"Teknologi mewujudkan impian tentang telepati. Namun, yang ini sama sekali bukan sulap, bukan sihir."

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 06 Sep 2014, 17:03 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2014, 17:03 WIB
Ilmuwan kembangkan teknologi telepati
Ilmuwan kembangkan teknologi telepati (io9)

Liputan6.com, Cambridge - Untuk kali pertamanya, para ilmuwan berhasil mengirimkan pesan batin dari seseorang ke orang lainnya tanpa kontak antara keduanya. Dengan telepati. Hebatnya, 2 orang tersebut terpisah jarak ribuan kilometer: satu di India, lainnya di Prancis.

Telepati adalah kemampuan untuk berkomunikasi atau saling menukarkan informasi dengan orang lain tanpa menggunakan indera. Dua orang mampu saling bercakap-cakap tanpa perlu berbicara.

Penelitian yang dipimpin oleh para ahli dari Harvard University menunjukkan, teknologi bisa digunakan untuk mengirimkan informasi dari otak seseorang ke orang lainnya. Dalam kasus ini, jarak tak menjadi masalah.

"Teknologi mewujudkan impian tentang telepati. Namun, yang ini sama sekali bukan sulap, bukan sihir," kata Giulio Ruffini, ahli fisika teoritis sekaligus salah satu penulis riset, seperti Liputan6.com kutip dari Telegraph, Sabtu (6/9/2014).

"Kami menggunakan teknologi untuk berinteraksi secara elektromagnetik dengan otak manusia."

Dalam eksperimen, seseorang menggunakan electroencephalogram atau EEG yang terhubung dengan internet secara nirkabel (wireless). Sebelum penelitian ini, sebagian besar peneliti telah menggunakan teknologi EEG untuk memfasilitasi interaksi antara otak manusia dan komputer

Orang pertama yang dilibatkan dalam penelitian diminta untuk memikirkan salam sederhana, seperti "hola" atau "ciao".

Komputer EEG lalu menerjemahkan kata-kata itu ke dalam kode  kode biner digital, disajikan oleh serangkaian 1s atau 0s.

Lalu, pesan tersebut dikirim lewat surat elektronik atau email dari India ke Prancis, diterima computer-brain interface (CBI) yang kemudian mengirimkan pesan ke otak penerima melalui stimulasi otak non-invasif. Penerimanya melihat kilatan cahaya di penglihatan tepi (peripheral vision) mereka -- dalam urutan numerik yang memungkinkan penerima untuk memecahkan kode data dalam pesan.

Penting untuk dicatat  bahwa informasi ini tidak disampaikan kepada subyek melalui sentuhan, visual, atau isyarat auditori Ada langkah-langkah khusus yang diambil untuk memblokir masukan sensorik. Semua itu dilakukan untuk memastikan komunikasi dilakukan dari otak ke otak --meski disalurkan beberapa media yang berbeda.

"Kami ingin mengetahui apakah 2 orang dapat berkomunikasi secara langsung dengan cara membaca aktivitas otak seseorang dan mengemukakan aktivitas otak  itu ke orang kedua. Melakukannya melintasi jarak yang jauh dengan memanfaatkan jalur komunikasi yang ada," kata penulis yang lain Alvaro Pascual-Leone, dosen neurologi Harvard Medical School.

"Salah satu jalur tersebut tentu saja adalah internet. Jadi pertanyaannya adalah. "Apakah kita bisa mengembangkan eksperimen dengan memangkas bagian yang membutuhkan bicara atau mengetik saat menggunakan internet dan membangun komunikasi langsung otak-ke-otak antara subjek terletak saling berjauhan di India dan Prancis?"

"Kami berharap bahwa dalam jangka panjang ini secara radikal bisa mengubah cara kita berkomunikasi satu sama lain," kata Ruffini.

Penjelasan detail eksperimen teknologi telepati dimuat dalam jurnal PLOS ONE: "Conscious Brain-to-Brain Comm"

(Mvi)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya