Dubes Malaysia: Ada yang Tak Suka Indonesia-Malaysia Rukun

Dubes Malaysia dalam program The Ambassador menyatakan dua negeri berjiran sejatinya serumpun, disatukan oleh sejarah, juga pertalian darah.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 23 Jan 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2015, 08:00 WIB
Zahrain Mohamed Hashim
Zahrain Mohamed Hashim (Dubes Malaysia untuk Indonesia). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Malaysia tak hanya dekat secara geografis. Dua negeri berjiran sejatinya serumpun, disatukan oleh sejarah, juga pertalian darah.

Namun, beberapa kali hubungan Indonesia dan Malaysia mengalami pasang surut. Sejumlah isu -- dari kebudayaan, TKI, hingga sengketa batas wilayah -- kerap memicu sentimen antarbangsa.

Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim mengimbau dua bangsa untuk tidak mudah terprovokasi. "Sebab, ada pihak-pihak tertentu yang tak ingin melihat hubungan 2 negara baik dan bekerja sama," kata dia dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Dubes Malaysia menambahkan, jangan sampai dua bangsa berseteru satu sama lain tentang isu yang remeh, tapi melupakan isu yang sesungguhnya lebih besar. "Sejarah bisa menjadi pengingat, faktor yang bisa kita gunakan untuk memantapkan hubungan Indonesia dan Malaysia," kata pria yang masih keturunan Minang ini.

Dalam perbincangan di Kedutaan Besar Malaysia di kawasan Kuningan, Jakarta, Pak Dubes juga menjawab pertanyaan isu-isu terkini, seperti tragedi kecelakaan beruntun 3 pesawat Malaysia di tahun 2014, sengketa batas wilayah yang tak kunjung usai, dan bagaimana mewujudkan mimpi untuk menjadikan ASEAN menjadi salah satu blok penting di dunia.

Juga tak ketinggalan mengenai penenggelaman kapal negeri jiran yang dianggap mencuri ikan di perairan Sumatera pada Kamis 8 Januari 2015. Pujian pun diselipkan Dubes Malaysia pada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. "Bu Susi, wanita yang saya rasa hebat," kata dia.

Berikut transkrip sebagian isi wawancara presenter Liputan6.com Farhannisa Nasution dengan Duta Besar Malaysia Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim, dalam Bahasa Indonesia. Saksikan juga videonya di bagian bawah artikel ini:

 

Datuk Seri, Anda sudah tinggal di Indonesia selama 1 tahun. Apakah ada perbedaan dengan dengan semasa tinggal di Malaysia?  

Perbedaan yang kentara tidak ada. Sebelum jadi duta besar, saya sering berkunjung ke Indonesia. Ke Medan, Jakarta, dan beberapa kota lain, sudah sering. Kita terlalu dekat sebagai jiran (tetangga).

Sebagai Dubes, saya sudah tinggal di sini selama setahun, cukup senang. Tapi saya nampak yang kentara sekali, ya macet yang cukup luar biasa di Jakarta. Baru-baru ini saya pergi ke kota lain pun macet juga.

Tapi, ini biasa karena Indonesia populasinya hampir 250 juta. Kalau masalah ini dapat diselesaikan, saya percaya, ini akan meningkatkan kedudukan Indonesia. Akan bertambah maju.
 
Banyak pejabat Malaysia yang keturunan Indonesia. Seperti PM Najib yang keturunan Bugis Makassar. Dan kabarnya Datuk Seri keturunan Minang? Suka masakan Padang pastinya?

Ya iya nenek saya orang Minang. Dan masakan Padang itu semacam kari di Malaysia, jadi sudah biasa. Banyak juga pejabat Malaysia, ada PM (Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak), Wakil PM, Menteri yang keturunan Nusantara. Dari Jawa dan Sumatera. Sebab, dulu kita adalah satu Nusantara, sebelum dijajah dan menjadi dua negara berdaulat.

Sebagai Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, bisa diceritakan apa tugas Anda? Kerjasama bilateral apa yang dijalin dengan Indonesia?

Tugas sebagai Dubes adalah pertama, memastikan bahwa kedudukan Kedubes Malaysia di Indonesia ini aman. Saya juga bertanggung jawab terhadap rakyat Malaysia di Indonesia.

Sementara, dari hubungan bilateral banyak yang telah kita bincangkan dan telah kita jalankan. Ada 5 tonggak penting untuk memantapkan hubungan bilateral. Pertama kita lihat kedudukan kedua negara. Kedua kita lihat dari segi pemerintah, antar-pemerintah harus ada hubungan yang baik.

Ketiga, adalah bidang militer. Militer Indonesia dan Malaysia bekerja sama untuk menjalankan program-program yang berkepentingan terhadap kedudukan kedua negara.

Tapi peranan lebih yang saya mainkan ialah yang keempat dan lima. Yang keempat, business to business, pelaburan (investasi) di Malaysia dapat terbela dan dapat dilihat sebagai satu investasi yang baik dan begitu juga investasi dari Indonesia.

Selain dari bisnis kita juga lihat isu people to people. Hubungan masyarakat antar masyarakat yang cukup baik. Saya pun telah berusaha menemui beberapa ormas di sini dan beberapa NGO di Malaysia untuk memperbincangkan kepentingan bersama.

Selanjutnya: ASEAN Harus Jadi Blok Penting di Dunia...

ASEAN Harus Jadi Blok Penting di Dunia

Mulai tahun 2015 ini Malaysia menjadi Ketua ASEAN. Dengan slogan, ‘Our People, Our Community, Our Vision”. Apa saja yang akan dilakukan Malaysia?

Persiapan sudah dilakukan sejak penghujung tahun 2014 dan kami telah menambah pejabat kita di kedutaan ini, sebab kantor ASEAN berada di Jakarta. Kami sadar bahwa akan ada banyak pertemuan, sebab, dalam ASEAN banyak bidang yang di-cover. Termasuk bisnis, culture, agrikultur.

Dari segi konsep Malaysia telah menetapkan ASEAN menjadi people oriented. ASEAN telah terbentuk berpuluh-puluh tahun. Ini semua dijalankan pemerintah masing-masing dan apabila Malaysia jadi chairman kita hendak memantapkan ASEAN is more people driver.

Diawali dari segi pendidikan, bisa diajarkan, misalnya, we can be Indonesia first, but we also ASEAN. Seperti halnya orang-orang Eropa. ASEAN harus jadi identitas dan salah satu blok penting di dunia. Semua itu demi menjaga kepentingan negara ASEAN.

Dunia ini bergerak secara berkelompok, Eropa dengan grupnya, Korea dan Jepang dalam grupnya. Banyak negara mencari sepakat untuk melindungi kepentingan masing-masing. Jadi, kalau negara ASEAN tidak bergerak, kita akan ditinggalkan.

Tapi saya percaya sebagai pengurusi (koordinator) ASEAN tahun ini Malaysia akan memainkan peranan mantap untuk memperat dan menggerakkan ASEAN sebagai suatu entitas penting di dunia.

Menurut Datuk Seri, dari angka 1-10, sudah sejauh mana kesiapan Malaysia?

Saya lihat Malaysia is always 8-9. Dari segi skill 8, 9 kita ready. Sama seperti Indonesia.

Selanjutnya: 'Malapetaka' 3 Pesawat Malaysia...

'Malapetaka' 3 Pesawat Malaysia

Pada tahun 2014 diwarnai 3 kecelakaan pesawat, MH370, MH17, dan AirAsia. Semua maskapai milik Malaysia. Bagaimana rakyat Malaysia menghadapi cobaan ini?

Ini kita anggap malapetaka. Dua pesawat MH370 dan MH17 -- satu hilang, satu ditembak. Keduanya pesawat Malaysia, brand Malaysia.

AirAsia yang baru ini pun, walaupun dianggap AirAsia Indonesia tapi, AirAsia adalah brand Malaysia. Jadi masyarakat dunia lihat ada 3 kecelakaan pesawat Malaysia. Kita anggap ini kuasa Tuhan.

Walau pun ini telah berlaku (terjadi) kita harus kuat untuk menghadapi cabaran-cabaran (tantangan-tantangan) akan datang. Tapi kita bersedia.

MH370 masih dianggap hilang dan masih terus dicari. Tapi MH17 ditembak dan kita telah mendesak, mereka yang melakukannya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. We seek justice. Kami menuntut keadilan.

Malaysia tak bermusuhan dengan negara mana pun. Sebab, Malaysia ini, we stand form and we believe in harmony. Jadi kita tak gaduh, tak bekelahi dengan siapa pun.  Tapi untuk perkara MH17, yang terlibat harus menghadapi hukum yang berlaku.

Untuk AirAsia, kita telah kirim tim DVI kita untuk membantu Indonesia, mencari jalan untuk menyelasaikan kasus ini dan juga untuk menjaga kepentingan penumpang dan keluarga penumpang. Jadi kita telah membantu dari segi tim forensik kita. Dan AirAsia ini, saya nampak ada kerjasama yang baik.

Setelah kecelakaan, bidang pariwisata Malaysia masih terus berjalan. Dalam kasus MH370 mungkin ada penurunan pengunjung dari China, tapi kami bernasib baik, sebab pada masa itu pengunjung dari Indonesia justru bertambah. Jadi balance.

Dari segi pariwisata saya rasa tak begitu berdampak. Masih banyak penumpang bepergian menggunakan AirAsia, penerbangan MH (Malaysia Airlines) juga masih penuh. Jadi, bagi saya itu kecelakaan, malapetaka, harus dilupakan secepatnya dan kita harus move forward.  Industri penerbangan harus bangkit.

Selanjutnya: Bu Susi, Dia Perempuan Hebat...

Bu Susi, Dia Perempuan Hebat...


Indonesia sedang menegakkan hukum di laut. Pada Kamis 8 Januari 2015 kapal Malaysia ditenggelamkan karena dianggap mencuri ikan  di Sumatera. Apa pendapat Anda soal itu?

Saya sudah membicarakan hal tersebut. Selepas saya dan Dubes-dubes lain berjumpa dan dipanggil oleh Ibu Susi ( Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti), wanita yang saya rasa hebat. Bagi saya, apa yang disampaikan Bu Susi cukup jelas, bahwa Indonesia ingin tegas menjaga kelautan Indonesia.

Itu menunjukan Indonesia serius, supaya kelautan Indonesia tidak bernasib tragis. Dia berbicara soal keberlanjutan, sustainability (biota laut). Malaysia, begitu juga perwakilan negara lain harus bertemu lebih sering terkait kasus penenggelaman kapal.

Namun, penenggelaman kapal bukan isu besar, karena dua negara berdaulat dan memiliki UU. Kami sudah memperingatkan (nelayan Malaysia) untuk tidak melanggar, tidak masuk ke perairan Indonesia. Jika itu terjadi, risikonya tanggung sendiri. Kami tidak akan mempertahankan pihak-pihak yang melanggar aturan di negara lain.

Begitu pula dengan Malaysia, kami tidak ingin pihak luar melanggar aturan kami. Penenggelaman kapal, saya anggap adalah proses penegakan UU, tidak perlu dijadikan sensasi. Jangan menggunakan isu ini untuk memicu kebencian. Yang terpenting, kedudukan Malaysia dan Indonesia dari segi hubungan bilteral mantap.

Saya lebih mementingkan menjaga hubungan baik antar 2 negara. Sebab, ada pihak-pihak tertentu yang tak ingin melihat hubungan 2 negara baik dan bekerja sama. Sebab, Indonesia dan Malaysia jika disatukan adalah masyarakat Islam yang terbesar di dunia, jadi kita banyak menghadapi cabaran (tantangan).

Jangan sampai kita bersaing (berseteru) satu sama lain tentang isu yang remeh, tapi melupakan isu yang sesungguhnya lebih besar.

Di Malaysia banyak pekerja migran asal Indonesia bagaimana upaya Malaysia melindungi pekerja migran tersebut agar terhindar dari kekerasan?

Ada 2 juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Kami punya UU, dan mereka yang datang secara ilegal telah melanggar aturan tersebut.

Meski menegakkan aturan, kami juga harus melaksanakannya secara berperikemanusiaan. Kita tak mau ada kekerasan. Terkait isu pendatang ilegal, kami melakukan proses pemutihan, untuk menentukan siapa yang legal dan ilegal. Yang ilegal kita akan antar pulang ke Indonesia, sebab cara masuk mereka sudah melanggar.

Malaysia sadar, kami membutuhkan TKI dari Indonesia untuk membina industri perkebunan dan sebagainya, jadi kita tak mau merusak hubungan itu. Dari pertemuan antar-menteri, ada semangat untuk mencari jalan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 

Kita tak boleh menghindar, masalah memang nyata adanya. Apalagi, melibatkan 2 juta orang (TKI). Sementara, mereka yang telah berbuat kekerasan terhadap TKI sudah dihukum. Apapun yang terjadi terkait kedua negara, kalau kita berpegang pada aturan, tak ada masalah yang bisa merusak hubungan baik kita.

Sebaliknya, apa yang dilakukan Malaysia untuk mencegah kriminalitas yang dilakukan pekerja migran?

Kriminal act (UU Pidana) berlaku di seluruh dunia, bukan hanya di Malaysia. Tapi, kadang-kadang, bila yang terlibat kriminalitas adalah pekerja migran Indonesia, kasusnya dibesar-besarkan.

Tapi seperti yang saya katakan, Malaysia memiliki UU. Kalau ada pekerja migran datang melakukan perkara yang melanggar UU seperti pembunuhan, pencurian, mereka akan dihukum sesuai aturan Malaysia.

Semua sama di hadapan hukum. Tidak bermakna kalau WNI melakukan kesalahan diperlakukan berbeda dengan WN Malaysia yang juga melanggar. Tidak ada, 'oh itu orang Indonesia jadi kita hukum dia lebih'. Tidak ada seperti itu.

Kita anggap semua yang datang ke Malaysia mengerti UU, termasuk juga dalam hal narkotika, sebab hukum narkoba Malaysia cukup keras. Tapi setengah orang yang datang tak paham. Tapi yang saya percaya, Indonesia juga keras terhadap kejahatan narkoba.

Selanjutnya: Tanpa Niat Baik, Sampai Kiamat Masalah Tak Bakal Selesai...

Tanpa Niat Baik, Sampai Kiamat Masalah Tak Bakal Selesai

Beberapa kasus sengketa wilayah kerap terjadi, seperti Sipadan dan Ligitan, kemudian Tanjung Datuk. Bagaimana upaya yang harus dilakukan agar sengketa ini tidak terjadi di masa depan?

Sepanjang yang saya amati, di masa depan, insya Allah bisa diselesaikan. Sebab, sengketa terjadi karena ada banyak area 'abu-abu' yang belum jelas. Namun, yang paling penting adalah political will, kehendak politik untuk menyelesaikan.

Kalau hanya diselesaikan antar-officer, pegawai, mereka tidak bisa menghasilkan keputusan. Mereka bisa terus membahas tentang kedudukan (wilayah) Indonesia dan Malaysia sampai kiamat pun tak akan selesai. Hanya perlu ketegasan dari pimpinan.

Baru-baru ini, kami berpeluang menghadirkan PM Malaysia untuk mengunjungi Pak Jokowi selepas pelantikan. Perkara ini termasuk yang diketengahkan. Pak Jokowi nampak serius menyelesaikan isu-isu ini.

Seperti yang saya katakan, kalau tak ada semangat politik, kita tidak akan bisa selesaikan perkara ini sampai kiamat. Jadi harus ada niatan dari kedua pemimpin.

Saya berharap, masalah ini juga bisa dibicarakan dalam kunjungan Pak Jokowi ke Malaysia, yang sedang direncanakan. Jika isu ini tak selesai akan ada banyak kecurigaan. Kita juga bersimpati dengan mereka yang tinggal di sepadan (wilayah perbatasan).

Banyak yang suka memanipulasi berita untuk menciptakan sensasi, padahal, mereka yang tinggal di sepadan tak tahu di mana persisnya tapal batas Indonesia, Malaysia. 

Indonesia dan Malaysia adalah saudara serumpun namun banyak isu-isu yang memperburuk hubungan. Bagaimana agar rakyat kedua negara tidak mudah terprovokasi?

Salah satu tugas penting saya ialah untuk memantapkan hubungan masyarakat dengan masyarakat. Oleh sebab itu saya gunakan ormas dan NGO. Kita juga sedang berusaha mewujudkan satu society. Kita harus bersatu, bukan karena banyak pejabat Malaysia yang keturunan Indonesia. Tapi juga banyak warga Indonesia yang belajar di Malaysia, juga sebaliknya.

Saya berharap para alumni tersebut memiliki satu ikatan dan menjadi benteng, menyebarkan pemahaman yang baik, memberitahu rakyat Indonesia tentang Malaysia.

Sebaliknya, banyak juga siswa Malaysia yang belajar di Indonesia, jumlahnya hampir 5.000, jadi mereka boleh menjadi sebagai suatu benteng, kelompok yang menyebarkan tentang Indonesia kepada rakyat Malaysia. Sebab rakyat Malaysia terkadang tidak paham. Oleh sebab itu saya ingin menggerakkan melalui alumni-alumni tentang sejarah -- sebab sejarah kita (Indonesia dan Malaysia) ini hampir sama.

Sebelum menjadi dua negara berbeda, kita mengalami penjajahan. Padahal, sebelumnya kita tidak ada mengenak tapal batas. Sejarah bisa menjadi pengingat, faktor yang bisa kita gunakan untuk memantapkan hubungan Indonesia dan Malaysia. (Ein)

Baca juga: PM Najib Razak: Malaysia-Indonesia Disatukan oleh Darah

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya