Nasib Keanggotaan Inggris di Uni Eropa Ditentukan 2017

Di tahun itu PM Cameron menjanjikan adanya referendum soal keanggotaan negaranya di UE

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 13 Mei 2015, 11:42 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2015, 11:42 WIB
PM Inggris
PM Inggris David Cameron (Columnist.org.uk)

Liputan6.com, London - Misteri apakah Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa (UE) atau tidak terus bergulir. Namun, pertanyaan tersebut nampaknya segera menemukan jawaban.

Perdana Menteri (PM) Inggris yang baru kembali terpilih David Cameron mengatakan, nasib Inggris di organisasi negara-negara di Benua Biru, akan ditentukan pada 2017. Di tahun itu pemimpin Partai Konservatif ini menjanjikan adanya referendum soal kenanggotaan negaranya.

Meski demikian, belum bisa dipastikan kapan tanggal pasti referendum digelar. Melalui, Juru Bicaranya, Cameron hanya menyebut pemungutan suara ini akan diselenggarakan secepat mungkin di 2017.

"Bila kami bisa menggelar (referendum) sedini mungkin. Kami akan lakukan," kata Jubir Cameron, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (13/5/2015).

Cameron, saat ini, memang tengah menghadapi tekanan kuat terkait keputusan keluar atau tetap di EU. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan orang nomor satu pemerintahan Inggris ini.

Termasuk soal jajak pendapat terakhir. Dalam survei yang diadakan sejumlah lembaga pengumupul data di Inggris, warga Negeri Ratu Elizabeth ini sedikit lebih banyak menginginkan Inggris masih ada di UE.

Banyak yang beranggapan jika Inggris menarik diri dari keanggotaan maka pengaruh Inggris secara global berpontesi berkurang. Hal ini sangat disayangkan. Sebab, Inggris merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Meski banyak pertimbangan, Cameron sepertinya konsisten pada sikapnya. Dia tetap, meninginkan adanya reformasi total di hampir di seluruh bagian UE. (Ger/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya