Australia Lancarkan Serangan Udara Perdana Gempur ISIS di Suriah

Australia merupakan bagian dari koalisi militer internasional yang menargetkan wilayah ISIS di Suriah dan Irak.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Sep 2015, 15:55 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2015, 15:55 WIB
Australia Lancarkan Serangan Udara Perdana di Suriah
Australia merupakan bagian dari koalisi militer internasional yang menargetkan wilayah ISIS di Suriah dan Irak.

Liputan6.com, Sydney - Pemerintah Australia mengonfirmasi telah meluncurkan serangan udara pertama di Suriah untuk menghabisi kelompok ISIS.

Negeri Kanguru ini merupakan bagian dari koalisi militer internasional yang menargetkan wilayah ISIS di Suriah dan Irak.

"Tiga serangan udara dilakukan pada Senin 14 September, menghancurkan pengangkut personel lapis baja ISIS dan tempat pengumpulan minyak mentah," kata pihak Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari BBC, Rabu (16/9/2015).

Angkatan udara Australia telah mengebom wilayah ISIS di Irak selama sekitar 12 bulan.

Mantan Perdana Menteri Australia Tony Abbott pekan lalu menegaskan, Royal Australian Air Force (RAAF) akan memperpanjang jarak tempurnya dari Irak ke Suriah atas permintaan AS. Di saat yang sama, Abbott juga mengumumkan bahwa Australia akan menerima 12.000 pengungsi Suriah dari kelompok minoritas.

Pernyataan yang dikeluarkan Komando Pusat AS, Inggris, Uni Emirat Arab, Kanada, dan Prancis menyebutkan, beberapa negara ambil bagian dalam serangan bom terbaru. 15 Serangan udara di Irak menggunakan bom, pesawat tempur, pesawat tempur-serangan dan pesawat nirawak.

Menteri Pertahanan Australia Kevin Andrews mengatakan, 2 unit RAAF diidentifikasi mengangkut personel, tersembunyi di suatu lokasi ISIS berada.

"Salah satu unit dikerahkan untuk memperkirakan presisi senjata guna menghancurkan target. Hal ini dilakukan dari jarak atau ketingian aman untuk pesawat Australia," kata Andrews.

"Kami bekerja mengikuti aturan yang sangat ketat, dan aturan-aturan yang memastikan sebisa mungkin tak ada lagi korban sipil yang tidak diinginkan," jelas Andrews. (Tnt/Sun)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya