Liputan6.com, Baku - Sabtu petang, 28 Oktober 1995, ratusan orang memenuhi 5 gerbong kereta bawah tanah di Baku, ibukota Azerbaijan. Sekitar pukul 18.00 waktu setempat, rangkaian subway meninggalkan Stasiun Ulduz menuju ke Nariman Narimanov.
Di tengah perjalanan, keanehan dirasakan para penumpang yang ada gerbong 5. Mereka mencium bau benda terbakar. Sementara, di bagian depan, orang-orang melihat kepulan asap putih, lalu menghitam, dan menyesakkan dada.
Akibat kebakaran, masinis menghentikan laju kereta, sekitar 200 meter dari Stasiun Ulduz. Emisi karbon monoksida yang berasal dari bahan sintetis yang terbakar memenuhi udara. Panik tak terhindarkan, orang-orang berusaha keluar dari gerbong yang dipenuhi asap. Â
"Saat kereta memasuki terowongan, aku melihat percikan api. Lalu api berkobar. Kemudian, yang terdengar adalah suara kaca yang pecah, lampu-lampu sontak mati. Para penumpang berusaha memecahkan jendela agar bisa keluar. Kami semua sesak napas," kata salah satu penumpang, seperti dikutip dari New York Times.
Sekitar 300 orang meninggal dunia karenanya. Insiden itu menjadi kecelakaan subway terparah di dunia.
Kebanyakan jasad korban, termasuk 28 anak-anak, ditemukan di dalam gerbong. Mereka tewas terinjak-injak penumpang lain yang mencari selamat. Ada pula yang kehilangan nyawa saat mencoba memanjat bagian atas gerbong. Akibat tersengat listrik.Â
Mereka yang berhasil lolos dari rangkaian kereta belum tentu bernyawa. Kepulan asap menghadang, mencekik jalan napas, dan memenuhi peru-paru dengan racun. Sekitar 40 jasad penumpang ditemukan di terowongan.
Baca Juga
Di tengah kepanikan dan naluri kuat untuk menyelamatkan diri, Gamidov masih sempat membantu seorang perempuan dan salah satu putranya keluar dari gerbong yang serupa 'kamar gas' itu. Stoking yang dipakai wanita itu tersulut api, memicu luka bakar parah pada kakinya.
"Satu putranya yang lain tertinggal di dalam kereta," bisik Gamidov seperti dikutip dari Moskow Times. Bocah itu tak sempat diselamatkan.
Di ranjang lain di bangsal perawatan Fifth Clinical Hospital, Aziz Maradov yang kala itu baru berusia 12 tahun terbaring lemah. Dadanya, yang terkontaminasi asap beracun, kembang kempis. "Aku takut," kata dia, lirih.
Maradov sudah bertemu dengan kakaknya, Mardan yang dirawat di RS yang sama. Namun, ia belum melihat ibunya. Kata perawat di sana, perempuan tersebut dirawat di rumah sakit lain.
Tapi, bohong. "Ibunya meninggal dunia. Dia akan diberitahu nanti," kata salah satu suster.
Tahun sebelumnya, 20 orang tewas dalam 2 serangan teroris di kereta bawah tanah (metro) Baku. Presiden Azerbaijan kala itu, Heidar Aliyev langsung memerintahkan investigasi. "Berdasarkan data awal, insiden itu adalah murni kecelakaan, akibat masalah teknis,' kata dia.
Presiden juga memberikan penghargaan anumerta pada Chingiz Adil Oglu Babayev, seorang anggota militer berpangkat letnan, atas perannya menyelamatkan nyawa banyak orang dalam insiden kecelakaan pada 1995. Menjadikannya pahlawan nasional.
Tragisnya, sang pahlawan meninggal dalam insiden itu.
Selain kecelakaan kereta bawah tanah terparah di dunia, sejumlah peristiwa penting terjadi pada tanggal 28 Oktober. Pada 2004, majalah ilmiah Nature menerbitkan laporan penemuan spesies manusia yang baru, Homo floresiensis di Pulau Flores.
Roket dan pesawat kargo milik kontraktor Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Orbital Sciences yang bertujuan mengantar pasokan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) meledak hanya beberapa detik setelah lepas landas Selasa malam 28 Oktober 2014.
Pesawat tak berawak, Antares meledak dan mengeluarkan bola api raksasa sesaat setelah diluncurkan dari fasilitas penerbangan NASA, Wallops Flight Facility di Virginia pada pukul 18.22 waktu setempat. (Ein/Ron)
Advertisement