1-11-1955: Pemuda Bom Pesawat yang Ditumpangi Ibunya demi Warisan

Pesawat meledak di atas ketinggian 11.000 kaki, 11 menit setelah lepas landas dari Denver.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 01 Nov 2015, 06:03 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2015, 06:03 WIB
Yusron Fahmi/Liputan6.com
Pesawat yang ditumpangi Daisie King (53) meledak di ketinggian 11 ribu kaki (nydailynews.com)

Liputan6.com, Colorado - 1 November 1955, keluarga Conrad Hopp beranggotakan dirinya sebagai ayah, kemudian istri dan tujuh anaknya sedang menikmati makan malam di rumahnya yang berlokasi di Weld, Colorado, Amerika Serikat. Namun santap malam mereka dikejutkan oleh suara ledakan pada pukul 19.03 waktu setempat. Duar...!

Seluruh anggota keluarga tersebut terkejut ketika melihat keluar ada bola api menganga di langit. Bola api berpencar dan berjatuhkan dari langit ke perkebunan dekat rumah.

"Serpihan dan api beterbangan dan hancur. Saking hancurnya, saya tidak melihat apakah ada bagian yang jatuh di tanah," ujar Conrad Hopp, seperti dimuat Airliners.net.

Pesawat yang meledak tersebut merupakan milik maskapai United Airliners dengan nomor penerbangan 629 rute Denver, Colorado menuju Portland, Oregon dan Seattle, Washington. Pesawat meledak di atas ketinggian 11.000 kaki, 11 menit setelah lepas landas dari Denver. Akibat kecelakaan tragis ini, seluruh orang yang berada di pesawat, yakni 39 penumpang dan 5 kru pesawat tewas.

Awalnya aparat menduga pesawat meledak setelah menabrak gunung, seperti yang terjadi sebulan sebelumnya, yang juga menimpa United Airlines: pesawat menabrak gunung di kawasan Medicine Bow Peak, Wyo, pada rute yang sama. Namun serpihan pesawat yang tak lazim membuat petugas memutuskan untuk menyelidiki kecelakaan pesawat Douglas DC-6B itu secara mendalam.

Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) dan pihak berwenang mengumpulkan, menyelidiki dan mengidentifikasi jasad korban, serpihan pesawat, termasuk pecahan isi bagasi.

Dari penyelidikan, diyakini kuat bahwa kecelakaan United Airlines tersebut bukan karena faktor dari mesin pesawat atau humar error, tapi ada penyebab lain yang tidak biasa, yakni ekor pesawat yang memuat bagasi, hancur berkeping-keping. Sangat kecil bak hasil irisan pisau. Sementara pecahan bagian bodi pesawat berukuran cukup besar, tak sekecil serpihan ekor.

Selain itu, ditemukan petunjuk bahwa tercium bau bubuk mesiu pada fragmen pecahan ekor. Juga ada sisa dari kandungan sodium carbonate, nitrat dan sulfur yang merupakan bahan pembuatan bom dinamit.

Dari sejumlah serpihan, diketahui bahwa barang yang paling hancur adalah koper milik seorang penumpang bernama Daisie King (53), seorang wanita pebisnis yang kaya raya. Dia saat itu sedang dalam perjalanan mengunjungi putrinya. Dalam koper Daisie King, juga ditemukan potongan koran dengan berita yang memuat aksi putranya, Jack Graham (23) yang diketahui sering terlibat kasus kriminal. Dari sini, FBI mulai melakukan penyelidikan terhadap pemuda tersebut.
 
Menurut penuturan tetangga, Graham -- yang merupakan putra kedua dari pernikahan Daisie dengan suami kedua -- diketahui sering bertengkar. Graham dikenal sebagai sosok yang membenci ibunya.

Beberapa jam setelah kecelakaan, Graham juga terungkap tengah sibuk mengurus klaim asuransi ibunya yang uangnya ia gunakan untuk berfoya-foya. Dari sini, FBI mulai menangkapnya dan menginterogasi. Pada akhirnya, Graham mengaku menaruh dinamit pada koper ibunya, Daisie King agar mendapatkan harta ibunya. Graham mengantarkan sang bunda ke bandara dan sempat mencium dan mengucapkan salam perpisahan sebelum orangtuanya itu terbang.

Setelah melalui beberapa proses persidangan, Graham dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada 11 Januari 1957 dengan cara dimasukkan ke ruangan gas beracun.

Sejarah lain mencatat pada 1 November 1918, akibat kekalahan yang dialami dalam Perang Dunia I, imperium Austria-Hongaria memisahkan diri dan menjadi dua negara dengan pemerintahan republik. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, imperium ini merupakan salah satu kekuatan besar di Eropa. (Ron)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya